JAKARTA, KOMPAS.com - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menemukan delapan relawan asing asal China yang berencana menuju kawasan terdampak bencana di Palu, Sulawesi Tengah, tanpa membawa surat izin dari organisasi resmi yang telah didaftarkan ke pemerintah.
Menurut Kepala Pusat Data Informasi dan Hubungan Masyarakat BNPB Sutopo Purwo Nugroho, mereka mengaku mendapat undangan tertulis dari Bupati Sigi untuk ikut membantu proses penanggulangan bencana sebagai relawan.
Tetapi, setelah dilakukan pengecekan, BNPB meragukan keaslian surat tersebut.
"Kita khawatir, masih meragukan suratnya asli atau tidak. Nah, kita sinyalir suratnya palsu," kata Sutopo di kantor BNPB, Utan Kayu, Jakarta Timur, Kamis (11/10/2018).
Baca juga: Pemulangan Relawan Internasional dari Palu Menuai Polemik...
Atas dugaan tersebut, petugas BNPB di Makassar memperingatkan delapan orang tersebut untuk tidak masuk ke Palu.
Meski telah diperingatkan, tiga orang tetap menuju Palu melalui jalur darat.
Namun, saat ini, dilaporkan bahwa seluruh relawan asal China tersebut saat ini telah keluar dari wilayah Palu.
Selain delapan relawan asal Tiongkok, Sutopo mengatakan, total ada 14 relawan dari negara asing yang juga ditolak masuk ke Palu. Rinciannya, delapan orang berasal dari Meksiko, lima orang dari Nepal, dan seorang dari Australia.
Seluruhnya ditolak lantaran tidak menaati aturan mengenai kriteria bantuan relawan asing. Aturan tersebut berupa tidak adanya mitra lokal yang telah didaftarkan NGO tempat bekerja relawan, ke pemerintah Indonesia.
Diberlakukannya aturan tersebut, kata Sutopo, bukan bertujuan untuk melarang relawan asing ikut melakukan proses evakuasi. Tetapi, izin dibutuhkan untuk memastikan semua bantuan dan kegiatan pencarian dan penyelamatan korban terkoordinasi dengan baik.
"Untuk NGO asing diminta untuk berkordinasi dengan PMI dan afiliasi NGO nasional. Mereka bisa masuk setelah diizinkan dan melakukan kordinasi tersebut," terang dia.
Baca juga: Pemulangan Relawan Asing Jadi Polemik, Bagaimana Aturannya?
Gempa bermagnitudo 7,4 SR yang terjadi Jumat (28/9/2018) pukul 17.02 WIB di sejumlah wilayah di Sulawesi Tengah mengakibatkan 2.073 orang meninggal dunia dan 10.679 orang luka berat.
Tercatat pula, 680 orang hilang yang diperkirakan masih tertimbun di bawah reruntuhan bangunan akibat gempa dan tsunami.
Selain itu, dilaporkan 82.775 warga mengungsi di sejumlah titik. Lalu, sebanyak 67.310 rumah dan 662 sekolah tercatat rusak. Dan 22 fasilitas kesehatan serta 99 fasilitas peribadatan rusak berat.