Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Caleg: Dian Fatwa Pening Saat Ongkos Politik Membengkak...

Kompas.com - 13/04/2019, 13:43 WIB
Fabian Januarius Kuwado,
Sabrina Asril

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Semua orang mahfum, untuk menjadi seorang calon anggota legislatif di Indonesia, memerlukan uang yang banyak.

Demikian pula bagi calon anggota legislatif Partai Amanat Nasional (PAN) untuk DPR RI nomor urut 02 Dian Islamiati Fatwa yang menempati daerah pemilihan DKI Jakarta II yang meliputi Jakarta Selatan, Jakarta Pusat, dan Luar Negeri.

Oleh sebab itu, sejak awal memutuskan maju menjadi calon wakil rakyat, ia menghitung biaya yang ia butuhkan untuk melewati masa kampanye.

Lantas, apakah yang ia keluarkan selama ini sudah sesuai kalkulasi awal?

"Sangat tidak sesuai," ujar Dian saat berbincang dengan Kompas.com di sela kampanye di bilangan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, baru-baru ini.

Baca juga: Cerita Caleg: Dian Fatwa, Wasiat dari Ayah Menuju ke Senayan...

Sejak awal, putri politikus senior almarhum AM Fatwa ini sudah memiliki kalkulasi biaya yang ia siapkan. Kalkulasi didasarkan pada jumlah alat peraga kampanye yang ia cetak dan berapa titik di daerah pemilihan yang akan ia datangi.

Ternyata, pada kenyataannya, kalkulasi biayanya tak tepat sasaran. Ada saja kocek lebih yang mesti ia rogoh saat ia menyambangi kantung-kantung suara.

"Banyak sekali cost tidak terduga yang muncul. Ini juga yang membuat saya kadang-kadang agak pening," ujar Dian yang sebelumnya menjabat Head of South East Asia di Australian Broadcasting Corporation itu.

Misalnya, saat ia bersilaturahim dengan ibu-ibu majelis taklim, ada saja permintaan dari mereka yang tidak mungkin tidak dituruti.

Baca juga: Buka-bukaan Biaya Caleg demi Kursi di Senayan

"Biasanya minta karpet (masjid) perlu diganti, speaker-nya harus diganti, ibu-ibu di pengajian minta kerudung," ujar wanita yang baru sekitar 8 bulan berada di Jakarta ini.

Oleh sebab itu, ada tiga strategi yang ia gunakan untuk menekan bujet sekaligus mendongkrak popularitas dan elektabilitas. Pertama, ia menyisir kantong suara Prabowo-Sandiaga di Jakarta. Di sanalah, Dian akan fokus meraup suara.

Kedua, Dian memanfaatkan sumber daya yang dimiliki. Mulai dari rekan separtai hingga keluarga. Untuk rekan separtai, ia melakukan tandem ketika blusukan ke lapangan.

"Atau ketika bimtek (bimbingan teknis) bisa dilakukan di tempat yayasan keluarga sehingga cost menyewa gedung tidak perlu dikeluarkan. Misalnya cost-nya itu kan bisa sampai Rp 3 juta," ujar Dian.

Ketiga, ia memiliki kapasitas sebagai juru bicara Prabowo-Sandiaga. Dengan demikian, ia dapat menggunakan kapasitas itu demi mendongkrak popularitas dan elektabilitas. Ia berhitung, muncul di televisi satu kali, sama efeknya dengan memasang tiga baliho besar.

Menghindari makelar suara

Meski menyadari bahwa meraup suara merupakan hal yang sulit, Dian menegaskan, tak tergoda dengan praktik-praktik instan. Ia yakin cara-cara seperti itu justru akan menjerumuskannya, kelak.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Menhan AS Telepon Prabowo Usai Penetapan KPU, Sampaikan Pesan Biden dan Apresiasi Bantuan Udara di Gaza

Menhan AS Telepon Prabowo Usai Penetapan KPU, Sampaikan Pesan Biden dan Apresiasi Bantuan Udara di Gaza

Nasional
Terima Nasdem, Prabowo: Surya Paloh Termasuk yang Paling Pertama Beri Selamat

Terima Nasdem, Prabowo: Surya Paloh Termasuk yang Paling Pertama Beri Selamat

Nasional
Partai Pendukung Prabowo-Gibran Syukuran Mei 2024, Nasdem dan PKB Diundang

Partai Pendukung Prabowo-Gibran Syukuran Mei 2024, Nasdem dan PKB Diundang

Nasional
MKMK: Hakim MK Guntur Hamzah Tak Terbukti Langgar Etik

MKMK: Hakim MK Guntur Hamzah Tak Terbukti Langgar Etik

Nasional
Ratusan Bidan Pendidik Tuntut Kejelasan, Lulus Tes PPPK tapi Dibatalkan

Ratusan Bidan Pendidik Tuntut Kejelasan, Lulus Tes PPPK tapi Dibatalkan

Nasional
Surya Paloh Ungkap Alasan Nasdem Tak Jadi Oposisi Pemerintahan Prabowo

Surya Paloh Ungkap Alasan Nasdem Tak Jadi Oposisi Pemerintahan Prabowo

Nasional
Golkar: Belum Ada Pernyataan Resmi Pak Jokowi Keluar dari PDI-P, Kami Enggak Mau 'Ge-er'

Golkar: Belum Ada Pernyataan Resmi Pak Jokowi Keluar dari PDI-P, Kami Enggak Mau "Ge-er"

Nasional
Politeknik KP Sidoarjo Buka Pendaftaran, Kuota Masyarakat Umum 80 Persen

Politeknik KP Sidoarjo Buka Pendaftaran, Kuota Masyarakat Umum 80 Persen

Nasional
Surya Paloh: Nasdem Dukung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Surya Paloh: Nasdem Dukung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Nasional
Kenaikan Pangkat TNI: 8 Perwira Pecah Bintang, Kabais Resmi Berpangkat Letjen

Kenaikan Pangkat TNI: 8 Perwira Pecah Bintang, Kabais Resmi Berpangkat Letjen

Nasional
JK Nilai Konflik Papua terjadi karena Pemerintah Dianggap Ingin 'Merampok'

JK Nilai Konflik Papua terjadi karena Pemerintah Dianggap Ingin "Merampok"

Nasional
Biasa Koordinasi dengan PPATK, Dewas Nilai Laporan Wakil Ketua KPK Aneh

Biasa Koordinasi dengan PPATK, Dewas Nilai Laporan Wakil Ketua KPK Aneh

Nasional
Kementerian KP Luncurkan Pilot Project Budi Daya Udang Tradisional Plus di Sulsel

Kementerian KP Luncurkan Pilot Project Budi Daya Udang Tradisional Plus di Sulsel

Nasional
Soal PDI-P Tak Hadiri Penetapan Prabowo-Gibran, Djarot Bilang Tidak Tahu

Soal PDI-P Tak Hadiri Penetapan Prabowo-Gibran, Djarot Bilang Tidak Tahu

Nasional
Rencana Revisi, DPR Ingin Sirekap dan Digitalisasi Pemilu Diatur UU

Rencana Revisi, DPR Ingin Sirekap dan Digitalisasi Pemilu Diatur UU

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com