Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Prabowo-Sandiaga Tak Berikan Efek Elektoral, Ini Strategi PAN

Kompas.com - 21/03/2019, 19:09 WIB
Kristian Erdianto,
Krisiandi

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua DPP Partai Amanat Nasional (PAN) Yandri Susanto mengakui bahwa pasangan nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno tak banyak memberikan pengaruh elektoral atau coattail effect bagi partainya.

Di sisi lain, pemilu yang dilaksanakan serentak membuat masyarakat lebih banyak membicarakan soal pemilihan calon presiden dan wakil presiden. Sedangkan pemilu legislatif nyaris tidak terbahas.

Kendati demikian, kata Yandri, PAN memiliki strategi tersendiri agar mendapat perolehan suara di atas ambang batas parlemen sebesar 4 persen.

Baca juga: Survei Litbang ”Kompas”, 7 Parpol Terancam Tak Lolos ke Senayan

Menurut Yandri, dewan pimpinan pusat memerintahkan seluruh caleg untuk turun ke lapangan dan bertatap muka dengan masyarakat.

"Itulah fungsinya PAN memerintahkan kepada semua calegnya untuk langsung bertemu dengan masyarakat. Bahwa di samping pilpres ada juga hal yang penting yaitu pemilu legislatif," ujar Yandri saat dihubungi, Kamis (21/3/2019).

Yandri menjelaskan, selama masa kampanye para caleg PAN selalu membuat pertemuan-pertemuan terbatas dengan masyarakat.

Maksimal masyarakat yang diundang berjumlah antara 500 sampai 1.000 orang di setiap kecamatan. Meski kecil, kata Yandri, pertemuan digelar dengan intensitas yang cukup sering.

"Jadi kita tidak akan menggelar kampanye besar-besaran, supaya pesan internal PAN itu sampai langsung ke masyarakat. Pertemuan kecil tapi sering, kata Yandri.

"Saya sampai hari ini sudah 16 ribu orang yang saya lantik jadi relawan saya. 16 ribu kalau dikali 5 atau 10 saja sudah berlebih suara," ucapnya.

Hasil survei Litbang Kompas 22 Februari-5 Maret menunjukkan elektabilitas Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) dan Partai Gerindra masih yang paling tinggi ketimbang partai politik peserta pemilu lainnya.

Peneliti Litbang Kompas, Yohan Wahyu, menyebut tingginya elektabilitas PDI-P dan Gerindra disebabkan efek ekor jas dari sosok kedua capres yang selama ini melekat dengan parpol itu, yaitu Joko Widodo dan Prabowo Subianto.

Baca juga: PAN Diprediksi Tak Lolos ke DPR, Ini Kata Ketua DPP

Survei Litbang Kompas menggunakan metode pengumpulan data lewat wawancara tatap muka pada 22 Februari-5 Maret 2019 terhadap 2.000 responden.

Responden dipilih secara acak sederhana dengan metode pencuplikan sistematis bertingkat di 34 provinsi di Indonesia.

Tingkat kepercayaan 95 persen dan margin of error penelitian ini sebesar kurang lebih 2,2 persen dengan kondisi penarikan sampel acak sederhana.

Kompas TV Litbang Kompas rilis hasil survei pada 22 Februari-5 Maret 2019 dari 16 parpol, hanya 6 parpol yang elektabilitasnya penuhi ambang batas parlemen yaitu 4%. 6 parpol itu adalah PDIP, Gerindra, Golkar, PKB, Demokrat & PKS. Pemilik suara cenderung lihat parpol yang punya ideologi & ketokohan. #SurveiKompas #SurveiParpol #Pemilu2019
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Tanggal 5 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 5 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Sempat Berkelakar Hanif Dhakiri Jadi Menteri, Muhaimin Bilang Belum Ada Pembicaraan dengan Prabowo

Sempat Berkelakar Hanif Dhakiri Jadi Menteri, Muhaimin Bilang Belum Ada Pembicaraan dengan Prabowo

Nasional
PKS Janji Fokus Jika Gabung ke Prabowo atau Jadi Oposisi

PKS Janji Fokus Jika Gabung ke Prabowo atau Jadi Oposisi

Nasional
Gerindra Ungkap Ajakan Prabowo Buat Membangun Bangsa, Bukan Ramai-ramai Masuk Pemerintahan

Gerindra Ungkap Ajakan Prabowo Buat Membangun Bangsa, Bukan Ramai-ramai Masuk Pemerintahan

Nasional
PKB Terima Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Kalimantan, Salah Satunya Isran Noor

PKB Terima Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Kalimantan, Salah Satunya Isran Noor

Nasional
ICW Sebut Alasan Nurul Ghufron Absen di Sidang Etik Dewas KPK Tak Bisa Diterima

ICW Sebut Alasan Nurul Ghufron Absen di Sidang Etik Dewas KPK Tak Bisa Diterima

Nasional
Nasdem Kaji Duet Anies-Sahroni di Pilkada Jakarta

Nasdem Kaji Duet Anies-Sahroni di Pilkada Jakarta

Nasional
PDI-P Tuding KPU Gelembungkan Perolehan Suara PAN di Dapil Kalsel II

PDI-P Tuding KPU Gelembungkan Perolehan Suara PAN di Dapil Kalsel II

Nasional
Demokrat Tak Ingin Ada 'Musuh dalam Selimut' di Periode Prabowo-Gibran

Demokrat Tak Ingin Ada "Musuh dalam Selimut" di Periode Prabowo-Gibran

Nasional
Maju di Pilkada Jakarta atau Jabar, Ridwan Kamil: 1-2 Bulan Lagi Kepastiannya

Maju di Pilkada Jakarta atau Jabar, Ridwan Kamil: 1-2 Bulan Lagi Kepastiannya

Nasional
Demokrat Harap Tak Semua Parpol Merapat ke Prabowo Supaya Ada Oposisi

Demokrat Harap Tak Semua Parpol Merapat ke Prabowo Supaya Ada Oposisi

Nasional
Bingung dengan Objek Gugatan PDI-P di PTUN, KPU Belum Tahu Mau Jawab Apa

Bingung dengan Objek Gugatan PDI-P di PTUN, KPU Belum Tahu Mau Jawab Apa

Nasional
Gugat Dewas ke PTUN hingga 'Judicial Review' ke MA, Wakil Ketua KPK: Bukan Perlawanan, tapi Bela Diri

Gugat Dewas ke PTUN hingga "Judicial Review" ke MA, Wakil Ketua KPK: Bukan Perlawanan, tapi Bela Diri

Nasional
Sengketa Pileg, PPP Klaim Suara Pindah ke Partai Lain di 35 Dapil

Sengketa Pileg, PPP Klaim Suara Pindah ke Partai Lain di 35 Dapil

Nasional
Pemerintah Akan Bangun Sekolah Aman Bencana di Tiga Lokasi

Pemerintah Akan Bangun Sekolah Aman Bencana di Tiga Lokasi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com