JAKARTA, KOMPAS.com - Lima belas tahun lalu, aktivis hak asasi manusia (HAM) Munir Said Thalib tewas di pesawat Garuda Indonesia dalam perjalanannya ke Amsterdam, Belanda, tepatnya 7 September 2004.
Tak hanya keluarga, kepergiannya yang mendadak membuat banyak orang termasuk sahabat dan koleganya terluka.
Saat penyidikan berlangsung, Munir diketahui dibunuh dengan cara diracun. Senyawa arsenik dimasukkan ke dalam tubuhnya, diduga melalui makanan atau minuman selama dalam perjalanan Jakarta-Amsterdam yang sempat transit di Singapura itu.
Pengadilan kemudian menghukum pilot Garuda Indonesia saat itu, Pollycarpus Budihari Priyanto dengan vonis 14 tahun penjara. Vonis itu diberikan setelah melalui berbagai tahapan peradilan.
Baca juga: Ini Harapan Diva, Putri Aktivis HAM Munir, untuk Presiden Jokowi ...
Direktur Utama PT Garuda Indonesia saat itu, Indra Setiawan, juga dikenai vonis penjara 1 tahun. Sebab, Indra dinilai membantu memasukkan Pollycarpus dalam penerbanagan itu sebagai penumpang.
Akan tetapi, hingga saat ini banyak pihak menilai bahwa auktor intelektualis atau dalang di balik pembunuhan pendiri Kontras dan Imparsial itu belum diketahui.
Kepergian Munir Said Thalib yang mendadak, saat itu juga dirasakan oleh Yati Andriyani.
Yati ketika itu masih menjadi relawan di Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras), dan kini memimpin lembaga itu.
Walau pertemuannya dengan Munir bisa dihitung dengan jari, namun hal tersebut sangat berpengaruh terhadap kariernya sebagai pegiat HAM.
Baca juga: Tetap Menolak Lupa, 15 Tahun Kematian Munir di Pesawat Garuda
Saat pertama kali menjadi relawan di Kontras pada 2002, Yati dipercaya memantau persidangan di Pengadilan HAM tentang kasus Timor Leste.
Meskipun saat itu Munir sudah tidak lagi di Kontras, tetapi suami Suciwati itu tak segan memberikan nasehatnya kepada Yati untuk mengerjakan pemantauan tersebut.
"Munir memberikan petunjuk, penjelasan untuk bagaimana memantau dan tetap aman dalam pemantauan. Karena persidangan saat itu jadi polemik, banyak sekali tentara, polisi di ruang persidangan," kata Yati dalam wawancara kepada Kompas.com pada Jumat (6/9/2019).
Dalam pertemuan terakhirnya pun, Yati hanya mengingat bagaimana Munir menanyakan hasil monitoring yang dilakukannya.
"Jadi bagaimana hasil persidangan?" tanya Munir saat itu padanya.