Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perempuan Pekerja Sebut Intoleransi Jadi Ancaman Nyata bagi Perempuan

Kompas.com - 22/12/2018, 18:20 WIB
Reza Jurnaliston,
Sabrina Asril

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kumpulan Perempuan Pekerja menuntut jaminan kebebasan berpendapat, berorganisasi dan berekpresi di lingkungan pekerjaan.

Koordinator Perempuan Pekerja sekaligus aktivis dari Perempuan Mahardhika Mutiatra Ika Pratiwi menuturkan, intoleransi menjadi ancaman nyata atas ruang demokrasi bagi perempuan, terutama di lingkungan pekerjaan.

“Upaya-upaya dia (perempuan) untuk bisa berekpresi atau bekerja, dan hak-hak aktif semakin diserang. Bahkan ketika menjadi korban kekerasan cenderung disalahkan kembali, disudutkan itu bentuk-bentuk represi intoleransi yang kita maksut,” ujar Mutiara di Kantor LBH Jakarta Pusat, Sabtu (22/12/2018).

Baca juga: Perempuan Pekerja Desak Pengesahan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual

Mutiara menilai, iklim demokrasi yang sepatutnya menjamin kemerdekaan dalam ruang publik dan ruang personal saat ini terancam oleh politik intoleransi.

Menurut Mutiara, politik intoleransi yang dimaksud berupa serangan terhadap martabat, kebebasan, ekspresi dan kemerdekaan perempuan.

“Kami sebagai perempuan pekerja meyakini serikat atau organisasi adalah kekuatan bagi perempuan untuk melakukan perubahan sosial,” kata Mutiara.

Baca juga: Serikat Perempuan Mahardhika Sebut Tindakan Poligami Rendahkan Kedudukan Perempuan

Menurut Mutiara, negara belum hadir dalam menjamin kebebasan berorganisasi perempuan dalam sektor pekerjaan.

Ia memandang, sektor-sektor pekerjaan yang mayoritas mempekerjakan perempuan, seperti di bidang garmen, alas kaki, sektor informal, pekerja rumah tangga, buruh rumahan, justru menjadi sektor yang paling rentan dilakukan pemberangusan serikat buruh.

“Minimnya perlindungan negara terhadap berorganisasi. Saat ini melihat perempuan sedang dihimpit dua hal, satu yang bersifat represif menyerang secara langsung ke perempuannya,” kata Mutiara.

“Kedua, adalah dari perempuan pekerja melihat minimnya perlindungan atau jaminan kebebasan berserikat,” kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Prabowo Berterima Kasih ke PBNU karena Komitmen Dukung Pemerintahan ke Depan

Prabowo Berterima Kasih ke PBNU karena Komitmen Dukung Pemerintahan ke Depan

Nasional
Gus Yahya: Tak Ada Peran yang Lebih Tepat bagi PBNU Selain Bantu Pemerintah

Gus Yahya: Tak Ada Peran yang Lebih Tepat bagi PBNU Selain Bantu Pemerintah

Nasional
Gus Yahya: Ini Halal Bihalal Keluarga, Prabowo-Gibran Anggota Keluarga NU

Gus Yahya: Ini Halal Bihalal Keluarga, Prabowo-Gibran Anggota Keluarga NU

Nasional
Data Penyelidikan SYL Diduga Bocor, KPK Akan Periksa Internal Setelah Febri Diansyah dkk Bersaksi di Sidang

Data Penyelidikan SYL Diduga Bocor, KPK Akan Periksa Internal Setelah Febri Diansyah dkk Bersaksi di Sidang

Nasional
Prabowo Tiba di Acara Halal Bihalal PBNU, Diantar Gibran Masuk Gedung

Prabowo Tiba di Acara Halal Bihalal PBNU, Diantar Gibran Masuk Gedung

Nasional
Gerindra Tegaskan Prabowo Belum Susun Kabinet, Minta Pendukung Tak Bingung

Gerindra Tegaskan Prabowo Belum Susun Kabinet, Minta Pendukung Tak Bingung

Nasional
Hadiri Halal Bihalal PBNU, Gibran Disambut Gus Yahya dan Gus Ipul

Hadiri Halal Bihalal PBNU, Gibran Disambut Gus Yahya dan Gus Ipul

Nasional
Gempa Garut, Tenda Pengungsian Didirikan di Halaman RS Sumedang

Gempa Garut, Tenda Pengungsian Didirikan di Halaman RS Sumedang

Nasional
Anies Diprediksi Bakal Terima Tawaran Nasdem Jadi Cagub DKI jika Tak Ada Panggung Politik Lain

Anies Diprediksi Bakal Terima Tawaran Nasdem Jadi Cagub DKI jika Tak Ada Panggung Politik Lain

Nasional
9 Kabupaten dan 1 Kota  Terdampak Gempa M 6,2 di Garut

9 Kabupaten dan 1 Kota Terdampak Gempa M 6,2 di Garut

Nasional
KPK Sebut Dokter yang Tangani Gus Muhdlor Akui Salah Terbitkan Surat 'Dirawat Sampai Sembuh'

KPK Sebut Dokter yang Tangani Gus Muhdlor Akui Salah Terbitkan Surat "Dirawat Sampai Sembuh"

Nasional
BNPB: Tim Reaksi Cepat Lakukan Pendataan dan Monitoring Usai Gempa di Garut

BNPB: Tim Reaksi Cepat Lakukan Pendataan dan Monitoring Usai Gempa di Garut

Nasional
BNPB: Gempa M 6,2 di Garut Rusak Tempat Ibadah, Sekolah, dan Faskes

BNPB: Gempa M 6,2 di Garut Rusak Tempat Ibadah, Sekolah, dan Faskes

Nasional
PBNU Gelar Karpet Merah Sambut Prabowo-Gibran

PBNU Gelar Karpet Merah Sambut Prabowo-Gibran

Nasional
KPK Nonaktifkan Dua Rutan Buntut Pecat 66 Pegawai yang Terlibat Pungli

KPK Nonaktifkan Dua Rutan Buntut Pecat 66 Pegawai yang Terlibat Pungli

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com