JAKARTA, KOMPAS.com - Tiga bulan sejak kasus pertama Covid-19 diumumkan untuk kali pertama oleh Presiden Joko Widodo pada 2 Maret 2020, penanganan Covid-19 kini mulai sedikit bergeser dari tingkat pusat ke tingkat daerah.
Upaya penanganan itu rupanya membuat sejumlah kepala daerah kerap tampil ke publik untuk memberikan gambaran situasi serta perkembangan terkini penanganan Covid-19. Termasuk, kebijakan-kebijakan yang diambil daerah untuk mengatasinya.
Penampilan tersebut rupanya turut mendongkrak elektabilitas mereka. Sekalipun, pemerintah pusat masih memiliki andil yang cukup besar dalam memberikan informasi terkait perkembangan situasi secara nasional.
"Tentu saja model penanganan Covid masih bersifat sentralistik, tapi pelaksanaan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) kan di tingkat wilayah masing-masing," kata Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi kepada Kompas.com, Selasa (9/6/2020).
Baca juga: Survei: Elektabilitas Ganjar dan Ridwan Kamil Naik, Anies Turun
Dari hasil survei yang dilakukan Indikator, dua dari empat kepala daerah yang masuk dalam daftar survei elektabilitas calon presiden, elektabilitas mereka meningkat.
Keduanya yaitu Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil.
"(Elektabilitas Gubernur Jawa Timur) Khofifah turun, (dan Gubernur DKI Jakarta) Anies juga turun. Yang naik dua nama itu," kata dia.
Survei tersebut dilaksanakan pada periode 16-18 Mei lalu dan menyasar 1.200 responden dengan metode kontak telepon.
Margin of error survei ini kurang lebih 2,9 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen.
Ganjar menempati posisi kedua setelah Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto, dengan elektabilitas 11,8 persen. Elektabilitas tersebut naik 2,7 persen jika dibandingkan survei pada Februari 2020.
Baca juga: Survei: Elektabilitas Prabowo Turun Drastis, Anies Kalah dari Ganjar
Sementara itu, kenaikan signifikan dirasakan oleh Ridwan Kamil sebesar 3,9 persen, yaitu dari 3,8 persen menjadi 7,7 persen. Meski demikian, elektabilitas pria yang akrab disapa Emil itu masih di bawah Anies.
Anies yang menduduki posisi tiga teratas, memperoleh elektabilitas 10,4 persen atau turun 1,7 persen.
Meski kalah dari Ganjar, faktanya elektabilitas Gubernur Jawa Tengah saat ini masih di bawah elektabilitas Anies pada Februari lalu yang mencapai 12,1 persen.
Sementara itu, elektabilitas Khofifah terkoreksi 1,4 persen, yaitu dari 5,7 persen menjadi 4,3 persen.
Burhanuddin mengungkapkan, visibilitas tokoh dalam penanganan Covid-19 menjadi faktor berpengaruh terhadap elektabilitas mereka.
Oleh karena itulah sejumlah tokoh politik nasional yang sebelumnya memiliki elektabilitas tinggi, kini justru tergerus.
Baca juga: Ini yang Membuat Elektabilitas Prabowo Turun Drastis
Salah satunya yaitu Menteri Pertahanan yang juga Ketua Umum DPP Partai Gerindra Prabowo Subianto.
"Kepala daerah dengan populasi pemilih besar yang pintar mengambil momentum lah yang dapat insentif elektoralnya karena mereka lebih sering tampil di media. Padahal, satu-satunya isu yang membetot perhatian publik adalah Covid," ujarnya.
Selain visibilitas, adanya pendukung partisan turut mempengaruhi elektabilitas seorang tokoh. Presiden Joko Widodo yang saat ini telah memasuki periode kedua kepemimpinannya, tidak dapat lagi mencalonkan diri sebagai presiden pada Pemilu Presiden 2024 mendatang.
Akibatnya, suara pendukung Jokowi pada Pilpres 2019 lalu pun menjadi terbelah.
Menurut Burhanuddin, kenaikan elektabilitas Ganjar dan Emil turut didukung dengan beralihnya basis dukungan pendukung Jokowi ke kedua tokoh tersebut.
Sementara, pendukung Anies diketahui merupakan simpatisan Prabowo pada Pilpres 2019 lalu. Suara pendukung ini pun terbelah terlebih ada sejumlah tokoh politik lain yang turut memperebutkan.
Baca juga: Survei: Elektabilitas PDI Perjuangan Terjun Bebas
Mereka di antaranya seperti Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Sandiaga Uno, Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono, hingga mantan Panglima TNI Jenderal TNI (Purn) Gatot Nurmantyo.
"Jadi Anies berebut suara basis Prabowo 2019. Padahal, basis suara ini diperebutkan banyak pihak, termasuk Prabowo, Sandiaga dan Anies," kata dia.
"Selain itu, pemilih Jokowi di 2019 sedikit sekali yang memilih Anies," imbuh Burhanuddin.
Ia menambahkan, Anies harus lebih giat dan kreatif dalam menelurkan kebijakan bila ingin elektabilitasnya naik. Terlebih, populasi warga DKI Jakarta yang tidak terlalu besar.
"Jadi agar naik, Anies harus penetratif ke warga di luar provinsinya," tutup dia.
Berikut hasil survei selengkapnya:
1. Prabowo Subianto (Mei 14,1 persen; Februari 22,2 persen)
2. Ganjar Pranowo (Mei 11,8 persen; Februari 9,1 persen)
3. Anies Baswedan (Mei 10,4 persen; Februari 12,1 persen)
4. Ridwan Kamil (Mei 7,7 persen; Februari 3,8 persen)
5. Sandiaga Uno (Mei 6 persen; Februari 9,5 persen)
6. Agus Harimurti Yudhyono (Mei 4,8 persen; Februari 6,5 persen)
7. Khofifah Indar Parawansa (Mei 4,3 persen; Februari 5,7 persen)
8. Mahfud MD (Mei 3,3 persen; Februari 3,8 persen)
9. Gatot Nurmantyo (Mei 1,7 persen; Februari 2,2 persen)
10. Erick Thohir (Mei 1,6 persen; Februari 1,9 persen)
11. Puan Maharani (Mei 0,8 persen; Februari 1,4 persen)
12. Tito Karnavian (Mei 0,6 persen; Februari 0,8 persen)
13. Budi Gunawan (Mei 0,4 persen; Februari 0,4 persen)
14. Muhaimin Iskandar (Mei 0 persen; Februari 0,3 persen)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.