Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hoaks atau Fakta Sepekan: Seputar Kerusuhan 22 Mei, Isu Cacar Monyet hingga Tol Ambruk

Kompas.com - 25/05/2019, 20:21 WIB
Tim Cek Fakta

Penulis

hoaks

hoaks!

Berdasarkan verifikasi Kompas.com sejauh ini, informasi ini tidak benar.

KOMPAS.com - Merebaknya kabar bohong, hoaks, disinformasi hingga saat ini masih bisa kita temukan di beberapa media sosial dan juga aplikasi pesan WhatsApp.

Dampak dari penyebaran ini, yakni masyarakat yang membaca menjadi resah dan cemas, karena informasi yang beredar itu belum jelas kebenarannya. Tentu kabar bohong bisa merugikan sejumlah pihak yang tidak jeli dalam memilih dan memilah informasi.

Oleh karena itu, masyarakat sebaiknya bersikap selektif dan cermat terhadap informasi yang beredar di media sosial.

Dalam pekan ini, Kompas.com telah merangkum cek fakta pada 20-25 Mei 2019. Berikut rinciannya:

1. Anggota TNI meninggal karena cacar monyet

Sebuah pesan beredar di aplikasi peasn WhatsApp yang menyebutkan seorang pria meninggal karena cacar monyet pada Sabtu (18/5/2019). Pada foto, terlihat bintik-bintik merah yang ada diseluruh tubuh pria itu.

Dalam pesan itu, disebutkan nama korban, jabatan, kesatuan, dan alamat rumah duka.

Menanggapi hal itu, Kepala RSPAD Gatot Soebroto Terawan menyampaikan anggota TNI meninggal dunia bukan karena penyakit cacar monyet.

"Informasi itu hoaks," ujar Terawan saat dihubungi Kompas.com pada Minggu (19/5/2019).

Tak hanya itu, pada situs resmi Kementerian Kesehatan menjelaskan bahwa virus cacar monyet belum ditemukan di Indonesia.

Dengan demikian, masyarakat diimbau untuk tetap waspada dan menjaga kebersihan agar tidak tertulas virus cacar monyet atau Monkey pox.

Baca juga: [HOAKS] Anggota TNI Meninggal karena Cacar Monyet

2. Anggota TNI diracun saat jaga kotak suara

Sebuah unggahan menampilkan seorang pria sedang dirawat secara intensif di rumah sakit tersebar di media sosial Facebook pada Kamis (16/5/2019).

Dari unggahan tersebut, berisi informasi bahwa pria yang sakit itu merupakan anggota TNI, yaitu Praka Yudha Agnie.

Diketahui pula, Praka Yudha merupakan personel Arhanud 8/MBC yang ditemukan tidak sadarkan diri setelah mengamankan kotak suara dan muncul dugaan Praka Yudha telah diracun.

Atas beredarnya kabar ini, Kepala Bidang Humas Polda Jatim, Frans Barung Mangera mengatakan, kabar tidak sadarnya anggota TNI karena diracun adalah hoaks.

"Saat itu Yudha ditugaskan untuk mengamankan kotak suara di wilayah Polsek Kenjeran sejak Selasa (14/5/2019). Pada pukul 03.00 WIB, Yudha melaksanakan makan sahur yang dibagikan dari Polsek Kenjeran, Suarabaya," ujar Frans saat dihubungi Kompas.com pada Senin (20/5/2019).

Namun, pada pukul 12.00 WIB, Frans mengatakan bahwa teman-teman melihat Praka Yudha sedang tidur dan ditemukan busa yang keluar dari mulutnya.

Atas kejadian tersebut, Praka Yudha kemudian dilarikan ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr Soewandi untuk mendapatkan pertolongan dan tindakan medis.

Pihak RSUD Dr Sowandi menjelaskan bahwa pasiennya murni sakit stroke dan perlu istirahat selama tiga minggu sejak diagnosis awal.

Baca juga: [HOAKS] Anggota TNI Diracun Saat Jaga Kotak Suara di Polsek Kenjeran

3. Cacar Monyet Ditemukan di Wilayah Batam

Informasi seputar cacar monyet juga muncul di media sosial Facebook. Kali ini, kabar tersebut mengabarkan tentang cacar monyet yang telah masuk daerah Batam.

HOAKS ATAU FAKTA?

Jika Anda mengetahui ada berita viral yang hoaks atau fakta, silakan klik tombol laporkan hoaks di bawah ini

closeLaporkan Hoaks checkCek Fakta Lain
Berkat konsistensinya, Kompas.com menjadi salah satu dari 49 Lembaga di seluruh dunia yang mendapatkan sertifikasi dari jaringan internasional penguji fakta (IFCN - International Fact-Checking Network). Jika pembaca menemukan Kompas.com melanggar Kode Prinsip IFCN, pembaca dapat menginformasikannya kepada IFCN melalui tombol di bawah ini.
Laporkan
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

Nasional
Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

Nasional
7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

Nasional
Visa Terbit, 213.079 Jemaah Haji Indonesia Siap Berangkat 12 Mei

Visa Terbit, 213.079 Jemaah Haji Indonesia Siap Berangkat 12 Mei

Nasional
Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

Nasional
Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

Nasional
BPK Buka Suara usai Auditornya Disebut Peras Kementan Rp 12 Miliar

BPK Buka Suara usai Auditornya Disebut Peras Kementan Rp 12 Miliar

Nasional
Chappy Hakim: Semua Garis Batas NKRI Punya Potensi Ancaman, Paling Kritis di Selat Malaka

Chappy Hakim: Semua Garis Batas NKRI Punya Potensi Ancaman, Paling Kritis di Selat Malaka

Nasional
Prabowo Diminta Cari Solusi Problem Rakyat, Bukan Tambah Kementerian

Prabowo Diminta Cari Solusi Problem Rakyat, Bukan Tambah Kementerian

Nasional
Zulhas: Anggota DPR dan Gubernur Mana yang PAN Mintai Proyek? Enggak Ada!

Zulhas: Anggota DPR dan Gubernur Mana yang PAN Mintai Proyek? Enggak Ada!

Nasional
Usul Prabowo Tambah Kementerian Dianggap Sinyal Kepemimpinan Lemah

Usul Prabowo Tambah Kementerian Dianggap Sinyal Kepemimpinan Lemah

Nasional
Dubes Palestina Sindir Joe Biden yang Bersimpati Dekat Pemilu

Dubes Palestina Sindir Joe Biden yang Bersimpati Dekat Pemilu

Nasional
Di Hadapan Relawan, Ganjar: Politik Itu Ada Moral, Fatsun dan Etika

Di Hadapan Relawan, Ganjar: Politik Itu Ada Moral, Fatsun dan Etika

Nasional
Ide Prabowo Tambah Kementerian Dianggap Tak Sejalan dengan Pemerintahan Efisien

Ide Prabowo Tambah Kementerian Dianggap Tak Sejalan dengan Pemerintahan Efisien

Nasional
Chappy Hakim: Kita Belum Punya Konsep Besar Sistem Pertahanan Indonesia, Gimana Bicara Pengembangan Drone?

Chappy Hakim: Kita Belum Punya Konsep Besar Sistem Pertahanan Indonesia, Gimana Bicara Pengembangan Drone?

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com