Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Aiman Witjaksono
Jurnalis

Jurnalis

Sembako Bantuan Presiden Jelang Pemilu

Kompas.com - 30/04/2018, 07:08 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Salah satu rumah berantena parabola, yang saya datangi, memiliki luas sekitar 250 meter persegi di tepi jalan utama Sukabumi–Pelabuhan Ratu. Arifin, sang pemilik rumah mengatakan, semua ini adalah warisan dari orang tua nya dahulu. Ia mengaku mendapat sembako lewat istrinya yang merupakan kader Posyandu.

Saya tak berhenti di sini, saya menelusuri kampung hingga ke dalam. Dan saya mendapati rumah dari bilik bambu, yang dihuni oleh nenek tua berusia 90 tahun.

Saya kesulitan untuk mewawancarainya, hingga saya dibantu oleh anaknya yang menjelaskan kepada saya, bahwa meski tetangga kanan dan kirinya mendapat sembako, ibunya dan keluarga dia, terlewati.

Bingung saat Pembagian

Lalu bagaimana sembako itu didrop dari Istana Jakarta ke Sukabumi? Saya menanyakan ke Camat Bantargadung, Ahmad Munawar, dan saya menemukan jawabannya.

Ternyata Camat tidak memiliki data detail terkait siapa yang diberikan bantuan sembako. Camatpun menyerahkan sembako yang awalnya ditempatkan di Puskemas wilayahnya kepada satu Kepala Desa setempat, yang daerahnya paling dekat dengan Puskesmas.

Alasan sang Camat, karena jumlah sembako sangat minim dibanding jumlah rakyat miskin di wilayahnya, sehingga ia kebingungan untuk membagi kepada warga.

Hal seperti ini, tidak hanya terjadi saat pemerintahan Jokowi. Hal serupa juga terjadi pada saat Presiden ke-6 SBY berkuasa.

Selain pembagian sembako saat kunjungan, Presiden SBY juga memiliki program Bantuan Langsung Tunai (BLT) dan Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM).

Beberapa hari lalu, SBY menyatakan bahwa pembagian bantuan di saat dirinya memimpin, terdata dengan baik, dan dilakukan dengan tepat. Meski saat pembagian dahulu, ada banyak pula suara dan fakta yang menunjukkan, bahwa pembagian BLT dan BLSM tidak tepat pada sasaran.

Kail dan Ikan

Terlepas dari perdebatan ini, pertanyaannya kini, tepatkan bagi–bagi uang tunai (BLT), hingga Sembako kepada warga?

Bagi mereka yang saya tanyakan, mereka memilih untuk diberikan pelatihan berdagang dan permodalan yang selama ini mengaku belum pernah terinfokan kepada mereka, ketimbang sembako dan uang tunai yang ludes hanya dalam beberapa hari.

Data menyebutkan yakin bantuan “kail bukan ikannya” sudah dilakukan, hanya saja belum maksimal. Sayang…

Saya Aiman Witjaksono…

Salam.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Korban Dugaan Asusila Ketua KPU Bakal Minta Perlindungan LPSK

Korban Dugaan Asusila Ketua KPU Bakal Minta Perlindungan LPSK

Nasional
Pemerintah Belum Terima Draf Resmi RUU Penyiaran dari DPR

Pemerintah Belum Terima Draf Resmi RUU Penyiaran dari DPR

Nasional
Prabowo Akui Cita-Citanya Adalah Jadi Presiden: Dari Kecil Saya Diajarkan Cinta Tanah Air

Prabowo Akui Cita-Citanya Adalah Jadi Presiden: Dari Kecil Saya Diajarkan Cinta Tanah Air

Nasional
Budi Arie: Pemerintah Pastikan RUU Penyiaran Tak Kekang Kebebasan Pers

Budi Arie: Pemerintah Pastikan RUU Penyiaran Tak Kekang Kebebasan Pers

Nasional
Perayaan Tri Suci Waisak, Menag Berharap Jadi Momentum Rajut Kerukunan Pasca-Pemilu

Perayaan Tri Suci Waisak, Menag Berharap Jadi Momentum Rajut Kerukunan Pasca-Pemilu

Nasional
Vendor Kementan Disuruh Pasang 6 AC di Rumah Pribadi SYL dan Anaknya

Vendor Kementan Disuruh Pasang 6 AC di Rumah Pribadi SYL dan Anaknya

Nasional
SYL Berkali-kali 'Palak' Pegawai Kementan: Minta Dibelikan Ponsel, Parfum hingga Pin Emas

SYL Berkali-kali "Palak" Pegawai Kementan: Minta Dibelikan Ponsel, Parfum hingga Pin Emas

Nasional
Anak SYL Ikut-ikutan Usul Nama untuk Isi Jabatan di Kementan

Anak SYL Ikut-ikutan Usul Nama untuk Isi Jabatan di Kementan

Nasional
Cucu SYL Dapat Jatah Jabatan Tenaga Ahli di Kementan, Digaji Rp 10 Juta Per Bulan

Cucu SYL Dapat Jatah Jabatan Tenaga Ahli di Kementan, Digaji Rp 10 Juta Per Bulan

Nasional
KPK Duga Negara Rugi Ratusan Miliar Rupiah akibat Korupsi di PT PGN

KPK Duga Negara Rugi Ratusan Miliar Rupiah akibat Korupsi di PT PGN

Nasional
Berbagai Alasan Elite PDI-P soal Jokowi Tak Diundang ke Rakernas

Berbagai Alasan Elite PDI-P soal Jokowi Tak Diundang ke Rakernas

Nasional
Waketum Golkar Ingin Tanya Airlangga Kenapa Bobby Akhirnya Masuk Gerindra

Waketum Golkar Ingin Tanya Airlangga Kenapa Bobby Akhirnya Masuk Gerindra

Nasional
Bicara soal Rekonsiliasi, JK Sebut Tetap Ada yang Jadi Oposisi

Bicara soal Rekonsiliasi, JK Sebut Tetap Ada yang Jadi Oposisi

Nasional
[POPULER NASIONAL] Jalan Berliku Anies Menuju Pilkada Jakarta | Mahfud soal Pentingnya Pemikiran Megawati

[POPULER NASIONAL] Jalan Berliku Anies Menuju Pilkada Jakarta | Mahfud soal Pentingnya Pemikiran Megawati

Nasional
GASPOL! Hari Ini: Eks Ajudan Prabowo Siap Tempur di Jawa Tengah

GASPOL! Hari Ini: Eks Ajudan Prabowo Siap Tempur di Jawa Tengah

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com