Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
AM Lilik Agung
Trainer bisnis

Mitra Pengelola GALERIHC, lembaga pengembangan SDM. Beralamat di lilik@galerihc.com.

Berpikir Sistem pada Era Pasca-kebohongan

Kompas.com - 26/06/2018, 17:50 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Proses keseluruhan dan sebab-akibat antarbagian ini secara sederhana bisa dicontohkan pada siklus di perusahaan seperti berikut.

Motivasi tinggi karyawan akan menyebabkan produktivitas naik secara berkelanjutan. Produktivitas yang naik ini menjadi dasar dari peningkatan pendapatan perusahaan.

Perusahaan yang meningkat pendapatannya akan memberikan gaji layak sekaligus kesempatan karir bagus bagi karyawannya. Gaji dan karier ini yang membuat karyawan memiliki motivasi tinggi.

Motivasi-produktivitas–pendapatan–gaji dan karier merupakan proses keseluruhan sekaligus keterkaitan sebab-akibat antarbagian. Inilah konsep sederhana dari berpikir sistem.

Konsep berpikir sistem ini yang akan meminimalisasi cacat paradigma. Umumnya paradigma kita selalu cacat dan tidak akurat karena kebiasaan kita yang suka melakukan generalisasi atau lompatan kesimpulan. Akibatnya, orang selalu mengalami konflik paradigma yang melahirkan miskomunikasi dan perseteruan. (Jansen Sinamo, 2005).

Contoh paling baru adalah proses mudik Lebaran 2018. Mayoritas pemakai kendaraan (roda empat dan dua) yang melakukan mudik Lebaran dari kota-kota besar ke kampung halaman merasakan kenyamanan karena jalanan semakin lancar dan petugas tersebar pada berbagai titik yang diperkirakan akan terjadi kemacetan.

Kegembiraan Lebaran terpancar dari mayoritas pemudik yang mengapresiasi pemerintah lantaran dibangunnya secara masif jalan tol.

Namun, ada seorang tokoh yang menyebut mudik Lebaran kali ini seperti di neraka. Dari Jakarta ke Lampung dan harus menyeberang Pelabuhan Merak, perlu antrean panjang dan melelahkan.

Usut punya selidik, ternyata tokoh ini mudik ke Lampung dengan pesawat. Ia menyebut mudik seperti neraka karena laporan dari sopir pribadinya.

Si tokoh ini sudah melakukan lompatan kesimpulan. Akibatnya, timbul miskomunikasi dan perseteruan. Kegembiraan Lebaran sedikit muram karena lompatan kesimpulan yang ia lakukan.

Cacat paradigma dan melanggar berpikir sistem menjadi berbahaya apabila dilakukan oleh orang-orang (tokoh) yang memiliki pengaruh. Terutama lagi pada tokoh politik dan agama karena para tokoh ini memiliki banyak pengikut.

Adapun informasi, berita, kabar dari si tokoh yang entah bohong dan manipulatif atau benar dan berbasis data akan masuk pada paradigma pengikutnya.

Paradigma pengikut ini sudah tertutup terhadap informasi lain dan hanya menerima kabar dari tokoh yang diikuti. Kalau sebatas paradigma tanpa tindakan masih tidak berbahaya. Berubah berbahaya manakala paradigma ini menjadi tindakan dan perilaku. Itulah yang dengan telanjang dilakukan para teroris.

Membuka paradigma seluas-luasnya untuk menerima berbagai informasi, kabar, data dan kemudian berpikir sistem untuk mengolah semua yang masuk pada paradigma kita, akan menjaga kewarasan kita.

Ternyata dalam dunia yang dipenuhi kabar bohong dan ujaran kebencian, waras tetap membuat bahagia dan panjang umur.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Gerindra Sebut Jokowi Justru Dorong Prabowo untuk Bertemu Megawati

Gerindra Sebut Jokowi Justru Dorong Prabowo untuk Bertemu Megawati

Nasional
Tak Cemas Lawan Kandidat Lain pada Pilkada Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

Tak Cemas Lawan Kandidat Lain pada Pilkada Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

Nasional
Khofifah Tolak Tawaran Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

Khofifah Tolak Tawaran Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

Nasional
Soal Duetnya pada Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Soal Duetnya pada Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Nasional
Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Nasional
Respons Luhut Soal Orang 'Toxic', Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Respons Luhut Soal Orang "Toxic", Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Nasional
Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Nasional
Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Nasional
Mencegah 'Presidential Club' Rasa Koalisi Pemerintah

Mencegah "Presidential Club" Rasa Koalisi Pemerintah

Nasional
Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasional
Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Nasional
PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

Nasional
Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang 'Toxic' di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang "Toxic" di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Nasional
Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Nasional
BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena 'Heatwave' Asia

BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena "Heatwave" Asia

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com