Salin Artikel

Cerita Wartawan "Kompas" Jelang Runtuhnya Kekuasaan Soeharto...

Wartawan senior Kompas itu ikut meliput kegiatan Presiden Soeharto saat menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Kelompok 15 Negara Nonblok (G-15) di Kairo, Mesir pada 9 Mei 1998.

Saat itu, perjalanan ke Kairo terasa sangat berbeda dengan liputan-liputan kenegaraan sebelumnya. Sebab, ketika itu Situasi Indonesia sangat kacau.

Demonstrasi mahasiswa menuntut Soeharto mundur terjadi di berbagai tempat. Tidak sedikit kalangan masyarakat yang memprediksi kejatuhan Soeharto setelah 32 tahun berkuasa.

"Campur aduk enggak keruan waktu itu. Di kantor saja, waktu mau berangkat, ada omongan-omongan, 'Wah ini mau jadi calon Menteri Penerangan di pengasingan'. Artinya bahwa saat itu orang mengira bahwa Soeharto akan jatuh," ujar Osdar dalam acara "Satu Meja" di Kompas TV, Senin (21/5/2018) malam.

Senyum Soeharto pun tampak berbeda kala itu. Menurut Osdar, senyum Soeharto tidak seperti biasanya dan terkesan seperti dipaksakan. Hal itu tampak ketika Soeharto memberikan keterangan pers di Bandara Halim Perdanakusuma, sebelum terbang ke Kairo.

"Sangat berbeda. Perbedaan kelihatan, walaupun senyum tapi senyumnya sudah enggak senyum seperti biasanya. Juga waktu itu kan sudah ada demo-demo terus kan," tuturnya.

Sesampainya di Kairo, situasi Indonesia semakin memburuk. Selasa 12 Mei 1998 terjadi penembakan beberapa mahasiswa oleh aparat keamanan.

Situasi tersebut juga tak lepas dari sorotan media-media asing. Tayangan berita mengenai situasi di Indonesia diputar berulang-ulang oleh stasiun televisi di Kairo.

Baca: 20 Tahun Tragedi Trisakti, Apa yang Terjadi pada 12 Mei 1998 Itu?

Kemudian, pada Rabu 13 Mei 1998, KKT G-15 ditutup dan dilanjutkan dengan jumpa pers. Soeharto tidak hadir dan diwakili oleh Menteri Luar Negeri Ali Alatas.

"Televisi yang live di Kairo tentang Jakarta itu seperti negara yang sedang perang, menayangkan gambar demonstrasi yang berubah menjadi kericuhan. Bukan hanya gambar, kan ada juga suara tembakan aparat keamanan, itu diulang-ulang terus," kata Osdar.

Sayup-sayup, Osdar mendengar Soeharto menyatakan akan mundur.

"Pak Harto ngomong panjang lebar dan itu sudah malam sekali. Sayup-sayup di antara tidur dan tidak itu saya dengar bahwa beliau mengatakan akan mundur," tuturnya.

Setelah Soeharto selesai memberikan pernyataan, Osdar berusaha mencari telepon untuk mengirimkan berita ke kantor Kompas di Jakarta. Namun, kantor KBRI saat itu sudah tutup.

Akhirnya, Osdar menemukan telepon internal di pos penjagaan KBRI. Ketika dicoba ternyata telepon itu bisa digunakan untuk menghubungi kantornya.

James Luhulima, redaktur politik Kompas ketika itu, menerima telepon. Osdar pun menuturkan apa yang didengarnya dari mulut Soeharto.

Besoknya, Kamis 14 Mei 1998, Kompas memuat headline yang cukup menggemparkan. "Kalau Rakyat tak Lagi Menghendakinya, Presiden Siap Mundur."

"Wah kami dipanggil oleh Pak Harto untuk ke kamarnya, karena ini katanya ngarang. Perasaan saya saat itu, waktu jalan menuju kamarnya Pak Harto itu seperti walking in the air, jalan di udara, takut. Jadi waktu itu ketakutan betul," ucap Osdar.

Baca: Cerita di Balik Berita Utama "Kompas" Presiden Soeharto Siap Mundur

Situasi Indonesia yang semakin kacau, mempercepat kepulangan Soeharto ke Tanah Air. Rombongan kenegaraan bersama para wartawan tiba di Jakarta pada Jumat, 15 Mei 1998.

Selama perjalanan di pesawat, Osdar merasa terasing karena tidak ada satu orang pun yang mendekatinya. Hingga seseorang melontarkan gurauan pada dirinya. "Eh, Os, Anda ini mau terjun ke Laut Merah atau Laut Hitam."

"Walaupun bercanda tapi kan hati ini enggak bisa tenang," ujarnya.

Sesampainya di Jakarta, Osdar sempat bersembunyi di salah satu tempat milik temannya di kawasan Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur. Osdar mengaku bersembunyi adalah pilihan yang paling tepat bagi dirinya. Selain itu, situasi Jakarta juga sedang tidak aman.

Dalam persembunyiannya itu, Osdar sempat ditelepon oleh seorang teman di DPR, salah satu orang dekat Ketua DPR/MPR Harmoko. Orang tersebut, kata Osdar, menanyakan soal pernyataan mundur yang disampaikan oleh Soeharto saat di Kairo.

