Ia mengatakan, Alat Peraga Kampanye (APK) menghabiskan anggaran paling besar, yakni mencapai 60 persen.
"Mostly APK. APK. Karena ini metodenya kompleks jadi aku harus memproduksi replika surat suara sebanyak mungkin. Ada 4.000-an. Karena aku harus make sure They know what to do on the day. Jadi ini yang dicoblos. Iya simulasi surat suara," ujar Eva.
Eva mengatakan, tak jarang ia berkolaborasi dengan caleg DPRD kabupaten dan kota serta provinsi.
Biasanya para caleg DPRD meminta namanya dimunculkan dalam simulasi surat suara bersama Eva.
Eva biasanya menyediakan dananya lalu para caleg DPRD membantu menyosialisasikan ke pemilih.
Saat ditanya ihwal paradigma semakin besar dana maka semakin besar peluang kemenangan, Eva membenarkan hal tersebut. Hanya, menurut Eva, sang caleg harus tepat menggunakan dananya.
Ia mengatakan, caleg harus bisa memastikan dana yang dikelola menjadi program kampanye sampai ke pemilih yang potensi memilihnya besar.
"Realitasnya itu. Memang itu fungsi dari modal. Tapi modal lebih banyak, tapi salah masukin ya bisa benjut (benjol). Makanya tim itu penting untuk memastikan nyampe kepada sana," palar Eva.
"Aku beruntung PDI-P di sini dominan. Dan strukturnya bagus, kuat, basisnya ada betul, bukan floating," lanjut dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.