JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Ketua Majelis Syuro PKS Hidayat Nur Wahid menyindir PAN soal Pemilu 2014 lalu.
Hal itu disampaikan Hidayat menanggapi keinginan PAN yang menginginkan kadernya menjadi cawapres pendamping Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto.
"Kalau ada yang menyampaikan PAN kan suaranya lebih banyak dari PKS, betul. Kursi PAN sekarang 48, PKS 40. Tapi kan pilpres bukan kali ini saja. 2014 waktu itu PKS kursinya 57, PAN 43 dan PKS ridho, legowo agar PAN jadi cawapres," kata Hidayat di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat (4/5/2018).
Baca juga: Belum Pasti Usung Prabowo, PAN Juga Buka Opsi ke Gatot
Namun, Hidayat menambahkan, partainya mempersilakan PAN mengajukan kadernya sebagai cawapres pendamping Prabowo sebab tak bisa melarang.
Nantinya, lanjut Hidayat, penentuan cawapres akan diambil bersama oleh Gerindra dan PKS dalam rapat.
Ia menambahkan, penentuan tersebut tak hanya berdasarkan perolehan kursi di DPR, tetapi juga faktor kenyamanan capres dengan cawapres serta soliditas koalisi.
"Semuanya pada ujung akhirnya nanti akan menghadirkan rasionalisasi. Terkait dengan misalnya calonnya bagaimana di tingkat publik? Siapa yang lebih bisa diterima? Siapa yang lebih bisa memenangkan?" papar Hidayat.
Baca juga: Belum Deklarasi Capres, PAN Hadiri Peresmian Posko Pemenangan Prabowo
"Pada ujungnya, sangat mungkin faktor calon presiden akan menentukan siapa calon wakil presiden yang menurut beliau paling nyaman jadi mitra koalisi," lanjut Hidayat.
Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon membenarkan bahwa dirinya bersama Ketua Dewan Kehormatan PAN Amien Rais membahas Pilpres 2019 di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (26/4/2018).
Saat ditanya apakah dari pertemuan tersebut Amien mengisyaratkan PAN bakal merapat ke Partai Gerindra, Fadli membenarkan.
"Ya, insya Allah," kata Fadli.
Baca juga: Fadli Zon Sebut PAN Bakal Merapat ke Gerindra Usung Prabowo
Ketua Tim Pemenangan Prabowo Sandiaga Uno juga telah menyatakan PAN telah menawarkan ketua umumnya, Zulkifli Hasan, sebagai cawapres.