Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saling Sindir, PKB dan PPP Dianggap Sedang Berebut Suara Nahdliyin

Kompas.com - 19/04/2018, 09:28 WIB
Moh Nadlir,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com — Direktur Eksekutif Indo Barometer Muhammad Qodari menganggap aksi balas-membalas sindiran yang dilakukan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) saat ini tak lain karena ingin merebut "pasar" yang sama.

Pasar itu adalah warga Nahdliyin karena keduanya berasal dari basis yang sama, yaitu Nahdlatul Ulama.

"Jadi, mereka ini sama-sama memperebutkan komunitas dan suara dari kalangan yang sama," kata Qodari saat dihubungi, Kamis (19/4/2018).

Qodari mengatakan, PKB lahir dari tokoh NU tulen, seperti Abdurrahman Wahid atau Gus Dur dan tokoh lainnya.

Sementara PPP, meski sejarahnya hasil fusi dari berbagai macam partai politik Islam, di dalamnya ada NU, Masyumi, dan lainnya.

Baca juga: Yusril Sebut Politisi PPP Pindah ke PBB karena Keputusan Dukung Jokowi

"Pada zaman Orde Baru digabungkan menjadi PPP. Sekarang ini yang dominan faksinya di PPP adalah NU. Ketua umumnya NU, sekjennya NU. Jadi, ini sama-sama jualan bakso," kata Qodari.

Menurut Qodari, persaingan PKB dan PPP wajar terjadi karena kedua partai ini tidak akan bersaing dengan PAN dan PKS yang punya pasar berbeda.

Persaingan PKB dan PPP, kata Qodari, mirip dengan persaingan antara PAN dan PKS yang segmentasinya sama.

"PAN itu saingannya dengan PKS, segmennya sama. Jadi, ini rivalitasnya sesama saudara kandung, kompetisinya sangat kencang," kata Qodari.

Sindir-menyindir ini juga tak terlepas dari kepentingan dalam Pemilu Presiden (Pilpres) 2019.

Baca juga: Sekjen PPP Tantang Muhaimin Debat dengan Romahurmuziy

"Memang ada bumbu tambahan dalam konteks 2019 ini, masing-masing punya jago, PKB punya jago Muhaimin Iskandar, PPP punya jago M Romahurmuziy," kata Qodari.

Kata Qodari, setiap jagoan PPP dan PKB itu bukan untuk calon presiden, melainkan untuk calon wakil presiden.

"Ada perbedaan sikap politik juga, PPP sudah jelas dukung Joko Widodo dan tidak minta cawapres. Sementara PKB belum resmi dukung Jokowi, tetapi sudah minta-minta cawapres," ujar Qodari.

Qodari beralasan, dengan situasi seperti saat ini, partai politik koalisi Jokowi lainnya tidak perlu turun untuk menengahi "ribut-ribut" yang ada.

"Ini enggak masalah, ibaratnya mereka masih dalam satu garis yang sama, kecenderungannya masih ke Jokowi," ujarnya.

Halaman:
Baca tentang


Terkini Lainnya

Pemerintah Tunda Kewajiban Sertifikasi Halal UMKM hingga 2026

Pemerintah Tunda Kewajiban Sertifikasi Halal UMKM hingga 2026

Nasional
KPK Benarkan JK Bakal Jadi Saksi Meringankan Kasus Eks Dirut PT Pertamina

KPK Benarkan JK Bakal Jadi Saksi Meringankan Kasus Eks Dirut PT Pertamina

Nasional
Buntut Kecelakaan di Subang, Kemenhub dan Polri Cek Massal Kelayakan Bus Pariwisata di 6 Provinsi

Buntut Kecelakaan di Subang, Kemenhub dan Polri Cek Massal Kelayakan Bus Pariwisata di 6 Provinsi

Nasional
'Revisi UU MK Bukan soal Penegakkan Konstitusi, Ini soal Kepentingan Politik Jangka Pendek'

"Revisi UU MK Bukan soal Penegakkan Konstitusi, Ini soal Kepentingan Politik Jangka Pendek"

Nasional
KPK Tahan 2 Tersangka Baru Kasus Subkontraktor Fiktif di BUMN PT Amarta Karya

KPK Tahan 2 Tersangka Baru Kasus Subkontraktor Fiktif di BUMN PT Amarta Karya

Nasional
KPU Jamin Satu Keluarga Tak Akan Pisah TPS pada Pilkada 2024

KPU Jamin Satu Keluarga Tak Akan Pisah TPS pada Pilkada 2024

Nasional
Fraksi PDI-P Usul Presiden Konsultasi dengan DPR soal Jumlah Kementerian, Gerindra: Sangat Tidak Mungkin!

Fraksi PDI-P Usul Presiden Konsultasi dengan DPR soal Jumlah Kementerian, Gerindra: Sangat Tidak Mungkin!

Nasional
Di Sidang Ke-33 CCPCJ Wina, Kepala BNPT Ajukan 3 Pendekatan untuk Tangani Anak Korban Tindak Pidana Terorisme

Di Sidang Ke-33 CCPCJ Wina, Kepala BNPT Ajukan 3 Pendekatan untuk Tangani Anak Korban Tindak Pidana Terorisme

Nasional
KNKT Pastikan PO Bus yang Dipakai SMK Lingga Kencana Depok Tak Berizin

KNKT Pastikan PO Bus yang Dipakai SMK Lingga Kencana Depok Tak Berizin

Nasional
Polri Bidik Pengusaha Bus Jadi Tersangka Kecelakaan Rombongan SMK Lingga Kencana

Polri Bidik Pengusaha Bus Jadi Tersangka Kecelakaan Rombongan SMK Lingga Kencana

Nasional
KPU Siapkan TPS Lokasi Khusus untuk Pilkada 2024

KPU Siapkan TPS Lokasi Khusus untuk Pilkada 2024

Nasional
Revisi UU MK, Usul Hakim Konstitusi Minta 'Restu' Tiap 5 Tahun Dianggap Konyol

Revisi UU MK, Usul Hakim Konstitusi Minta "Restu" Tiap 5 Tahun Dianggap Konyol

Nasional
Deretan Sanksi Peringatan untuk KPU RI, Terkait Pencalonan Gibran sampai Kebocoran Data Pemilih

Deretan Sanksi Peringatan untuk KPU RI, Terkait Pencalonan Gibran sampai Kebocoran Data Pemilih

Nasional
DPR Berpotensi Langgar Prosedur soal Revisi UU MK

DPR Berpotensi Langgar Prosedur soal Revisi UU MK

Nasional
Bus yang Alami Kecelakaan di Ciater Hasil Modifikasi, dari Normal Jadi 'High Decker'

Bus yang Alami Kecelakaan di Ciater Hasil Modifikasi, dari Normal Jadi "High Decker"

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com