Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Latief Hendraningrat, Bendera Pusaka, dan Tiang Jemuran...

Kompas.com - 17/08/2018, 20:30 WIB
Fitria Chusna Farisa,
Krisiandi

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Brigjen (Purn) Latief Hendraningrat tak pernah merasa berjasa telah mengibarkan bendera kebangsaan Merah Putih untuk yang pertama kalinya, sesaat setelah Presiden Soekarno membacakan teks Proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945.

Latief menyebut, yang ia lakukan hanyalah memenuhi kewajiban moril terhadap bangsa Indonesia.

Latief saat itu adalah seorang tentara Pembela Tanah Air (PETA) berpangkat kolonel. Ia dipercaya mengamankan rumah di Pegangsaan nomor 56, Jakarta, lokasi pembacaan teks proklamasi.

"Kami hanya melaksanakan kewajiban moril. Bukan berjasa. Itu kewajiban setiap patriot bangsa Indonesia," ujar Latief, dilansir dari buku Seputar Proklamasi Kemerdekaan: Kesaksian, Penyiaran, dan Keterlibatan Jepang.

Rapat semalam suntuk Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia kala itu menyepakati kemerdekaan Indonesia akan diproklamasikan di halaman rumah Bung Karno pada 17 Agustus 1945, jam 10 pagi.

Latief yang mengenakan seragam PETA, lusuh dan penuh tambalan, mendampingi Soekarno dan Mohammad Hatta membacakan Proklamasi. Bung Karno diapit, sebelah kiri oleh Bung Hatta, dan sebelah kanan oleh dirinya.

Baca juga: Bung Karno: Biar Adis Saja yang Mengibarkan Bendera...

Saat itu, Latief bertanggung jawab atas keamanan upacara. Pasukannya pun telah disiagakan untuk menghadapi kemungkinan sergapan tentara Jepang.

Karena tegangnya situasi saat itu, Latief sampai lupa menelpon R.M. Sutarto yang waktu itu mengepalai bagian perfilman kantor penerangan dan propaganda Jepang. Sehingga, seluruh kejadian saat itu tak bisa diabadikan dengan film.

Ia juga lupa memberitahu wartawan, sampai-sampai wartawan yang hadir hanya satu orang, bernama Frans Mendur. Bermodalkan dua pelat film yang dibawa Frans saat itu, dua foto otentik Proklamasi kemerdekaan Indonesia terabadikan.

Sesaat setelah Proklamasi dikumandangkan, ia melongok ke arloji di tangan, menunjukkan pukul 10.30 pagi. Seketika, baki yang berisi bendera Merah Putih hasil jahitan Fatmawati, istri Soekarno, sudah berada di tangannya.

"Mereka langsung menuju kepada saya, seraya mengangsurkan baki itu. Otomatis saya berpikir, sayalah yang harus mengibarkan bendera," tutur Latief.

Soekarno membaca naskah proklamasi pada 17 Agustus 1945WIKIPEDIA COMMONS Soekarno membaca naskah proklamasi pada 17 Agustus 1945
Ia lantas menuju ke tiang bendera, yang sebenarnya adalah bambu untuk jemuran. Di ujung bambu tersebut, sudah terpasang kerekan dengan tali biasa yang kasar.

Menurut Latief, di halaman itu sebenarnya ada dua tiang bendera yang lebih bagus, tiang yang mengibarkan bendera Merah Putih sejajar dengan bendera Jepang, Hinomaru. Pada masa penjajahan, bendera Merah Putih sudah boleh dikibarkan asal didampingi dengan bendera Jepang.

"Tapi kami memilih tiang bendera baru, dan tidak mau menggunakan tiang bendera yang ada hubungannya dengan Jepang," ujar Latief.

Ia pun tak tahu pasti, siapa yang mengatur agar dirinya mengerek Sang Saka Merah Putih saat Proklamasi.

Baca juga: Siulan Rahasia Bung Karno dan Kecurigaan Belanda di Kota Ende

Halaman:
Baca tentang


Terkini Lainnya

Tinggalkan KPK, Dirut Nonaktif PT Taspen Irit Bicara Sembari Bawa Sate

Tinggalkan KPK, Dirut Nonaktif PT Taspen Irit Bicara Sembari Bawa Sate

Nasional
Tanggal 10 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 10 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Nasional
Pakar Ungkap 'Gerilya' Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Pakar Ungkap "Gerilya" Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Nasional
Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Nasional
Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Nasional
Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Nasional
'Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit'

"Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit"

Nasional
Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Nasional
PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

Nasional
Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

Nasional
Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

Nasional
Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

Nasional
Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

Nasional
KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com