JAKARTA, KOMPAS.com - Tahap tanggap darurat penanganan bencana gempa Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), telah berakhir dan memasuki tahap transisi darurat ke pemulihan.
Kendati demikian, warga pengungsi masih membutuhkan distribusi bantuan.
Direktur Aksi Cepat Tanggap (ACT) Nurman Priyatna menuturkan, saat ini masih ada beberapa kawasan terdampak yang masih belum mendapatkan distribusi bantuan.
Selain karena akses jalan yang sulit dilalui kendaraan pengangkut, stok bantuan juga dirasa masih kurang.
Baca juga: Presiden Beri 5 Arahan Usai Temui Pengungsi Gempa Lombok
"Kendalanya akses dan memang stok juga harus diperhitungkan. Kami di ACT setelah 850 ton (bantuan) berangkat, sudah dapat masukan lagi, kami bikin penggalangan," ujar Nurman, saat ditemui di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (25/8/2018).
Menurut Nurman, saat ini warga Lombok membutuhkan distribusi bantuan berupa pangan dan obat-obatan. Sebab, tidak sedikit anak-anak yang menderita diare selama di pengungsian.
Selain itu, dibutuhkan juga bantuan medis, pelayanan kesehatan, tenda, alas tidur, selimut dan pembalut.
Nurman mengatakan, banyak warga yang membutuhkan pelayanan kesehatan.
Bahkan, bantuan fasilitas kesehatan seperti ambulans pre-hospital milik ACT dirasa masih kurang dalam memenuhi kebutuhan warga.
"Kami punya ambulans di sana itu pre-hospital, jadi bisa melakukan operasi di situ. Itu saja sudah bolak balik ke mana-mana dan masih enggak cukup. Pelayanan kesehatan masih belum, terutama di Lombok Utara. Butuh relawan dokter, perawat dan paramedis juga," kata Nurman.
Baca juga: Pengungsi Gempa Lombok Krisis Air Bersih, ITB Kirim Alat Penjernih Air
Hal lain yang perlu diperhatikan oleh pemerintah, lanjut Nurman, adalah pembangunan hunian sementara bagi warga.
Sebab, tinggal di tenda pengungsian akan membawa dampak yang kurang baik bagi kesehatan.
"Minimal kita bisa pisahkan yang laki-laki dan perempuan, antara yang keluarga dan belum berkeluarga. Bayangkan di dalam tenda berhari-hari, ada puluhan orang. Tinggal di tenda itu enggak sehat kan, belum lagi masalah sanitasi," ucap Nurman.