Jika model kampanye seperti ini terus terjadi, bukan tidak mungkin program-program fundamental yang ditawarkan oleh pasangan capres-cawapres akan tertutup awan pekat atraksi. Pada akhirnya pemilih hanya mengingat sensasi, bukan subtansi.
Penulis merasa prihatin dan perlu mengulasnya, karena jika tidak ada aral melintang kita—publik—akan menempuh paparan pesan kampanye hampir 7 bulan lamanya. Waktu yang sangat singkat bagi para politisi, tetapi sangat menjemukan bagi para pemilih jika isinya hanya hujatan dan "recehan".
Mengapa menjadi penting keberadaan jubir dalam sebuah kontestasi politik? Lalu apa bedanya jubir dengan juru kampanye (jurkam)? Adakah jumlah yang ideal bagi jubir?
Spokesperson atau jubir secara sederhana adalah seseorang yang dipilih untuk berbicara secara resmi mewakili suatu kelompok atau organisasi. Dia diberikan otoritas dan kewenangan untuk menyampaikan informasi.
Kampanye menurut Lilleker dan Negrine, 2000 (dalam Firmanzah, 2008:271) merupakan periode yang diberikan oleh panitia pemilu kepada semua kontestan, baik partai politik maupun perorangan, untuk memaparkan program-program kerja dan memengaruhi opini publik sekaligus memobilisasi masyarakat agar memberikan suara kepada mereka sewaktu pemilihan.
Jika merujuk kepada tahapan kampanye capres dan cawapres, setidaknya kurang dari tujuh bulan waktu yang tersedia. Saat kampanye merupakan kesempatan bagi pasangan kontestan untuk menanamkan pengaruh dan simpati pemilih agar dapat meraih suara sebanyak- banyaknya.
Kesuksesan suatu calon dalam pemilu sering kali ditentukan oleh cara dan strategi yang ditempuh dalam memainkan isu-isu yang ada di tengah-tengah masyarakat. Kemampuan mengolah dan mendiseminasikan isu tersebut menjadi tugas seorang juru bicara.
Kampanye pemilu adalah bagian kecil dari kampanye politik. Kampanye pemilu adalah semua aktivitas politik yang ditujukan untuk menggiring pemilih ke tempat-tempat pencoblosan. Adapun kampanye politik bersifat jangka panjang dan dilakukan secara terus menerus untuk membangun image politik.
Fungsi Juru bicara secara normatif adalah menyampaikan informasi tentang kebijakan dan kegiatan pasangan calon presiden kepada publik, baik masyarakat maupun media massa. Tujuannya, pihak yang bersangkutan mendapat pengetahuan, pengertian, dan pemahaman tentang pasangan tersebut dengan harapan memberi dukungan.
Peranan seorang juru bicara dalam tim pemenangan pasangan calon presiden sangat penting. Sudah sepantasnya juru bicara merupakan orang yang dipercaya untuk mewakili pasangan tersebut. Apa yang disampaikan oleh seorang jubir akan mempengaruhi persepsi umum tentang pasangan tersebut.
Pasangan capres-cawapres dalam menunjuk seorang jubir bisa jadi berdasarkan pada kedudukan atau jabatan. Namun ada pula pasangan yang mengangkat juru bicara tidak berdasarkan pada posisi. Bisa jadi seorang juru bicara dipercayakan kepada orang yang memiliki basis massa tertentu.
Juru bicara harus memiliki karakteristik, di antaranya orang yang menguasai masalah dengan didukung oleh data dan fakta. Bukan penyebar berita bohong dan fitnah. Bukan pamantul kabar tak sedap dan pemantik konflik. Agar informasi bukan sekedar riuh dan riak, namun bisa menjadi pesan produktif pendamping pengetahuan pemilih.
Dalam beberapa kesempatan harus disadari seorang jubir kampanye hanya berbekal semangat dan mental bertempur. Padahal, sebelum tampil dan menyampaikan suatu informasi kepada umum ia harus tahu secara detail konteks permasalahan yang terjadi berkatian dengan organisasi atau informasinya.
Karena hanya berbekal "mental berani mati", pada akhirnya keberadaan jubir membuat mati gaya pasangan calon yang diusungnya. Hingga pada akhirnya pasangan tersebut justru menjadi juru bicara bagi jubir yang salah bicara.
Juru bicara juga harus mampu meyakinkan mana informasi yang pantas atau yang benar untuk disajikan menjadi informasi publik/umum, dan di saat yang bersamaan membatasai diri mana yang tidak pantas atau tidak boleh disampaikan.