Tinggalah bagaimana kewajiban kita sebagai orang tua, orang dewasa, sebagai pemerintah dan masyarakat memberikan perhatian serius untuk menghargai dan melakukan pembinaan berkelanjutan atas prestasi dan mimpi anak anak Indonesia bahkan di bidang apapun itu.
Oleh karenanya, sebuah manajemen talenta sebagaimana menjadi visi Presiden Jokowi, sangatlah genial.
Senyatanya pengelolaan talenta anak Indonesia telah menjadi kebutuhan Indonesia sangat krusial mengingat kita selama ini belum memiliki cetak biru pengembangan SDM yang canggih dan terencana hebat untuk menjawab tantangan pembangunan nasional dan memenangkan persaingan global.
Sampai saat ini nampaknya pembinaan talenta generasi Indonesia masih dilakukan secara parsial dan sporadis.
Sementara ini Indonesia masih bisa bersyukur memiliki PTN sekelas Universitas Indonesia yang dengan telaten bekerja sama dengan Ditjen Dikdasmen Kemdikbud, sejak 5 tahun terakhir mencoba membina talenta hebat di bidang ekonomi alumni OSN secara berkelanjutan.
Baca juga: 7 Sistem Pendidikan Finlandia yang Membuat Negara Lain Merasa Malu
Fakultas Ekonomi UI memberi karpet merah kepada anak-anak berprestasi OSN untuk diterima langsung di FE UI.
Disamping itu, UI juga memberikan karpet merah untuk anak-anak berprestasi OSN di bidang-bidang lainnya, seperti informatika dan fisika.
Beasiswa pun disiapkan oleh Kemdikbud melalui Beasiswa Unggulan dan bagi mereka yang ingin lanjut juga disiapkan beasiswa S2 dan S3 Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP).
Para lulusan talent scouting ini terbukti meraih prestasi akademik sangat tinggi di UI, berpkiprah di posisi strategis di lembaga/perusahan multinasional. Sebagian diantara mereka bahkan sudah ada yang diterima dan siap lanjut S2 dan S3 ke Harvard, Stanford, Cambridge dan lain lain.
Untuk dapat memperoleh manfaat dari bonus talenta hebat Indonesia maka manajemen talenta nasional harus dapat menjamin bagaimana penyiapan di hulu pembinaan sejak usia dini sampai perguruan tinggi.
Kanalisasi ini perlu dilakukan secara strategis untuk berkiprah di muara karya dan pengabdian sesuai dengan orientasi pembangunan Imdonesia ke depan.
Bagaimana talenta anak Indonesia di semua lini kecerdasan yang masih seperti “kerumunan” dapat kita bangun menjadi sebuah konfigurasi “barisan” yang disiapkan menjadi formasi “pasukan” yang siap “tempur” di sengitnya medan pembangunan dan persaingan global.
Itu pula yang tahun 1950-an dilakukan Korea Selatan, China, dan di satu dasawarsa sebelumya dilakukan Jepang yang membangun pendidikan sebagai strategi kebudayaan dan peradaban sehingga mereka menjadi bangsa kuat dan berwibawa saat ini.
Maka Indonesia sangat membutuhkan sebuah desain besar pengelolaan talenta yang progresif, layaknya pilihan kebijakan Glasnot dan Perestroika.
Jika tidak, maka alih-alih bisa menjadi mercusuar dunia, dengan kesadaran penuh kita rela memilih untuk menjadi bangsa menengah yang biasa biasa saja...
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.