JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Ketua MPR Fadel Muhammad meminta Presiden Joko Widodo mengambil langkah berani untuk merombak kabinet demi memunculkan harapan baru bagi masyarakat.
"Orang melihat ada menteri yang lemah dan tidak membuat gebrakan maka ketika perombakan dilakukan, orang melihat ada harapan baru dan menambah semangat," kata Fadel dalam diskusi Empat Pilar MPR bertajuk "Sidang Tahunan MPR: Optimisme dan Harapan di Tengah Pandemi", di Kompleks Parlemen, Jakarta, Senin (10/8/2020).
Ia menilai, presiden tidak perlu ragu merombak kabinet karena itu hak prerogatif presiden untuk mengubah komposisi pembantunya di kabinet.
Baca juga: Desakan Masyarakat agar Jokowi Me-reshuffle Kabinet dalam Survei 4 Lembaga
Ia menyampaikan beberapa pertimbangan bagi presiden untuk melakukan langkah tersebut. Pertama, serapan anggaran di kementerian yang dipimpin seorang menteri masih rendah.
Kedua, menurut dia, seorang menteri tidak melakukan langkah terobosan, khususnya saat Indonesia menghadapi pandemi Covid-19.
"Misalnya harga kebutuhan pokok harus tetap terjaga dan terkontrol harus kelihatan langkahnya dan jangan diam saja. Ganti saja buru-buru, jangan tidak enak karena butuh langkah menyelesaikan persoalan di saat krisis," ujar Fadel.
Ia mengatakan, pada saat pandemi, kondisi masyarakat semakin tidak baik, misalnya daya beli masyarakat semakin menurun dan hotel-hotel baru sedikit yang buka.
Menurut dia, kondisi ini sudah cukup mendesak pemerintah untuk memberikan injeksi dana kepada perbankan sehingga beberapa waktu lalu sudah diturunkan sekitar Rp30 triliun kepada perbankan.
"Lalu saat ini UMKM dalam keadaan sulit karena kesulitan mau menyelesaikan utang di bank masih sulit, mereka belum mendapatkan perlakuan bunga rendah," kata dia.
Ia mengaku telah mendengar UMKM akan diberikan bunga sekitar 3,5 persen tetapi belum merata sehingga banyak yang mengeluh.
Baca juga: Survei Indikator: 64,8 Persen Publik Setuju Presiden Jokowi Reshuffle Kabinet
Fadel menilai, dana yang ada di pemerintah seperti dalam APBN dan APBD harus mutlak dibelanjakan karena saat ini penyerapannya masih rendah.
"Presiden Jokowi sudah sungguh-sungguh namun orang takut dituduh korupsi dan selewengkan anggaran. Kalau keadaan seperti ini, saya khawatir kita masuki resesi dan kita makin terpuruk, keadaan makin sulit dan pertumbuhan ekonomi minus lima persen sekian," kata dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.