Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Wartawan "Kompas" Jelang Runtuhnya Kekuasaan Soeharto...

Kompas.com - 22/05/2018, 10:43 WIB
Kristian Erdianto,
Bayu Galih

Tim Redaksi

Malam harinya, Soeharto mengumpulkan wartawan untuk memberikan pernyataan di kantor Kedutaan Besar RI untuk Mesir di Kairo. Dengan mengantuk, seluruh wartawan termasuk Osdar, meliput acara itu.

Sayup-sayup, Osdar mendengar Soeharto menyatakan akan mundur.

"Pak Harto ngomong panjang lebar dan itu sudah malam sekali. Sayup-sayup di antara tidur dan tidak itu saya dengar bahwa beliau mengatakan akan mundur," tuturnya.

Baca juga: Cerita Amien Rais soal 20 Mei 1998 dan Jakarta yang Mencekam...

Setelah Soeharto selesai memberikan pernyataan, Osdar berusaha mencari telepon untuk mengirimkan berita ke kantor Kompas di Jakarta. Namun, kantor KBRI saat itu sudah tutup.

Akhirnya, Osdar menemukan telepon internal di pos penjagaan KBRI. Ketika dicoba ternyata telepon itu bisa digunakan untuk menghubungi kantornya.

James Luhulima, redaktur politik Kompas ketika itu, menerima telepon. Osdar pun menuturkan apa yang didengarnya dari mulut Soeharto.

Besoknya, Kamis 14 Mei 1998, Kompas memuat headline yang cukup menggemparkan. "Kalau Rakyat tak Lagi Menghendakinya, Presiden Siap Mundur."

Judul utama Harian Kompas terbitan Kamis 14 Mei 1998.Kompas Judul utama Harian Kompas terbitan Kamis 14 Mei 1998.
Akibat pemberitaan itu, Osdar mengaku sempat dipanggil Soeharto ke kamarnya. Soeharto membantah berita itu dan menuduh Osdar mengarang. Perasaan takut pun menghinggapi Osdar.

"Wah kami dipanggil oleh Pak Harto untuk ke kamarnya, karena ini katanya ngarang. Perasaan saya saat itu, waktu jalan menuju kamarnya Pak Harto itu seperti walking in the air, jalan di udara, takut. Jadi waktu itu ketakutan betul," ucap Osdar.

Baca: Cerita di Balik Berita Utama "Kompas" Presiden Soeharto Siap Mundur

Situasi Indonesia yang semakin kacau, mempercepat kepulangan Soeharto ke Tanah Air. Rombongan kenegaraan bersama para wartawan tiba di Jakarta pada Jumat, 15 Mei 1998.

Selama perjalanan di pesawat, Osdar merasa terasing karena tidak ada satu orang pun yang mendekatinya. Hingga seseorang melontarkan gurauan pada dirinya. "Eh, Os, Anda ini mau terjun ke Laut Merah atau Laut Hitam."

"Walaupun bercanda tapi kan hati ini enggak bisa tenang," ujarnya.

Sesampainya di Jakarta, Osdar sempat bersembunyi di salah satu tempat milik temannya di kawasan Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur. Osdar mengaku bersembunyi adalah pilihan yang paling tepat bagi dirinya. Selain itu, situasi Jakarta juga sedang tidak aman.

Dalam persembunyiannya itu, Osdar sempat ditelepon oleh seorang teman di DPR, salah satu orang dekat Ketua DPR/MPR Harmoko. Orang tersebut, kata Osdar, menanyakan soal pernyataan mundur yang disampaikan oleh Soeharto saat di Kairo.

Osdar menegaskan bahwa Soeharto berkata seperti apa yang ia tulis di artikel berita Kompas.

Tak lama setelah itu, Ketua DPR/MPR Harmoko meminta Presiden Soeharto mundur. Namun pernyataan itu disanggah oleh Panglima ABRI Jenderal Wiranto. Pernyataan itu dinilai Wiranto sebagai pendapat pribadi, bukan kelembagaan.

"Wah kalau seandainya Pak Harto masih lanjut (berkuasa), apakah saya masih lanjut juga," kata Osdar mengungkapkan pikirannya saat itu.

Baca juga: 18 Tahun Silam, Ketua DPR/MPR Harmoko Minta Presiden Soeharto Mundur

Osdar menuturkan bahwa sebenarnya gelagat Soeharto akan mundur dari kursi kepresidenan sudah terlihat saat itu, jauh sebelum 21 Mei 1998.

