Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat Soeharto Tetap ke Mesir di Tengah Gejolak Demonstrasi Mahasiswa

Kompas.com - 09/05/2019, 17:01 WIB
Aswab Nanda Prattama,
Bayu Galih

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Pada Mei 1998, aksi demontrasi mahasiswa mulai meluas di berbagai kampus di Indonesia. Aksi demonstrasi yang ditangani dengan kekerasan oleh aparat pun berakibat pada kemarahan masyarakat, hingga terjadi kerusahan di beberapa kota.

Perekonomian Indonesia yang memburuk merupakan alasan demonstrasi dan berbagai aksi unjuk rasa. Gerakan ini tak hanya dilakukan oleh mahasiswa saja, melainkan dari kelompok masyarakat yang menuntut Presiden Soeharto mundur.

Di tengah gejolak aksi mahasiswa yang meluas, Soeharto malah meninggalkan Indonesia untuk berkunjung ke Mesir. Soeharto bukan melakukan wisata, melainkan mendatangi Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G-15 pada 9 Mei 1998.

Dikutip dari Harian Kompas yang terbit pada 10 Mei 1998, Soeharto terbang ke Mesir menggunakan pesawat khusus MD-11 Garuda Indonesia dari Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta.

Presiden Soeharto melambaikan tangan kepada Wakil Presiden BJ Habibie, Menteri Kabinet Pembangunan VII, Panglima ABRI, Kepala Staf Angkatan dan Wakil Kepala Kepolisian RI, dan pejabat-pejabat lain yang melepas kepergiannya.

Pada pukul 15.30 waktu setempat atau 19.30 WIB, pesawat Garuda Indonesia yang ditumpangi Soeharto akhirnya mendarat di Kairo. Kedatangannya disambut oleh Presiden Mesir Hosni Mubarak, PM Kamel Ganzouri, Kepala Dewan Kepresidenan Dr Zakaria Azmi, dan Menlu Ali Alatas.

Setelah acara penyambutan yang berlangsung singkat, Presiden Soeharto menuju hotel Sheraton Heliopolis tempatnya menginap selama acara tersebut.

Baca juga: 11 Maret 1998, Saat Soeharto Dilantik Jadi Presiden untuk Kali Ketujuh

KTT G-15 Kairo

Acara ini dibuka pada 11 Mei 1998 dan menyinggung masalah krisis ekonomi Asia yang telah mendapat perhatian khusus dari kepala negara/pemerintahan G-15.

Setelah sidang, Presiden Mubarak mengadakan acara makan siang bersama dengan kepala negara/pemerintah G-15 itu. Kemudian dilanjutkan acara keliling kota mengunjungi obyek-obyek wisata di kota itu.

Presiden Soeharto juga diberikan kesempatan mewakili kepala negara/pemerintahan G-15 menggunting pita meresmikan pameran produk dan proyek G-15.

Ikut serta dalam pameran itu, Aljazair, India, Mesir, Malaysia, Senegal, Peru, Zimbabwe, Kenya, Nigeria, Meksiko, Indonesia dan Brazil. Proyek-proyek Mesir tampak paling banyak digelar dalam pameran tersebut.

Presiden Hosni Mubarak secara khusus membawa kepala negara/pemerintahan G-15 ke stand kementerian penerangan yang menunjukkan proses peluncuran satelit Mesir, NileSat, di Perancis.

Baca juga: 26 Maret 1968, Saat Soeharto Ditunjuk Gantikan Soekarno Jadi Presiden

Soeharto bertolak ke Sharm Al Sheik

Pada 12 Mei 1998, Presiden Soeharto beserta kepala negara/pemerintahan Kelompok 15 (G-15) lainnya tiba di Sharm Al Sheikh yang terletak sekitar 800 km arah tenggara kota Kairo. Mereka kembali meneruskan KTT hari kedua G-15 di kota tersebut.

Dikutip dari Harian Kompas yang terbit pada 13 Mei 1998, Dalam KTT G-15 di Sharm Al Sheikh, telah dibahas beberapa masalah yang menyangkut persoalan dunia ketiga. Namun disebut ada dua agenda utama yang menjadi pembicaraan serius kepala negara/pemerintahan G-15 itu

Pertama, cara mencegah dampak sosial krisis Asia, sehingga kekacauan lebih buruk yang dapat mencegah proses pembangunan dapat dihindarkan. Kedua, agenda dan draf rekomendasi KTT G-15 yang akan disampaikan pada penutupan KTT G-15.

Di Indonesia, pada 12 Mei 1998 kondisi politik kian tak menentu. Sebab, saat itu empat mahasiswa Universitas Trisakti tewas saat melakukan demonstrasi menuntut Soeharto mundur.

Tidak hanya empat mahasiswa, tindakan aparat juga menewaskan sejumlah warga. Tentu saja tragedi di Grogol, Jakarta Barat ini menyebabkan aksi demonstrasi akan membesar di kemudian hari. Soeharto terancam.

Baca juga: 20 Tahun Tragedi Trisakti, Apa yang Terjadi pada 12 Mei 1998 Itu?

Percepat kunjungan

Mahasiswa menduduki gedung MPR/DPR, menuntut Presiden Soeharto untuk mundur dari jabatan Presiden, pada Mei 1998.KOMPAS/EDDY HASBY Mahasiswa menduduki gedung MPR/DPR, menuntut Presiden Soeharto untuk mundur dari jabatan Presiden, pada Mei 1998.
Kunjungan kerja Soeharto ke Mesir sebenarnya dijadwalkan selesai pada 15 Mei 1998, namun Jenderal yang Tersenyum itu mempersingkat satu hari kunjungannya.

Sebelum meninggalkan Kairo, Soeharto mengunjungi dan meletakkan karangan bunga di Tugu Prajurit.

Agenda acara kunjungan Presiden Soeharto di Cairo terpaksa diadakan perubahan. Rencana akan pindah dari hotel Sheraton Heliopolis ke Istana Koubbeh usai KTT G-15, dibatalkan.

Presiden Hosni Mubarak yang semula akan menerima Presiden Soeharto di Istana Al Ittihadiyah juga dibatalkan, dan diganti dengan kunjungan Presiden Mubarak kepada Presiden Soeharto di Hotel Sheraton Heliopolis.

Namun, Presiden Hosni Mubarak dan Presiden Soeharto telah menyepakati perjanjian hubungan bilateral Indonesia-Mesir.

Pada 14 Maret 1998, Presiden Hosni Mubarak mengantar langsung Presiden Soeharto dari Sheraton Heliopolis menuju Bandara Kairo.

Ketika sampai di Jakarta, permasalahan kembali hadir pada benak Soeharto. Mahasiswa dan masyarakat sudah berhasil menduduki Gedung DPR/MPR dua hari setelah kedatangannya. Soeharto akhirnya melepaskan jabatan presiden pada 21 Mei 1998.

Artikel khusus mengenai kejatuhan Soeharto dapat dibaca di: VIK: Kejatuhan (daripada) Soeharto.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Nasional
Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Nasional
Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Nasional
Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Nasional
Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Nasional
Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Nasional
Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Nasional
Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Nasional
Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Nasional
PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

Nasional
Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan 'Nasib' Cak Imin ke Depan

Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan "Nasib" Cak Imin ke Depan

Nasional
Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Nasional
Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Nasional
Langkah PDI-P Tak Lakukan Pertemuan Politik Usai Pemilu Dinilai Tepat

Langkah PDI-P Tak Lakukan Pertemuan Politik Usai Pemilu Dinilai Tepat

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com