Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gerindra: Negara Lain Tahu soal Korupsi di RI, Enggak Perlu Diumpetin

Kompas.com - 28/11/2018, 18:23 WIB
Jessi Carina,
Krisiandi

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua DPP Partai Gerindra Ahmad Riza Patria membantah bahwa Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto ingin membuat citra Indonesia buruk lewat pidatonya di Singapura.

Dalam pidatonya, Prabowo menyebut korupsi di Indonesia sangat parah dan sudah seperti kanker stadium 4.

Menurut Riza, tak ada niatan Prabowo menjelekan negara sendiri, karena negara lain sudah mengetahui terkait masifnya korupsi di Indonesia. 

"Kita bukan menjelekan Indonesia di negara luar. Negara lain itu mohon maaf, tidak kalah hebat, lebih tahu. Negara lain itu punya media, punya intelijen, punya aparat, punya semua, jadi tahu," ujar Riza di kompleks parlemen, Rabu (28/11/2018).

"Hal-hal seperti itu enggak perlu diumpetin, mereka tahu tuh indeks korupsi kita meningkat," tambah dia.

Baca juga: Misbakhun: Pak Prabowo, Apakah Rakyat Indonesia Serendah Itu?

Riza mengatakan, negara lain umumnya melakukan survei ke negara tetangga untuk membuat perbandingan. Riza menyebut, dalam pidatonya Prabowo hanya menegaskan problem yang terjadi di Indonesia.

Masalah itu yang akan dibenahi Prabowo jika berhasil memenangkan Pemilihan Presiden 2019.

"Inilah masalah Indonesia yang akan diatasi oleh Pak Prabowo karena masalah korupsi ini masalah yang sangat krusial," kata Riza.

Riza mengatakan membereskan masalah korupsi harus dimulai dari pemimpinnya. Menurut dia, pemimpin yang bersih dari korupsi belum cukup. Pemimpin negara itu juga harus tegas terhadap jajaran di bawahnya soal komitmen anti-korupsi.

"Ada pemimpin yang bersahaja mungkin tidak korupsi, tapi membiarkan kroni kroni korupsi, ya ikut bersalah. Jadi pemimpin itu harus berani, mulai dari diri sendiri, keluarga, dan kroni-kroninya harus bebas dari korupsi," ujar Riza.

Sebelumnya, juru bicara Tim Kampanye Nasional Joko Widodo-Ma'ruf Amin, Mukhamad Misbakhun, mengkritik pidato Prabowo di Singapura. Menurut dia, Prabowo melecehkan rakyat negeri sendiri melalui forum mancanegara.

Pernyataan Prabowo yang menjadi sorotan adalah soal korupsi di Indonesia yang seperti kanker stadium 4. Kemudian juga soal rakyat yang mudah disuap untuk memilih calon tertentu dalam pemilu.

"Apakah Pak Prabowo mau bilang bahwa memilih Pak Prabowo karena diberi sekarung nasi? Atau memilih Pak Jokowi diberi sekarung nasi?" ujar Misbakhun.

Baca juga: Di Singapura, Prabowo Sebut Korupsi di Indonesia seperti Kanker Stadium Empat

"Apakah rakyat Indonesia serendah itu sehingga dengan mudah dibeli dengan sekarung nasi? Ini benar-benar sangat menyakitkan dan memprihatinkan," lanjut dia.

Dari laporan transparency international, skor indeks persepsi korupsi Indonesia pada 2017 tak mengelami perubahan dari tahun sebelumnya, yakni 37. Cuma, di lihat dari sisi peringkat, posisi Indonesia menurun. Pada 2016 Indonesia ada di peringkat 90 dari 180 negara, sementara 2017 di posisi 96. 

Indeks ini menggunakan skala skor 0-100. Skor 0 artinya paling korup, sementara skor 100 paling bersih.  

Kompas TV Calon Presiden Republik Indonesia nomor urut 02 Prabowo Subianto menghadari undangan majalah The Economist di Singapura, Selasa malam. Di acara ini Prabowo menjadi salah satu pembicara.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

Nasional
Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

Nasional
Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

Nasional
7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

Nasional
Visa Terbit, 213.079 Jemaah Haji Indonesia Siap Berangkat 12 Mei

Visa Terbit, 213.079 Jemaah Haji Indonesia Siap Berangkat 12 Mei

Nasional
Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

Nasional
Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

Nasional
BPK Buka Suara usai Auditornya Disebut Peras Kementan Rp 12 Miliar

BPK Buka Suara usai Auditornya Disebut Peras Kementan Rp 12 Miliar

Nasional
Chappy Hakim: Semua Garis Batas NKRI Punya Potensi Ancaman, Paling Kritis di Selat Malaka

Chappy Hakim: Semua Garis Batas NKRI Punya Potensi Ancaman, Paling Kritis di Selat Malaka

Nasional
Prabowo Diminta Cari Solusi Problem Rakyat, Bukan Tambah Kementerian

Prabowo Diminta Cari Solusi Problem Rakyat, Bukan Tambah Kementerian

Nasional
Zulhas: Anggota DPR dan Gubernur Mana yang PAN Mintai Proyek? Enggak Ada!

Zulhas: Anggota DPR dan Gubernur Mana yang PAN Mintai Proyek? Enggak Ada!

Nasional
Usul Prabowo Tambah Kementerian Dianggap Sinyal Kepemimpinan Lemah

Usul Prabowo Tambah Kementerian Dianggap Sinyal Kepemimpinan Lemah

Nasional
Dubes Palestina Sindir Joe Biden yang Bersimpati Dekat Pemilu

Dubes Palestina Sindir Joe Biden yang Bersimpati Dekat Pemilu

Nasional
Di Hadapan Relawan, Ganjar: Politik Itu Ada Moral, Fatsun dan Etika

Di Hadapan Relawan, Ganjar: Politik Itu Ada Moral, Fatsun dan Etika

Nasional
Ide Prabowo Tambah Kementerian Dianggap Tak Sejalan dengan Pemerintahan Efisien

Ide Prabowo Tambah Kementerian Dianggap Tak Sejalan dengan Pemerintahan Efisien

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com