Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tiga Tawaran Ini Bisa Buat Prabowo Pertahankan PAN dan PKS

Kompas.com - 08/08/2018, 10:31 WIB
Fabian Januarius Kuwado,
Sabrina Asril

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com — Partai-partai politik koalisi pendukung Prabowo Subianto belum solid sepenuhnya. Setelah PAN yang secara mengejutkan mengatakan belum menentukan arah Pilpres 2019, kini PKS menunjukkan kengototannya dalam mengusung salah satu kader, Salim Segaf Al Jufri, sebagai cawapres pendamping Prabowo.

Di sisi lain, opsi memasangkan Prabowo dengan Agus Harimurti Yudhoyono dari Partai Demokrat juga terbuka.

Pertanyaannya, lantas ke manakah arah dukungan PAN?

Apalagi, Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan sudah bertemu empat mata dengan Presiden Joko Widodo, Senin (7/8/2018) kemarin.

Lalu, apakah PKS kekeuh mempertahankan Salim Segaf sebagai cawapres Prabowo? Apakah PKS akan mengubah arah dukungannya apabila Prabowo tidak menggaet Salim Segaf menjadi cawapres?

Baca juga: Utak-atik Peta Koalisi Jokowi dan Prabowo, Mungkinkah Ada Poros Ketiga?

Pengamat politik Universitas Paramadina, Hendri Satrio, berpendapat, ada beberapa hal yang bisa dilakukan Prabowo Subianto untuk tetap mempertahankan PAN dan PKS berada di dalam barisan pendukungnya.

"Yang pertama adalah melakukan pendekatan non-politik. Jadi, pendekatan ini lebih kepada pendekatan pertemanan. Bicara hati ke hati Pak Prabowo dengan ketua umum PAN dan PKS," ujar Hendri kepada Kompas.com, Rabu (8/8/2018).

Dalam komunikasi interpersonal itu, Prabowo membujuk PAN dan PKS untuk tetap berada di dalam koalisi pendukungnya. Tentu, harus dengan memberikan keyakinan bahwa dua partai itu tetap untung secara politik apabila tetap berada di dalam barisan.

Salah satu keuntungan politik yang harus dijamin Prabowo adalah perolehan kursi di DPR RI dalam pemilihan anggota legislatif 2019.

Baca juga: Zulkifli Hasan Temui Jokowi, PAN Bantah Merapat ke Koalisi 9 Parpol

"Bagaimana cara menguntungkannya? Ya bisa saja kemudian PAN memiliki jatah lebih banyak untuk menggunakan cawapres untuk promosi atau kampanye demi perolehan kursi di DPR dalam hal pemilihan legislatif," ujar Hendri.

Cara kedua, mau tidak mau Prabowo harus memberikan konsesi politik yang besar kepada PKS dan PAN. Konsesi politik yang dimaksud misalnya janji bahwa kader kedua parpol tersebut lebih banyak mendapatkan jatah kursi menteri apabila menang Pilpres 2019.

"Kedua ini pendekatan kekuasaan. Harus dijanjikan untuk mendapatkan kursi di kabinet lebih banyak. Dua hal itu saja yang bisa dilakukan untuk supaya PAN dan PKS mau ikut terus bersama Pak Prabowo," ujar Hendri.

Cara ketiga, tentu Prabowo mengalah dengan menggaet Salim Segaf Al Jufri sebagai cawapresnya agar PKS dan PAN tetap berada di barisan.

"Tapi cara yang ketiga ini agak esktrem ya," ujar Hendri.


Kompas TV PAN masih mempertimbangkan beberapa hal sebelum menentukan arah koalisi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Terkini Lainnya

Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang 'Toxic' ke Pemerintahan

Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang "Toxic" ke Pemerintahan

Nasional
Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

Nasional
Komnas KIPI: Kalau Saat Ini Ada Kasus TTS, Bukan karena Vaksin Covid-19

Komnas KIPI: Kalau Saat Ini Ada Kasus TTS, Bukan karena Vaksin Covid-19

Nasional
Jika Diduetkan, Anies-Ahok Diprediksi Bakal Menang Pilkada DKI Jakarta 2024

Jika Diduetkan, Anies-Ahok Diprediksi Bakal Menang Pilkada DKI Jakarta 2024

Nasional
Jokowi Perlu Kendaraan Politik Lain Usai Tak Dianggap PDI-P

Jokowi Perlu Kendaraan Politik Lain Usai Tak Dianggap PDI-P

Nasional
Kaesang dan Gibran Dianggap Tak Selamanya Bisa Mengekor Jokowi

Kaesang dan Gibran Dianggap Tak Selamanya Bisa Mengekor Jokowi

Nasional
Hasil Rekapitulasi di Papua Berubah-ubah, KPU Minta MK Hadirkan Ahli Noken

Hasil Rekapitulasi di Papua Berubah-ubah, KPU Minta MK Hadirkan Ahli Noken

Nasional
Tak Dianggap Kader PDI-P, Jokowi dan Keluarga Diprediksi Gabung Golkar

Tak Dianggap Kader PDI-P, Jokowi dan Keluarga Diprediksi Gabung Golkar

Nasional
Prabowo Harap Semua Pihak Rukun meski Beda Pilihan Politik

Prabowo Harap Semua Pihak Rukun meski Beda Pilihan Politik

Nasional
Jokowi Sebut Penyusunan Kabinet Mendatang Hak Prerogatif Prabowo

Jokowi Sebut Penyusunan Kabinet Mendatang Hak Prerogatif Prabowo

Nasional
Temui Warga Aceh Usai Pilpres, Cak Imin Janji Lanjutkan Perjuangan

Temui Warga Aceh Usai Pilpres, Cak Imin Janji Lanjutkan Perjuangan

Nasional
Timnas Akan Hadapi Guinea untuk Bisa Lolos ke Olimpiade, Jokowi: Optimistis Menang

Timnas Akan Hadapi Guinea untuk Bisa Lolos ke Olimpiade, Jokowi: Optimistis Menang

Nasional
KPK Sebut Penyidik Bisa Jemput Paksa Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor

KPK Sebut Penyidik Bisa Jemput Paksa Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor

Nasional
TNI AD Mulai Tanam Padi di Merauke, KSAD: Selama Ini Hasilnya Kurang Baik

TNI AD Mulai Tanam Padi di Merauke, KSAD: Selama Ini Hasilnya Kurang Baik

Nasional
KPK Mengaku Bisa Tangkap Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Kapan Saja

KPK Mengaku Bisa Tangkap Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Kapan Saja

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com