Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejumlah Fakta Menarik dalam Debat Ketiga antara Ma'ruf Vs Sandiaga...

Kompas.com - 18/03/2019, 08:05 WIB
Jessi Carina,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

3. Infrastruktur langit ala Ma'ruf Amin

Dari sejumlah pernyataan Ma'ruf Amin tadi malam, salah satu yang berkesan adalah pernyataannya soal infrastruktur langit.

Ma'ruf mengatakan, pembangunan infrastruktur yang dilakukan pemerintah sudah mencakup semua lini.

Awalnya, Ma'ruf mengatakan, pemerintah mendorong tenaga kerja Indonesia menguasai teknologi.

Baca juga: Ada Infrastruktur Langit, Maruf Yakin 3.500 Startup akan Tumbuh

"Kami juga mau mendorong tenaga kerja kita mampu menguasai teknologi, terutama teknologi digital. Kebetulan, pemerintah sekarang sudah bisa bangun infrastruktur, baik infrastruktur darat, laut, udara, maupun infrastruktur langit," kata Ma'ruf.

Infrastruktur langit yang dia maksud adalah Palapa Ring. Infrastruktur telekomunikasi ini memudahkan masyarakat untuk mengembangkan usaha mereka.

"Sehingga sekarang tumbuh usaha seperti start up," kata Ma'ruf.

4. Sandiaga akan hapus UN

Sementara itu, seperti yang sempat disinggung, pernyataan Sandiaga yang banyak disoroti adalah janjinya menghapus ujian nasional.

"Kami juga pastikan bahwa sistem ujian nasional dihentikan, diganti dengan penelusuran minat dan bakat," kata Sandiaga.

Baca juga: Ini Alasan Sandiaga Akan Hapus Sistem Ujian Nasional jika Terpilih

Alasannya, pelaksanaan UN dinilai salah satu bentuk pemborosan. Selain itu, dia juga berjanji untuk meliburkan sekolah saat bulan Ramadhan.

5. Ma'ruf pamerkan kartu

Dalam debat tadi malam, Ma'ruf memamerkan tiga kartu yang akan menjadi program andalannya bersama calon presiden Joko Widodo.

Tiga kartu tersebut adalah Kartu Indonesia Pintar (KIP) Kuliah, Kartu Sembako Murah, dan Kartu Prakerja.

"Kami akan mengeluarkan tiga kartu: KIP Kuliah, Kartu Sembako Murah, dan Kartu Prakerja. Dengan kartu ini, anak-anak kita bisa kuliah, ibu-ibu bisa berbelanja dengan murah, dan orang bisa mendapatkan kerja. Pemerintah telah menyediakan tempat kursus," ujar Ma'ruf.

Kartu tersebut dipamerkan bahkan sejak penyampaian visi dan misi pada segmen pertama.

Ma'ruf kembali menyosialisasikan terus-menerus program kartu tersebut pada setiap kesempatan yang ada.

6. Sandiaga akan pakai e-KTP

Program kartu baru Jokowi-Ma'ruf tersebut akhirnya dijawab oleh Sandiaga pada segmen terakhir debat.

Kebalikannya, dia dan Prabowo justru tidak mau membuat program berbasis kartu lagi.

"Untuk semua layanan pemerintah, kami tidak ingin merepotkan negara, memberatkan negara dengan kartu-kartu lain," ujar Sandiaga.

Prabowo-Sandiaga akan mengandalkan kartu tanda penduduk (KTP) sebagai medium seluruh rakyat Indonesia mendapatkan program-program pemerintah, semisal pelayanan pendidikan, kesehatan, rumah siap kerja, dan Program Keluarga Harapan Plus.

Sebab, KTP yang digunakan oleh seluruh warga Indonesia saat ini sudah dilengkapi dengan chip yang memungkinkan disinergikan dengan program-program pemerintah.

"Ini super canggih. Ini akan menjadi kartu kami," ujar Sandiaga.

7. Serangan Ma'ruf soal program Sedekah Putih

Pada segmen keempat dan kelima, Ma'ruf dan Sandiaga memiliki kesempatan tarung bebas.

Kesempatan ini digunakan untuk melancarkan serangan-serangan pertanyaan kepada lawan.

Serangan Ma'ruf Amin adalah soal program Sedekah Putih Prabowo-Sandiaga. Ma'ruf bertanya kepada Sandiaga apa yang dimaksud dengan program itu.

Menjawab itu, Sandiaga menyebutkan program Indonesia Emas.

Salah satu aspek untuk mewujudkan itu adalah menjamin ibu-ibu dan anak mendapatkan protein yang cukup melalui susu dan ikan.

Dengan program ini, dia berharap gizi masyarakat Indonesia meningkat.

"Diharapkan bisa mengurangi stunting secara signifikan lima tahun ke depan," kata Sandiaga.

