MAGELANG, KOMPAS.com - Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Muhadjir Effendy menyebutkan bahwa kesiapan sumber daya manusia, terutama pembangunan karakter, menjadi salah satu cara untuk memanfaatkan bonus demografi.
"Menyiapkan SDM, terutama karakter dan meningkatkan kemampuan kapasitas keterampilan (memanfaatkan bonus demografi)," ujar Muhadjir saat pengukuhan Ekspedisi Bakti Pemuda PMK di Rindam IV Diponegoro, Magelang, Jawa Tengah, Kamis (21/11/2019).
Muhadjir mengatakan, oleh karena itu pendidikan di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan balai-balai pelatihan akan terus didorong untuk menyiapkan SDM tersebut.
Mereka akan diminta memainkan peranan signifikan dalam rangka menyiapkan tenaga kerja yang cakap, terampil, serta sesuai dengan kebutuhan zaman dan lapangan pekerjaan.
Baca juga: Menko PMK: Pemuda Harus jadi Sasaran Pendidikan Karakter
Dengan demikian, peran penduduk produktif dalam menghadapi era bonus demografi pada 2030-2036 ini sangat diharapkan mampu bekerja secara produktif pula demi kesiapan SDM-nya.
"Keuntungannya, kalau penduduk yang berusia produktif ini bekerja produktif dengan penghasilan yang sangat tinggi, maka penghasilannya disamping untuk kepentingannya sendiri juga bisa digunakan untuk menghidupi penduduk yang tidak produktif," kata dia.
Dengan demikian, kata dia, maka akan ada tabungan untuk investasi nasional.
Apalagi, jumlah penduduk produktif di Indonesia lebih banyak dibandingkan penduduk yang usianya tidak termasuk usia produktif.
Baca juga: Menko PMK: Kartu Prakerja Dieksekusi Paling Lambat Februari 2020
Adapun yang tidak termasuk usia produktif adalah mereka yang baru lahir sampai sekitar umur 16 atau 17 tahun.
Selain itu, yang juga masuk kelompok tak produktif adalah orang lanjut usia, yaitu penduduk senior yang berusia antara umur 63 sampai meninggal dunia.
"Semakin besar tabungan dari penduduk usia produktif ini maka akan semakin besar peluang untuk melakukan investasi dan itulah, semakin besar investasi itu, akan menjadi tolok ukur, maju tidaknya sebuah negara," kata dia.
Namun, jika penduduk usia produktif tidak memiliki kemampuan dan keterampilan yang hebat, dan tidak bekerja di lapangan pekerjaan produktif dengan penghasilannya tinggi, maka akan terjadi jebakan pendapatan menengah atau middle income trap.
"Kita sekarang sedang berusaha keras untuk lepas dari jebakan pendapatan menengah, karena kalau negara pendapatannya menengah. Itu untuk naik menjadi negara maju susah, tapi kalau turun menjadi negara miskin lebih besar peluangnya," kata dia.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.