Awamnya kita selama ini mungkin tidak terlalu memikirkan apa yang sedang dilakukan tangan saat di foto, terlebih karena tidak sedang mencalonkan diri dalam sebuah jabatan politik.
Namun kini bagi para Politisi nampak memperhatikan bahasa tubuh mereka, tangan adalah bagian anatomi manusia yang paling ekspresif dipergunakan.
Padahal awalnya pose dua jari ‘victory’ atau satu ibu jari ‘good’ atau telunjuk hilir mudik di ruang publik hampir tidak ada masalah. Namun kini ekspresi tersebut tidak bisa lagi dipandang bebas nilai, namun sarat makna dan dapat dipersepsikan berbeda oleh kelompok yang sedang berkompetisi.
Terjebak politik administratif dan normatif
Salam satu jari atau dua jari dengan berbagai variannya sesungguhnya merupakan ekspresi dari tahapan pemilu yang perlu di tempuh dalam demokrasi yang sedang kita jalani, bukan perkara subtansi.
Karena sungguh di dalamnya tidak ada pesan program dan janji kampanye. Angka tersebut hanyalah urusan nomor urut dan kepentingan administratif belaka.
Namun anehnya, kini seakan menjadi urusan prinsip dan laten. Hingga kemudian mampu memantik konflik di berbagai forum media sosial maupun factual relasi sosial.
Baca juga: Jokowi-Maruf Amin Nomor Urut Satu, Prabowo-Sandiaga Nomor Urut Dua
Bukankah angka-angka tersebut 5 tahun lalu digunakan oleh capres yang sama dengan kondisi berkebalikan. Prabowo nomor urut 1 dan Jokowi nomor urut 2.
Kontestasi capres saat ini adalah pengulangan dan re-packaging dari apa yang pernah ada. Bukan sesuatu yang baru. Sehingga ketika pada akhirnya saat ini pose tersebut menjadi hulu konflik rasanya menyedihkan dan tragis.
Terlebih jika kemudian tim sukses kedua capres mengeksploitasi pose-pose tersebut secara berlebihan. Karena pada dasarnya kita telah terjebak dalam politik adminsitratif dan normatif.
Berbeda halnya dengan apa yang dilakukan sejumlah presiden dan calon presiden dari sejumlah negara lain yang melakukan pose jari, mereka sedang menyampaikan pesan subtansi kampanye politik melalui komunikasi nonverbal.
Semisal banyak orang mengingat ekspresi keyakinan Richard Nixon di salah satu momen penting saat mengundurkan diri pada tahun 1974 dengan mengacungkan dua jari berbetuk ‘V’.
Disisi lain, bagi orang yang hidup di tahun 1990-an tidak dapat melupakan ekspresi tegas dari Presiden Bill Clinton dengan ‘Clinton thumb’. Sikap politik yang dipopulerkan oleh Bill Clinton, terdiri dari jempol datar dengan tangan lainnya tertutup.
Penasihat Politik Clinton mengatakan bahwa mengarahkan jarinya ke kerumunan membuatnya terlihat seperti dia menuduh orang lain melakukan sesuatu. Kemudian mereka menyarankan agar Presiden AS tersebut menggunakan ‘Jempol Clinton’ sebagai gantinya.
Clinton berpendapat itu bukan kepalan tangan, jari telunjuk, atau jempol. Semua itu merupakan cara terbaik untuk menyampaikan pesan "Saya ingin menjadi kuat tanpa terlihat seperti saya mengancam Anda."