Penyebaran narasi intoleransi dan radikalisme di kampus bisa disebut sebagai ancaman bagi Pancasila.
"Dalam situasi tertentu, kondisi ini sesungguhnya berpotensi menjadi ancaman bagi Pancasila, demokrasi, dan NKRI," kata dia.
Baca juga: Cegah Radikalisme, Kementerian PUPR Gandeng BNPT
Untungnya, ada harapan dari beberapa kampus yang telah melakukan upaya untuk meningkatkan semangat toleransi di dalam kampus.
Halili mengatakan aktor-aktor kunci di perguruan tinggi memainkan peranan penting dalam hal ini.
Misalnya yang terjadi di Institut Pertanian Bogor (IPB), di bawah kepemimpinan Rektor Arif Satria, IPB membuka masjid di kampus untuk seluruh paham keislaman.
Baca juga: Polri: Belum Ada Indikasi Keluarga Pimpinan JAD Lampung Terpengaruh Radikalisme
Kemudian juga membuat program IPB bersholawat dan melakukan sentralisasi kegiatan keislaman di masjid.
Dengan begitu, kegiatan keagamaan di tempat-tempat tertutup tidak boleh dilakukan.
Ada juga Universitas Negeri Yogyakarta yang mengadakan konser band di kampus dan event UNY njathil.
Halili mengatakan jathilan dalam hal ini sering dipandang kelompok Islam eksklusif sebagai tradisi yang bisa merusak akidah.