JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Yohana Yembise mengungkapkan alasan memilih Cinta Laura sebagai Duta Anti-Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak.
Yohana menyatakan, Kementerian PPPA mendapuk Cinta Laura sebagai duta lantaran dia peduli pada kekerasan terhadap perempuan dan anak.
Yohana menyadari rekam jejak Cinta Laura menjadi sorotan masyarakat. Namun, Yohana menilai Cinta Laura justru menjadi korban dalam kasus dating violence oleh mantan kekasihnya, Frank Garcia, yang menimpa dirinya di New York, Amerika Serikat.
"Hal tersebut merupakan salah satu pertimbangan mengapa CLK (Cinta Laura Kiehl) dipilih sebagai Duta Anti Kekerasan. Sebagai Duta, CLK berkomitmen untuk memperbaiki diri sehingga dapat meningkatkan kesadaran korban kekerasan dan masyarakat terkait kekerasan terhadap perempuan dan anak," kata Yohana melalui keterangan tertulis, Selasa (30/7/2019).
Baca juga: Penunjukan Cinta Laura Jadi Duta Anti-Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak Tuai Polemik..
Ia menyadari keputusannya mengangkat Cinta Laura sebagai Duta Anti-kekerasan terhadap Perempuan dan Anak menuai kontroversi dari masyarakat. Sebab, masyarakat menilai pergaulan Cinta Laura tidak sesuai dengan nilai dan budaya Indonesia.
Yohana menilai, penolakan itu merupakan bentuk reviktimisasi terhadap korban, karena semua orang pasti punya latar belakang dan masa lalu dalam hidupnya.
Reviktimisasi secara sederhana berarti proses seorang korban kekerasan seksual menjadi korban kembali melalui stigma negatif dari lingkungannya.
Dengan demikian, reviktimisasi tersebut perlu dihindari dalam menghadapi latar belakang dari Cinta Laura sebagai Duta Anti-Kekerasan.
Yohana menambahkan, tidak semua korban berani berdiri tegar dan memulihkan dirinya, hingga mampu menjadi Duta Anti-Kekerasan. Karena itu, pengangkatan Cinta Laura sebagai Duta Anti-Kekerasan diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan diri korban yang masih merasa takut atau malu karena bentuk reviktimisasi yang didapatnya dalam proses mencari keadilan.
Yohana menilai, cibiran masyarakat itu muncul lantaran mereka belum memiliki perhatian lebih terhadap isu gender.
"Oleh karena itu, jangan menghakimi pilihan CLK sebagai korban dalam ranah privatnya, seperti cara ia berpacaran, namun seharusnya kita dapat mengangkat value beliau, bagaimana ia bisa bangkit dari keterpurukan setelah menjadi korban," sambung Yohana.
Baca juga: Cinta Laura Jadi Duta Antikekerasan terhadap Perempuan dan Anak, Apa Saja Tugasnya?
Yohana mengatakan, pihaknya melihat isu ini dengan lebih sensitif dan berperspektif responsif terhadap korban. Sebagai contoh, penyintas dari tindak pidana perdagangan orang bisa menjadi pahlawan. Karenanya Yohana menilai Cinta Laura selaku korban bisa pula menadi Duta Anti Kekerasan.
Kementerian PPPA perlu menunjukkan bahwa siapapun yang peduli pada kekerasan terhadap perempuan dan anak dapat menjadi duta.
"Perempuan, jangan pernah merasa bersalah saat menjadi korban kekerasan, apapun itu bentuknya. Kejadian buruk yang menimpa kita, bukan karena kesalahan kita sebagai perempuan, baik dari cara berbusana, berteman, berkendara, bekerja, dan lain sebagainya. Pelaku lah yang bermasalah dengan cara berpikirnya," papar Yohana.
"Mari berpikir positif dalam rangka perlindungan serta pemenuhan hak perempuan dan anak korban," lanjut dia.
Diberitakan, aktris peran sekaligus penyanyi Cinta Laura Kiehl ditunjuk Kementerian PPPA sebagai Duta Anti-Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak pada pertengahan Juli 2019.
Sontak, Kementerian PPPA menuai kritik. Salah satunya disampaikan psikolog anak yang juga Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia, Seto Mulyadi.
Pria yang akrab disapa Kak Seto itu mempertanyakan alasan Kementerian PPPA memilih Cinta Laura.
"Apakah itu hasil kerja Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak secara institusi atau lebih sebagai penunjukan berbasis selera individu per individu di KPPPA?" ujar Kak Seto saat dihubungi Kompas.com pada Selasa (30/7/2019).
Selain itu, Seto Mulyadi mempertanyakan apakah terpilihnya Cinta Laura sebagai duta sudah paling sesuai dengan parameter dan kriteria seorang "duta" bagi Kementerian PPPA.
Baca juga: 3 Janji Cinta Laura sebagai Duta Anti Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak
Kak Seto juga mempertanyakan, apakah pemilihan Cinta Laura oleh Kementerian PPPA juga melibatkan masyarakat untuk memberi masukan.
Kak Seto memahami bahwa pemilihan Cinta Laura sebagai duta anti-kekerasan terhadap perempuan dan anak menuai polemik. Ini disebabkan ada pandangan negatif terhadap gaya hidup Cinta Laura.
Ia pun berharap ada koreksi yang diberikan Komisi Perlindungan Anak Indonesia kepada Kementerian PPPA.
"Senyampang (mumpung) inisiatif Kementerian PPPA ini sudah memantik pandangan miring di tengah masyarakat, termasuk para pegiat perlindungan anak, relevan kiranya apabila KPAI mengambil langkah," ujar Seto.