Saat itu, menurut Osdar, Menteri Sekretaris Negara Saadilah Mursjid memberikan tanda-tanda Soeharto akan mundur. Insting kewartawanan Osdar pun mengatakan waktu Soeharto berkuasa tidak akan lama lagi.

Perkiraan Osdar tak meleset. Kamis pagi, 21 Mei 1998, Soeharto menyatakan berhenti dari jabatannya sebagai Presiden Republik Indonesia.

Kompas TV Pada 21 Mei, Indonesia akan memperingati 20 tahun orde reformasi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang


Terkini Lainnya

Pengertian Lembaga Sosial Desa dan Jenisnya

Pengertian Lembaga Sosial Desa dan Jenisnya

Nasional
Prediksi soal Kabinet Prabowo-Gibran: Menteri Triumvirat Tak Diberi ke Parpol

Prediksi soal Kabinet Prabowo-Gibran: Menteri Triumvirat Tak Diberi ke Parpol

Nasional
Jokowi Dianggap Jadi Tembok Tebal yang Halangi PDI-P ke Prabowo, Gerindra Bantah

Jokowi Dianggap Jadi Tembok Tebal yang Halangi PDI-P ke Prabowo, Gerindra Bantah

Nasional
Soal Kemungkinan Ajak Megawati Susun Kabinet, TKN: Pak Prabowo dan Mas Gibran Tahu yang Terbaik

Soal Kemungkinan Ajak Megawati Susun Kabinet, TKN: Pak Prabowo dan Mas Gibran Tahu yang Terbaik

Nasional
PKS Siap Gabung, Gerindra Tegaskan Prabowo Selalu Buka Pintu

PKS Siap Gabung, Gerindra Tegaskan Prabowo Selalu Buka Pintu

Nasional
PKB Jaring Bakal Calon Kepala Daerah untuk Pilkada 2024, Salah Satunya Edy Rahmayadi

PKB Jaring Bakal Calon Kepala Daerah untuk Pilkada 2024, Salah Satunya Edy Rahmayadi

Nasional
Saat Cak Imin Berkelakar soal Hanif Dhakiri Jadi Menteri di Kabinet Prabowo...

Saat Cak Imin Berkelakar soal Hanif Dhakiri Jadi Menteri di Kabinet Prabowo...

Nasional
Prabowo Ngaku Disiapkan Jadi Penerus, TKN Bantah Jokowi Cawe-cawe

Prabowo Ngaku Disiapkan Jadi Penerus, TKN Bantah Jokowi Cawe-cawe

Nasional
Orang Dekat Prabowo-Jokowi Diprediksi Isi Kabinet: Sjafrie Sjamsoeddin, Dasco, dan Maruarar Sirait

Orang Dekat Prabowo-Jokowi Diprediksi Isi Kabinet: Sjafrie Sjamsoeddin, Dasco, dan Maruarar Sirait

Nasional
Prabowo Diisukan Akan Nikahi Mertua Kaesang, Jubir Bilang 'Hoaks'

Prabowo Diisukan Akan Nikahi Mertua Kaesang, Jubir Bilang "Hoaks"

Nasional
Momen Jokowi dan Menteri Basuki Santap Mie Gacoan, Mentok 'Kepedasan' di Level 2

Momen Jokowi dan Menteri Basuki Santap Mie Gacoan, Mentok "Kepedasan" di Level 2

Nasional
Ditolak Partai Gelora Gabung Koalisi Prabowo, PKS: Jangan Terprovokasi

Ditolak Partai Gelora Gabung Koalisi Prabowo, PKS: Jangan Terprovokasi

Nasional
Kapolri Bentuk Unit Khusus Tindak Pidana Ketenagakerjaan, Tangani Masalah Sengketa Buruh

Kapolri Bentuk Unit Khusus Tindak Pidana Ketenagakerjaan, Tangani Masalah Sengketa Buruh

Nasional
Kapolri Buka Peluang Kasus Tewasnya Brigadir RAT Dibuka Kembali

Kapolri Buka Peluang Kasus Tewasnya Brigadir RAT Dibuka Kembali

Nasional
May Day 2024, Kapolri Tunjuk Andi Gani Jadi Staf Khusus Ketenagakerjaan

May Day 2024, Kapolri Tunjuk Andi Gani Jadi Staf Khusus Ketenagakerjaan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com