Mendengar jawaban itu, Ma'ruf langsung mengatakan bahwa program Sedekah Putih mengacaukan pemahaman masyarakat soal stunting.

Ma'ruf mengatakan, setelah gerakan Sedekah Putih dijalankan, masyarakat menangkap bahwa pemberian susu dilakukan setelah anak selesai diberi air susu ibu selama dua tahun.

Padahal, kata Ma'ruf, kunci pencegahan stunting adalah 1.000 hari pertama setelah ibu hamil.

Untuk pencegahan stunting, kata dia, kuncinya pemberian asupan yang cukup, sanitasi, dan air bersih hingga pemberian ASI selama dua tahun.

Menurut dia, apabila susu baru diberikan setelah sang anak berusia dua tahun, hal itu tidak lagi berpengaruh untuk mencegah stunting.

"Menurut saya, isu Sedekah Putih menimbulkan pemahaman yang mengacaukan masyarakat," kata Ma'ruf.

Menanggapi itu, Sandiaga pun meminta semua pihak tak saling menyalahkan soal program yang ditawarkannya.

Sandiaga lantas menceritakan anak bungsunya, Sulaiman, yang lahir saat istrinya berusia 42 tahun.

Saat itu, ASI sang istri terhenti saat Sulaiman berusia enam bulan. Padahal, Sandiaga berkeinginan anaknya menyusu hingga usia 2 tahun.

Menurut Sandiaga, banyak anak lain bernasib seperti Sulaiman yang membutuhkan bantuan untuk memenuhi kebutuhan gizinya.

Oleh karena itu, kata dia, program Sedekah Putih tetap relevan dilakukan karena banyak anak yang membutuhkan susu dan makanan bergizi lainnya di usia pertumbuhan.

"Dan kami ingin program partisipatif kolaboratif. Ini bukan tentang Prabowo-Sandi. Ini bukan tentang pilpres. Ini kami bicara generasi emas kita," lanjut Sandiaga.

8. Serangan Sandiaga soal tenaga kerja asing

Pada kesempatan yang sama, Sandiaga menyinggung soal TKA di Indonesia.

Sandiaga mengatakan ketika jumlah pengangguran mencapai 7 juta orang, pemerintahan Indonesia malah membuat aturan yang memudahkan tenaga kerja asing bekerja di Tanah Air.

Ia mencontohkan, dicabutnya aturan keharusan tenaga kerja asing bisa berbahasa Indonesia hingga mempermudah pemberian visa.

Selain itu, Sandiaga mengkritik perbandingan tenaga kerja asing dengan lokal. Namun, ia tidak menyebut angkanya.

"Kita lihat banyak saudara kita belum dapat kesempatan kerja, di sisi lain diberikan kepada tenaga kerja asing," kata Sandiaga.

Merespons hal itu, Ma'ruf meminta Sandiaga untuk mengecek data yang ada. Kata dia, jumlah TKA di Indonesia termasuk yang terendah.

"Tenaga kerja asing di Indonesia terkendali. Yang ada jumlahnya di bawah 0,01 persen. Dan itu adalah paling rendah di seluruh dunia. Lihat datanya," ujar Ma'ruf.

Sandiaga mengatakan, dirinya dan Prabowo akan membatasi TKA jika terpilih.

Selain itu, dia juga akan membuat syarat setiap TKA harus bisa berbahasa Indonesia jika ingin bekerja di Indonesia.

Ia mengatakan, dirinya dan calon presiden Prabowo Subianto akan memberikan aspek keadilan bagi tenaga kerja dalam negeri.

"Kalau ada lowongan tenaga kerja, berikanlah ke tenaga kerja negeri sendiri. Jangan sampai mereka disingkirkan dan terasing karena adanya tenaga kerja asing," kata mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta itu.

Ma'ruf kembali menanggapi pernyataan Sandiaga itu. Sekali lagi, dia menegaskan jumlah TKA di Indonesia sudah terkendali.

"TKA hanya diperbolehkan dalam bidang yang memang tidak ada tenaga dalam negeri. Saya kira itu kebijakan yang ada," ujar Ma'ruf.

Selain itu, kata Ma'ruf, TKA juga bukan sekadar pekerja. Tenaga kerja asing yang masuk ke Indonesia bisa melakukan transfer teknologi kepada anak bangsa.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[POPULER NASIONAL] PKS Sebut Surya Paloh Main Cantik di Politik | Ganjar-Mahfud Dapat Tugas Baru dari Megawati

[POPULER NASIONAL] PKS Sebut Surya Paloh Main Cantik di Politik | Ganjar-Mahfud Dapat Tugas Baru dari Megawati

Nasional
Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Nasional
Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Nasional
Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Nasional
Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Nasional
Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Nasional
Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Nasional
Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Nasional
Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Nasional
Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Nasional
PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

Nasional
Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan 'Nasib' Cak Imin ke Depan

Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan "Nasib" Cak Imin ke Depan

Nasional
Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Nasional
Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com