Salah satu rumah berantena parabola, yang saya datangi, memiliki luas sekitar 250 meter persegi di tepi jalan utama Sukabumi–Pelabuhan Ratu. Arifin, sang pemilik rumah mengatakan, semua ini adalah warisan dari orang tua nya dahulu. Ia mengaku mendapat sembako lewat istrinya yang merupakan kader Posyandu.
Saya tak berhenti di sini, saya menelusuri kampung hingga ke dalam. Dan saya mendapati rumah dari bilik bambu, yang dihuni oleh nenek tua berusia 90 tahun.
Saya kesulitan untuk mewawancarainya, hingga saya dibantu oleh anaknya yang menjelaskan kepada saya, bahwa meski tetangga kanan dan kirinya mendapat sembako, ibunya dan keluarga dia, terlewati.
Bingung saat Pembagian
Lalu bagaimana sembako itu didrop dari Istana Jakarta ke Sukabumi? Saya menanyakan ke Camat Bantargadung, Ahmad Munawar, dan saya menemukan jawabannya.
Ternyata Camat tidak memiliki data detail terkait siapa yang diberikan bantuan sembako. Camatpun menyerahkan sembako yang awalnya ditempatkan di Puskemas wilayahnya kepada satu Kepala Desa setempat, yang daerahnya paling dekat dengan Puskesmas.
Alasan sang Camat, karena jumlah sembako sangat minim dibanding jumlah rakyat miskin di wilayahnya, sehingga ia kebingungan untuk membagi kepada warga.
Hal seperti ini, tidak hanya terjadi saat pemerintahan Jokowi. Hal serupa juga terjadi pada saat Presiden ke-6 SBY berkuasa.
Selain pembagian sembako saat kunjungan, Presiden SBY juga memiliki program Bantuan Langsung Tunai (BLT) dan Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM).
Beberapa hari lalu, SBY menyatakan bahwa pembagian bantuan di saat dirinya memimpin, terdata dengan baik, dan dilakukan dengan tepat. Meski saat pembagian dahulu, ada banyak pula suara dan fakta yang menunjukkan, bahwa pembagian BLT dan BLSM tidak tepat pada sasaran.
Kail dan Ikan
Terlepas dari perdebatan ini, pertanyaannya kini, tepatkan bagi–bagi uang tunai (BLT), hingga Sembako kepada warga?
Bagi mereka yang saya tanyakan, mereka memilih untuk diberikan pelatihan berdagang dan permodalan yang selama ini mengaku belum pernah terinfokan kepada mereka, ketimbang sembako dan uang tunai yang ludes hanya dalam beberapa hari.
Data menyebutkan yakin bantuan “kail bukan ikannya” sudah dilakukan, hanya saja belum maksimal. Sayang…
Saya Aiman Witjaksono…
Salam.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.