Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Aiman Witjaksono
Jurnalis

Jurnalis

Peluang Gibran-Kaesang Jadi Walikota Solo

Kompas.com - 06/08/2019, 12:35 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Dalam Program AIMAN yang tayang di Kompas TV, Senin (5/8/2019), saya menanyakan hal ini kepada Wali Kota Solo FX Rudi Hadyatmo yang juga Ketua DPC PDI-P Kota Solo.

"Siapa pun punya hak untuk mencalonkan atau dicalonkan, tapi di PDI-P sudah tertata dari dulu sehingga mekanisme harus dilalui,” kata Rudi.

"Semua harus melalui mekanisme itu?" tanya saya.
"Iya!" jawab Rudi.
"Tak ada karpet merah untuk politik, anak presiden sekalipun?" tanya saya lagi.
"Iya!" jawab Rudi lagi.

Ia menyarankan Gibran untuk belajar politik terlebih dahulu sebelum terjun menjadi calon wali kota.

"Mas Gibran, belajar politik dulu deh!" ungkap Wali Kota yang pernah menjadi Wakil Walikota Solo bersama Jokowi periode 2005 – 2010.

Tampaknya perdebatan terhadap Putra Jokowi akan dimulai di internal PDI-P sendiri.

Kedua adalah soal publik. Penilaian publik terhadap Gibran dan Kaesang mestinya berbeda dengan penilaian publik terhadap Jokowi.

Dalam survei Pilpres 2014, lembaga survei Polcomm dan Populi mendapatkan, responden memilih Jokowi karena dianggap jujur dan sederhana (merakyat), sementara Prabowo dipilih karena tegas dan berwibawa.

Gibran dan Kaesang tentu saja tidak sama dengan Jokowi. Keduanya tidak memiliki darah biru politik seperti halnya anak-anak ketua umum dan pendiri partai. Oleh karena itu, orisinalitas dari kalangan bawah terhadap Gibran dan Kaesang pasti berbeda.

Ketiga adalah kompetensi alias kemampuan. Rekam jejak soal kemampuan inilah yang akan memengaruhi elektabilitas alias tingkat keterpilihan seseorang.

Pada 2014 Jokowi dan Prabowo sama-sama mulai dari nol karena belum ada satu pun yang pernah menjadi Presiden, berbeda dengan 2019. Rekam jejak seorang calon akan membentuk persepsi yang akan menaikkan keinginan publik untuk memilihnya.

“Permaisuri cantik” politik

Tantangan kedua dan ketiga (publik dan kompetensi), bisa diminimalisir dan diatasi saat masa kampanye dengan meyakinkan pemilih. Sementara, restu partai adalah tantangan terberatnya.

Namun, politik selalu terkait dengan pragmatisme. Bisa jadi, jika popularitas dan elektabilitas keduanya tak terbendung maka mereka akan menjadi bak “permaisuri cantik” yang akan diperebutkan banyak partai.

Jika ini terjadi, keputusan akhir ada pada Gibran dan Kaesang.

Saya Aiman Witjaksono...
Salam!

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Langkah Mahfud Membersamai Masyarakat Sipil

Langkah Mahfud Membersamai Masyarakat Sipil

Nasional
5 Smelter Terkait Kasus Korupsi Timah yang Disita Kejagung Akan Tetap Beroperasi

5 Smelter Terkait Kasus Korupsi Timah yang Disita Kejagung Akan Tetap Beroperasi

Nasional
Deretan Mobil Mewah yang Disita di Kasus Korupsi Timah, 7 di Antaranya Milik Harvey Moeis

Deretan Mobil Mewah yang Disita di Kasus Korupsi Timah, 7 di Antaranya Milik Harvey Moeis

Nasional
[POPULER NASIONAL] PKS Sebut Surya Paloh Main Cantik di Politik | Ganjar-Mahfud Dapat Tugas Baru dari Megawati

[POPULER NASIONAL] PKS Sebut Surya Paloh Main Cantik di Politik | Ganjar-Mahfud Dapat Tugas Baru dari Megawati

Nasional
Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Nasional
Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Nasional
Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Nasional
Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Nasional
Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Nasional
Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Nasional
Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Nasional
Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Nasional
Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Nasional
PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com