Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Demokrat Tunggu Ada Parpol Kecewa dengan Pilihan Cawapres Jokowi dan Prabowo

Kompas.com - 12/07/2018, 10:04 WIB
Fabian Januarius Kuwado,
Diamanty Meiliana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Partai Demokrat bergeming soal arah dukungannya pada pemilihan presiden 2019.

Sang Ketua Umum Susilo Bambang Yudhoyono memutuskan untuk menunggu Joko Widodo dan Prabowo Subianto menentukan calon wakil presidennya terlebih dahulu, baru partainya menentukan sikap.

Pengalamannya pernah menjabat Presiden RI selama periode 2004-2009 dan 2009-2014 membuat SBY percaya diri partainya akan menjadi 'game changer' alias pengubah permainan dalam momentum tersebut.

Baca juga: SBY: Saat Jokowi dan Prabowo Umumkan Cawapres Jadi Game Changer

Lantas, apa maksud SBY itu?

Rupanya, maksud Partai Demokrat memilih menunggu cawapres Jokowi dan Prabowo itu adalah demi melihat reaksi partai politik koalisi masing-masing.

"Entah apakah pengumuman dilakukan jauh-jauh hari dari pendaftaran KPU atau mepet-mepet di 10 Agustus, apakah semua partai politik koalisi mereka merasa puas (dengan keputusan cawapres Jokowi dan Prabowo)? Itu kan baru diketahui setelah pengumuman cawapres dilakukan," ujar Ketua Dewan Kehormatan Partai Demokrat Amir Syamsuddin kepada Kompas.com, Kamis (12/7/2018).

Baca juga: Puan Maharani Memahami Sikap SBY yang Memilih untuk Menunggu

"Manakala pengumuman (cawapres) terjadi dan ada partai politik koalisi yang merasa aspirasinya tidak diakomodasi, tidak diajak komunikasi dalam penentuan atau alasan apapun, kemudian dia merasa kecewa atau kurang puas, di situlah Demokrat akan memainkan perannya sebagai 'game changer', merubah permainan," lanjut dia.

Amir menegaskan, Demokrat siap mengakomodasi partai politik yang kecewa itu dan membentuk poros politik baru.

Melihat peta kengototan partai politik soal pengajuan cawapres, Amir melihat, partai politik pada koalisi Jokowi lah yang paling banyak mengajukan nama ketua umumnya sebagai pendamping Jokowi.

Baca juga: Makin Mengerucut, Ini Kandidat Cawapres Prabowo

Ia yakin ada tersisa kekecewaan di antara partai politik yang kadernya tidak digandeng Jokowi sebagai cawapres.

Amir mengakui, gaya politik Jokowi memang merangkul. Artinya, kecil kemungkinan ada parpol yang 'balik badan' lantaran kecewa atas pilihan cawapresnya.

Meski demikian, Amir menyebut, ini adalah politik di mana yang paling penting adalah akomodasi kepentingan.

Baca juga: Nasdem Usul Cawapres Jokowi Jangan dari Parpol

"Walaupun Jokowi gaya politiknya merangkul, tapi UU membatasi. Tidak mungkin semua parpol koalisi mendapatkan semua aspirasinya, ingat wapres hanya satu orang. Sedangkan parpol yang mendukung, harapan tertingginya adalah ketum mereka jadi cawapres. Jadi kekecewaan akan itu bukan hal yang mengejutkan nantinya," papar Amir.

 

Masih Usahakan AHY

Wakil Ketua Umum Partai Demokrat Syarief Hasan menambahkan, seiring kebijakan menunggu itu, partainya masih menunggu beberapa hal.

Halaman:


Terkini Lainnya

Deretan Mobil Mewah yang Disita di Kasus Korupsi Timah, 7 di Antaranya Milik Harvey Moeis

Deretan Mobil Mewah yang Disita di Kasus Korupsi Timah, 7 di Antaranya Milik Harvey Moeis

Nasional
[POPULER NASIONAL] PKS Sebut Surya Paloh Main Cantik di Politik | Ganjar-Mahfud Dapat Tugas Baru dari Megawati

[POPULER NASIONAL] PKS Sebut Surya Paloh Main Cantik di Politik | Ganjar-Mahfud Dapat Tugas Baru dari Megawati

Nasional
Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Nasional
Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Nasional
Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Nasional
Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Nasional
Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Nasional
Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Nasional
Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Nasional
Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Nasional
Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Nasional
PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

Nasional
Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan 'Nasib' Cak Imin ke Depan

Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan "Nasib" Cak Imin ke Depan

Nasional
Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com