Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Herzaky Mahendra Putra
Pemerhati Politik

Kepala Badan Komunikasi Strategis DPP Partai Demokrat Herzaky Mahendra Putra. Mahasiswa Program Doktoral Unair

Pilpres 2019, Pilpres Rasa Pilwapres

Kompas.com - 24/08/2018, 07:23 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Adapun di kubu Prabowo, PKS sejak awal mengajukan 9 nama kadernya sebagai cawapres. PAN juga memunculkan nama ketua umumnya, Zulkifli Hasan, sebagai cawapres.

Dari Demokrat, nama yang sempat menguat dan menjadi calon kuat cawapres Prabowo adalah Agus H Yudhoyono, Komandan Kogasma Partai Demokrat.

Adapun dari Gerindra sendiri, sempat beredar nama Anies Baswedan yang diusulkan sebagai cawapres Prabowo.

Faktor ini juga yang membuat capres sangat berhati-hati dalam memilih cawapresnya. Kepentingan parpol pengusung memang perlu diperhatikan. Hanya saja, kepentingan parpol asal capres di Pilpres 2024 harus tetap dijaga.

Soliditas koalisi

Posisi cawapres di Pilpres 2019 ini menjadi semakin penting mengingat kedua capres ingin menjaga soliditas koalisi.

Jika tidak bisa memuaskan semua pihak, setidaknya bisa meminimalisir ketidakpuasan dari semua pihak. Bila ada yang tidak puas, bisa saja ada parpol pendukung yang beralih ke kubu sebelah, bahkan membentuk poros baru. Pembentukan poros baru ini tentu saja dihindari kedua kubu capres.

Untuk kubu Jokowi, pembentukan poros baru membuat situasi persaingan menjadi semakin tidak pasti dan lebih sulit untuk diprediksi.

Kalaupun kompetitornya tetap Prabowo, sesulit apa pun bagi kubu Jokowi, setidaknya lebih mudah untuk diprediksi gerak-geriknya. Dan, bagaimanapun, satu pesaing lebih mudah dihadapi daripada dua pesaing.

Adapun bagi Prabowo, kebersamaan dengan PKS dan juga PAN sangat sayang untuk dilepaskan. Soliditas Gerindra-PKS dalam beberapa kesempatan terbukti membuahkan hasil positif. Apalagi PKS sangat dikenal dengan kader-kadernya yang sangat militan.

Di sisi lain, hilangnya Demokrat dari pengusung Prabowo, bakal membuat kemenangan semakin menjauh. Demokrat punya pengalaman dua kali memenangi pilpres dan figur Presiden Republik Indonesia selama dua periode, Susilo Bambang Yudhoyono.

Kemenangan di level pilpres dan pengalaman SBY sebagai presiden itu merupakan missing pieces bagi kubu Prabowo di 2014. Belum lagi jika mempertimbangkan faktor AHY, pemimpin baru di Demokrat yang menjadi magnet bagi pemilih muda dan kaum hawa.

Penentu hasil?

Dari uraian di atas, peran cawapres di Pilpres 2019 bakal berbeda dibandingkan dengan berbagai pilpres sebelum ini.

Jika sebelumnya lebih dominan pada fungsi komplementer dalam konteks representasi (Jawa-luar Jawa, sipil-militer, nasionalis-religius) dan kompetensi (birokrat-non birokrat, ahli polkam-ahli ekonomi, politisi-profesional), dalam Pilpres 2019 sepertinya figur cawapres bakal menjadi penentu hasil. Wajar jika kali ini disebut sebagai pilpres rasa pilwapres.

Jokowi dan Prabowo selaku capres hampir tidak lagi memiliki "senjata rahasia" atau "rahasia kelam" yang bisa dieksploitasi.

Jika "serangan" ke Jokowi dan Prabowo menggunakan isu-isu yang digunakan pada Pilpres 2014, pemilih bakal mendengarnya sebagai "kaset rusak" yang diputar berulang kali.

Maksud hati mereguk simpati, apa daya antipati yang bakal didapat jika kedua belah pihak masih bermain di tataran narasi yang sama dengan 2014 lalu.

Untuk itu, tim pemenangan kedua kubu mesti lebih kreatif dalam mengayun narasi. Dan, sosok cawapres haruslah dieksploitasi secara optimal mengingat jejak rekam Ma'ruf Amin dan Sandiaga S Uno dapat dengan mudah kita dapatkan. Kompetensi keduanya pun sudah teruji di bidangnya masing-masing.

Tinggal publik yang bakal memilih. Mana yang dirasa pilihan terbaik untuk bangsa dan negara ini untuk periode 2019-2024. Apakah Joko Widodo-Ma'ruf Amin, ataukah Prabowo Subianto-Sandiaga Salahudin Uno?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

PPP Buka Peluang Usung Sandiaga jadi Cagub DKI

PPP Buka Peluang Usung Sandiaga jadi Cagub DKI

Nasional
Soal Jokowi dan PDI-P, Joman: Jangan karena Beda Pilihan, lalu Dianggap Berkhianat

Soal Jokowi dan PDI-P, Joman: Jangan karena Beda Pilihan, lalu Dianggap Berkhianat

Nasional
Surya Paloh Buka Peluang Nasdem Usung Anies pada Pilkada DKI

Surya Paloh Buka Peluang Nasdem Usung Anies pada Pilkada DKI

Nasional
Dukung Prabowo-Gibran, Surya Paloh Sebut Nasdem Belum Dapat Tawaran Menteri

Dukung Prabowo-Gibran, Surya Paloh Sebut Nasdem Belum Dapat Tawaran Menteri

Nasional
PKS: Pak Anies Sudah Jadi Tokoh Nasional, Kasih Kesempatan Beliau Mengantarkan Kader Kami Jadi Gubernur DKI

PKS: Pak Anies Sudah Jadi Tokoh Nasional, Kasih Kesempatan Beliau Mengantarkan Kader Kami Jadi Gubernur DKI

Nasional
Soal Bertemu Prabowo, Sekjen PKS: Tunggu Saja, Nanti Juga Kebagian

Soal Bertemu Prabowo, Sekjen PKS: Tunggu Saja, Nanti Juga Kebagian

Nasional
Prabowo Absen dalam Acara Halalbihalal PKS

Prabowo Absen dalam Acara Halalbihalal PKS

Nasional
Joman: Jokowi Dukung Prabowo karena Ingin Penuhi Perjanjian Batu Tulis yang Tak Dibayar Megawati

Joman: Jokowi Dukung Prabowo karena Ingin Penuhi Perjanjian Batu Tulis yang Tak Dibayar Megawati

Nasional
Langkah Mahfud Membersamai Masyarakat Sipil

Langkah Mahfud Membersamai Masyarakat Sipil

Nasional
5 Smelter Terkait Kasus Korupsi Timah yang Disita Kejagung Akan Tetap Beroperasi

5 Smelter Terkait Kasus Korupsi Timah yang Disita Kejagung Akan Tetap Beroperasi

Nasional
Deretan Mobil Mewah yang Disita dalam Kasus Korupsi Timah, 7 di Antaranya Milik Harvey Moeis

Deretan Mobil Mewah yang Disita dalam Kasus Korupsi Timah, 7 di Antaranya Milik Harvey Moeis

Nasional
[POPULER NASIONAL] PKS Sebut Surya Paloh Main Cantik di Politik | Ganjar-Mahfud Dapat Tugas Baru dari Megawati

[POPULER NASIONAL] PKS Sebut Surya Paloh Main Cantik di Politik | Ganjar-Mahfud Dapat Tugas Baru dari Megawati

Nasional
Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Nasional
Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com