Seiring waktu berlalu, suatu hari Hoegeg seorang teman lamanya yang langsung memuji-muji Hoegeng setelah duduk di depan meja kerja Hoegeng.
"Selamat ya, Mas Hoegeng, Saiki penak, yo (Sekarang enak, ya). Wis dadi (Sudah jadi) menteri. Kabare (kabarnya) Mas Hoegeng entuk (dapat) mobil baru jenis Mazda saka (dari) Dasaad, yo (ya)," kata tamu itu.
Mendengar itu, Hoegeng tertegun sejenak lalu mengakui dan menunjukkan surat itu kepada sang tamu. Namun, kata Hoegeng, mobilnya belum ia ambil karena masih ia pertimbangkan.
"Sampeyan gelem (kamu mau)?" ujar Hoegeng menawarkan mobil tersebut kepada temannya.
Baca juga: Jenderal Hoegeng Jadi Nama Resmi Stadion di Pekalongan
Sang tamu langsung menjawab seraya mengambil dari tangan Hoegeng sambil berkata, "Yo, gelem wae (ya, mau saja) mas."
Surat hadiah mobil pun berpindah tangan dan sang tamu akhirnya pulang setelah berbincang ngalor-ngidul bersama Hoegeng.
Usai pertemuan itu, Hoegeng berkata kepada Dharto, "Mas Dharto, Hoegeng heran ya. Saiki (Sekarang), ada orang sing tego-tegone (yang tega-teganya) mau menerima mobil, padahal teman Hoegeng tadi hidupnya lebih kaya dari Hoegeng."
Baca juga: Belajar Kasih Sayang dan Kejujuran dari Jenderal Hoegeng dan Merry Roeslani
Hoegeng memang tak mau mengambil begitu saja hadiah tersebut. Ia justru mempertanyakan apakah ia pantas dan layak menerima hadiah mobil dari pengusaha yang beluk dikenalnya, apalagi hadiah itu berhubungan dengan jataban yang ia sandang.
"Dengan kejadian tersebut, barangkali Hoegeng diingatkan agar tidak perlu menerima hadiah mobil yang tak diketahui juntrungannya. Kejadian itu membuat Hoegeng bersyukur tidak menerima hadiah apa pun dari siapa pun apalagi terkait tugas dan jabatan Hoegeng," kata dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.