Sikap Gibran untuk tetap menggeluti bisnis kuliner pun kembali ditegaskan setahun kemudian. Ia menyatakan, lebih tertarik berbisnis ketimbang harus mengikuti jejak ayahnya terjun ke dunia politik.
"Ayah saya juga dulu bisnis, jadi mengikuti ayah (juga)," ujarnya dalam acara peluncuran produk Sang Pisang milik adiknya Kaesang di Gerai Markobar, Cikini, Jakarta Pusat, 11 Maret 2018 lalu.
Ia pun tak ingin mengekor langkah anak-anak presiden lainnya yang mengikuti jejak orangtua mereka terjun ke dunia politik.
Baca juga: Pengamat: Pencalonan Gibran Jadi Pertaruhan Harga Diri Keluarga Jokowi
Sebut saja, Presiden RI kelima Megawati Soekarnoputri yang mengikut jejak ayahnya, Presiden RI pertama Soekarno. Kemudian, Ketua DPR Puan Maharani yang mengikuti jejak ibunya, Megawati Soekarnoputri.
Ada pula Agus Harimurti Yudhoyono dan Edhie Baskoro Yudhoyono yang kini menjadi petinggi Partai Demokrat mengikuti jejak ayahnya, Presiden RI keenam Susilo Bambang Yudhoyono.
Serta Titiek Soeharto dan Tommy Soeharto yang mengikuti jejak ayahnya, Presiden RI kedua, Soeharto.
Saat itu, Gibran menegaskan dirinya tidak mau terjun ke dunia politik.
Baca juga: Pengamat: Bisa Dikatakan, Jokowi Sedang Bangun Dinasti Politik...
Gelagat politik
Namun, seiring berjalannya waktu, Gibran mulai mengisaratkan ketertarikannya di dunia yang membesarkan nama ayahnya, Jokowi.
Dalam sebuah perbincangan antara Jokowi sekeluarga dengan awak media di Green Garden Cafe, Kebun Raya Bogor pada 8 Desember 2018, isarat itu ditunjukkan Gibran.
Baca juga: Risma: Selamat Berjuang Mas Gibran
Saat itu, ia menegaskan bahwa dirinya terus mengikuti jejak ayahnya yang notabene berlatarbelakang pengusaha mebel.
"Untuk saat ini kan memang saya mengikuti terus jejaknya Bapak sebagai pengusaha. Sekarang kan Bapak sudah jadi politikus, saya lihat itu sebagai hal yang sangat dinamis ya," kata Gibran.
Sebagai pengusaha, ia menuturkan, dirinya diharapkan dapat memberikan kontribusi lebih kepada masyarakat.
Oleh karena itu, ia dituntut menekuni program corporate social responsibility (CSR).
Namun, ia mengaku, sebesar apa pun bantuan CSR yang diberikan pengusaha, tidak akan dapat menyentuh banyak orang. Oleh karena itu, satu-satunya cara agar dapat membantu banyak orang yaitu dengan cara terjun ke dunia politik.
Hal itu disebabkan politisi dan pejabat publik dapat merumuskan kebijakan yang bisa membantu banyak masyarakat.
"Karena pengusaha yang sukses itu harus ada yang namanya pengembalian ke masyarakat. Jadi harus ada yang namanya pengabdian ke negara dan itu menurut saya sodaqoh. Menurut saya, pengusaha bisa jadi politikus tapi politikus belum tentu bisa jadi pengusaha," ucapnya.