Osdar menegaskan bahwa Soeharto berkata seperti apa yang ia tulis di artikel berita Kompas.

Tak lama setelah itu, Ketua DPR/MPR Harmoko meminta Presiden Soeharto mundur. Namun pernyataan itu disanggah oleh Panglima ABRI Jenderal Wiranto. Pernyataan itu dinilai Wiranto sebagai pendapat pribadi, bukan kelembagaan.

"Wah kalau seandainya Pak Harto masih lanjut (berkuasa), apakah saya masih lanjut juga," kata Osdar mengungkapkan pikirannya saat itu.

Osdar menuturkan bahwa sebenarnya gelagat Soeharto akan mundur dari kursi kepresidenan sudah terlihat saat itu, jauh sebelum 21 Mei 1998.

Saat itu, menurut Osdar, Menteri Sekretaris Negara Saadilah Mursjid memberikan tanda-tanda Soeharto akan mundur. Insting kewartawanan Osdar pun mengatakan waktu Soeharto berkuasa tidak akan lama lagi.

Perkiraan Osdar tak meleset. Kamis pagi, 21 Mei 1998, Soeharto menyatakan berhenti dari jabatannya sebagai Presiden Republik Indonesia.

https://nasional.kompas.com/read/2018/05/22/10431761/cerita-wartawan-kompas-jelang-runtuhnya-kekuasaan-soeharto

Terkini Lainnya

KPK Cek Langsung RSUD Sidoarjo Barat, Gus Muhdlor Sudah Jalani Rawat Jalan

KPK Cek Langsung RSUD Sidoarjo Barat, Gus Muhdlor Sudah Jalani Rawat Jalan

Nasional
Bertemu Presiden PKS, Surya Paloh Akui Diskusikan Langkah Politik di Pemerintahan Prabowo-Gibran

Bertemu Presiden PKS, Surya Paloh Akui Diskusikan Langkah Politik di Pemerintahan Prabowo-Gibran

Nasional
Respons Jokowi dan Gibran Usai Disebut PDI-P Bukan Kader Lagi

Respons Jokowi dan Gibran Usai Disebut PDI-P Bukan Kader Lagi

Nasional
Wapres Ma'ruf Amin Doakan Timnas Indonesia U-23 Kalahkan Korsel

Wapres Ma'ruf Amin Doakan Timnas Indonesia U-23 Kalahkan Korsel

Nasional
Soal Ahmad Ali Bertemu Prabowo, Surya Paloh: Bisa Saja Masalah Pilkada

Soal Ahmad Ali Bertemu Prabowo, Surya Paloh: Bisa Saja Masalah Pilkada

Nasional
Prabowo Sangat Terkesan Anies-Muhaimin Hadiri Penetapan Hasil Pilpres 2024

Prabowo Sangat Terkesan Anies-Muhaimin Hadiri Penetapan Hasil Pilpres 2024

Nasional
Prabowo: Saya Enggak Tahu Ilmu Gus Imin Apa, Kita Bersaing Ketat…

Prabowo: Saya Enggak Tahu Ilmu Gus Imin Apa, Kita Bersaing Ketat…

Nasional
Prabowo: PKB Ingin Terus Kerja Sama, Mengabdi demi Kepentingan Rakyat

Prabowo: PKB Ingin Terus Kerja Sama, Mengabdi demi Kepentingan Rakyat

Nasional
Jokowi: UU Kesehatan Direvisi untuk Permudah Dokter Masuk Spesialis

Jokowi: UU Kesehatan Direvisi untuk Permudah Dokter Masuk Spesialis

Nasional
Cak Imin Titipkan Agenda Perubahan PKB ke Prabowo, Harap Kerja Sama Berlanjut

Cak Imin Titipkan Agenda Perubahan PKB ke Prabowo, Harap Kerja Sama Berlanjut

Nasional
Gibran Cium Tangan Ma'ruf Amin Saat Bertemu di Rumah Dinas Wapres

Gibran Cium Tangan Ma'ruf Amin Saat Bertemu di Rumah Dinas Wapres

Nasional
KPK Pecat 66 Pegawai yang Terlibat Pungli di Rutan

KPK Pecat 66 Pegawai yang Terlibat Pungli di Rutan

Nasional
Program Makan Siang Gratis Masih Dirumuskan, Gibran: Jumlah Penerima Segera Kami Pastikan

Program Makan Siang Gratis Masih Dirumuskan, Gibran: Jumlah Penerima Segera Kami Pastikan

Nasional
Wapres: Prabowo Lanjutkan Pemerintahan Jokowi, Tak Perlu Transisi

Wapres: Prabowo Lanjutkan Pemerintahan Jokowi, Tak Perlu Transisi

Nasional
Jokowi Disebut Akan Berikan Satyalancana ke Gibran dan Bobby, Istana: Tak Ada Agenda ke Surabaya

Jokowi Disebut Akan Berikan Satyalancana ke Gibran dan Bobby, Istana: Tak Ada Agenda ke Surabaya

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke