JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Pimpinan Pusat (PP) Pemuda Muhammadiyah Dahnil Anzar menilai, gerakan #2019GantiPresiden merupakan bagian dari kreativitas narasi politik.
Baginya, gerakan tersebut bukanlah masalah karena tidak melanggar aturan yang berlaku di Indonesia.
"Jangan sampai kreativitas memproduksi narasi dan argumentasi dalam politik itu dikekang, kita bisa jadi fasis loh. Kalau ada yang bilang itu enggak boleh namanya fasisme politik," ujarnya di Kantor Wakil Presiden, Jakarta, Jumat (7/9/2018).
"Masa orang mau berkreasi dalam narasi (dikekang) karena bagi saya politik itu kecerdaan memproduksi narasi," sambung dia.
Bahkan, Dahnil juga memuji politikus yang memproduksi #2019GantiPresiden. Menurut dia, pencipta tagar tersebut merupakan politikus yang maju sebab politik adakah kontestasi argumentasi dan kontestasi narasi.
Baginya, orang yang melarang kreativitas narasi adalah orang yang tidak mampu lagi mengimbangi narasi politik.
Meski begitu, Dahnil juga memberikan catatan kepada gerakan #2019GantiPresiden, terutama terkait penolakan di sejumlah daerah.
Baca juga: 2 Komisioner Bawaslu Dilaporkan ke DKPP soal Tanggapan #2019GantiPresiden
Menurut Dahnil, penolakan itu muncul karena adanya kecendrungan kreativitas narasi itu dibumbui dengan narasi anarkis, yakni perkataan memaki sehingga menimbulkan reaksi pihak lain.
"Misalnya memaki presiden yang sekarang, memaki kelompok lain, nah itu yang menjadi masalah. Jadi saya saran jangan sampai kedua kubu ini merusak keindahan narasi politik tadi itu," kata dia.