Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tim Jokowi: Tim Prabowo-Sandiaga Dikasih Data Tak Mau, Bukti Juga Enggak Mau

Kompas.com - 15/11/2018, 19:19 WIB
Jessi Carina,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Juru Bicara Tim Kampanye Nasional Joko Widodo-Ma'ruf Amin, Arya Sinulingga, menjelaskan penyebab calon presiden nomor urut 01 Joko Widodo sampai mengucapkan kata-kata politisi sontoloyo dan politik genderuwo.

Menurut dia, hal ini tidak lepas dari sikap pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 02, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.

Arya mengatakan, saat kampanye, pasangan tersebut sering menyerang pemerintah dengan isu ekonomi, salah satunya kenaikan harga.

Jokowi berpandangan, hal itu tidak benar.

Baca juga: Fahri Hamzah: Saya Dengar Ada Problem Konsolidasi di Tim Pak Prabowo

"Ketika dikatakan harga naik oleh pihak sebelah pakai petai lah, tempe lah. Ini kan fakta yang tidak benar. Datanya inflasi tidak tinggi. Inflasi enggak tinggi, harga tidak mungkin naik. Nah, kami katakan fakta itu," ujar Arya, di Posko Cemara, Kamis (15/11/2018).

Namun, data yang disampaikan Jokowi tidak pernah dipedulikan oleh pihak Prabowo-Sandiaga.

Arya menilai, Prabowo-Sandiaga dan timnya terus-menerus mengulang isu itu. Dalam kampanyenya, Sandiaga terus menyebutkan harga naik.

Baca juga: Tim Jokowi-Maruf: Satu Setengah Bulan Kampanye, Prabowo-Sandi Sudah 3 Kali Minta Maaf

Melihat hal ini, kata Arya, Jokowi menyimpulkan bahwa pernyataan itu hanya untuk menakuti rakyat.

"Dia dikasih data enggak, mau dikasih bukti enggak mau. Ya kami kasih sebutan genderuwo, untuk nakutin saja gitu. Genderuwo lebih untuk menjawab ketidakmauan mereka menerima data," ujar Arya.

Adu data

Arya kemudian mencontohkan pernyataan Prabowo yang menyebut 99 persen orang Indonesia hidup pas-pasan.

Prabowo menyampaikan itu mengacu pada data Bank Dunia.

Belakangan, kata Arya, Bank Dunia memberi pernyataan tidak pernah mengeluarkan data itu.

Isu lainnya, soal polemik impor jagung.

Baca juga: Tim Kampanye Jokowi Bilang Penyataan Harga di Pasar Naik Menakuti Masyarakat

Arya mengatakan, dalam sebuah acara televisi tim Jokowi-Ma'ruf pernah berdebat dengan tim Prabowo-Sandiaga soal ini.

Tim Jokowi-Ma'ruf menunjukkan data bahwa sebenarnya tren impor jagung turun signifikan sejak 2016.

"Tetapi apakah data itu mereka mau terima? Enggak bos, kata mereka 'Yang penting itu masih impor'. Makanya keluar diksi genderuwo itu," kata Arya.

Arya mengatakan, isu yang paling sering dibahas oleh Prabowo-Sandiaga adalah isu kenaikan harga, tenaga kerja, impor, dan kemiskinan.

Menurut dia, tak peduli bagaimana Jokowi menjawab kritikan itu dengan data, mereka akan tetap mempermasalahkannya.

Pada akhirnya, kata Arya, itu semua yang menyebabkan Jokowi mengeluarkan istilah sontoloyo dan genderuwo.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Korban Dugaan Asusila Ketua KPU Bakal Minta Perlindungan LPSK

Korban Dugaan Asusila Ketua KPU Bakal Minta Perlindungan LPSK

Nasional
Pemerintah Belum Terima Draf Resmi RUU Penyiaran dari DPR

Pemerintah Belum Terima Draf Resmi RUU Penyiaran dari DPR

Nasional
Akui Cita-citanya adalah Jadi Presiden, Prabowo: Dari Kecil Saya Diajarkan Cinta Tanah Air

Akui Cita-citanya adalah Jadi Presiden, Prabowo: Dari Kecil Saya Diajarkan Cinta Tanah Air

Nasional
Budi Arie: Pemerintah Pastikan RUU Penyiaran Tak Kekang Kebebasan Pers

Budi Arie: Pemerintah Pastikan RUU Penyiaran Tak Kekang Kebebasan Pers

Nasional
Perayaan Trisuci Waisak, Menag Berharap Jadi Momentum Rajut Kerukunan Pasca-Pemilu

Perayaan Trisuci Waisak, Menag Berharap Jadi Momentum Rajut Kerukunan Pasca-Pemilu

Nasional
Vendor Kementan Disuruh Pasang 6 AC di Rumah Pribadi SYL dan Anaknya

Vendor Kementan Disuruh Pasang 6 AC di Rumah Pribadi SYL dan Anaknya

Nasional
SYL Berkali-kali 'Palak' Pegawai Kementan: Minta Dibelikan Ponsel, Parfum hingga Pin Emas

SYL Berkali-kali "Palak" Pegawai Kementan: Minta Dibelikan Ponsel, Parfum hingga Pin Emas

Nasional
Anak SYL Ikut-ikutan Usul Nama untuk Isi Jabatan di Kementan

Anak SYL Ikut-ikutan Usul Nama untuk Isi Jabatan di Kementan

Nasional
Cucu SYL Dapat Jatah Jabatan Tenaga Ahli di Kementan, Digaji Rp 10 Juta Per Bulan

Cucu SYL Dapat Jatah Jabatan Tenaga Ahli di Kementan, Digaji Rp 10 Juta Per Bulan

Nasional
KPK Duga Negara Rugi Ratusan Miliar Rupiah akibat Korupsi di PT PGN

KPK Duga Negara Rugi Ratusan Miliar Rupiah akibat Korupsi di PT PGN

Nasional
Berbagai Alasan Elite PDI-P soal Jokowi Tak Diundang ke Rakernas

Berbagai Alasan Elite PDI-P soal Jokowi Tak Diundang ke Rakernas

Nasional
Waketum Golkar Ingin Tanya Airlangga Kenapa Bobby Akhirnya Masuk Gerindra

Waketum Golkar Ingin Tanya Airlangga Kenapa Bobby Akhirnya Masuk Gerindra

Nasional
Bicara soal Rekonsiliasi, JK Sebut Tetap Ada yang Jadi Oposisi

Bicara soal Rekonsiliasi, JK Sebut Tetap Ada yang Jadi Oposisi

Nasional
[POPULER NASIONAL] Jalan Berliku Anies Menuju Pilkada Jakarta | Mahfud soal Pentingnya Pemikiran Megawati

[POPULER NASIONAL] Jalan Berliku Anies Menuju Pilkada Jakarta | Mahfud soal Pentingnya Pemikiran Megawati

Nasional
GASPOL! Hari Ini: Eks Ajudan Prabowo Siap Tempur di Jawa Tengah

GASPOL! Hari Ini: Eks Ajudan Prabowo Siap Tempur di Jawa Tengah

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com