Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Isi Kuliah Umum di Harvard, Ini yang Diceritakan Susi Pudjiastuti...

Kompas.com - 14/03/2018, 20:34 WIB
Fabian Januarius Kuwado,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti mendapatkan kehormatan mengisi kuliah umum di Harvard Kennedy School, Cambridge, Amerika Serikat, Senin (11/3/2018).

Dalam forum itu, Susi memaparkan soal 'the State of Fisheries in Indonesia and Beyond'.

Kuliah umum  ini merupakan kali kedua bagi Susi, setelah pada 2016 ia memberikan kuliah umum dengan materi yang sama.

Sekitar dua jam, Susi memaparkan berbagai upaya Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk mencapai tiga hal dalam pembangunan kelautan dan perikanan, yakni kedaulatan, keberlanjutan, dan kesejahteraan.

Baca juga: Menteri Susi dan Pengusaha Perikanan Nasional Hadiri Pameran di AS

Pada awal sesi, Susi menceritakan persoalan yang dihadapi saat awal menjadi menteri.

"Hasil penelitian menunjukkan, dalam rentang 2003 hingga 2013, kami kehilangan hampir 50 persen nelayan kami. Kenapa? Karena hampir tidak ada lagi ikan," ujar Susi, di depan para mahasiswa mancanegara, sebagaimana dikutip dari siaran pers resmi KKP, Rabu (14/3/2018).

Susi mengaku pernah mengalaminya sendiri. Semasa kecil dan tinggal di Pantai Selatan Jawa, kata Susi, nelayan di sana masih bisa menangkap 10 hingga 20 ton hasil laut, mulai dari ikan hingga udang.

"Tapi tiba-tiba di awal 2001 tangkapan mulai sedikit, hampir tak ada sama sekali," lanjut Susi yang berasal dari Pangandaran, Jawa Barat itu.

Awalnya, masyarakat tidak menyadari mengapa hasil tangkapan semakin menurun. Sebagian besar berpikir bahwa  ikan di perairan sudah habis ditangkapi nelayan Indonesia. Akan tetapi, hal itu bukan satu-satunya penyebab.

Baca juga: Menteri Susi: Yang Buang Sampah Sembarangan, Tenggelamkan!

Penyebab utama adalah beroperasinya nelayan asing yang menangkap ikan dalam jumlah sangat besar.

"Legalisasi penangkapan ikan oleh kapal asing di Indonesia adalah alasannya," kata Susi.

Saat dipercaya menjadi Menteri Kelautan dan Perikanan oleh Presiden Jokowi, Susi berkomitmen untuk memperbaiki keadaan. Ia menerapkan kebijakan untuk memerangi segala bentuk pencurian ikan. Salah satunya, melalui penenggelaman kapal.

Dalam waktu kurang dari tiga tahun, Susi mengklaim, hasilnya sudah mulai terlihat.

"Kami berharap dengan menghentikan illegal fishing, masyarakat akan lebih tertarik untuk kembali melaut. Di waktu bersamaan, kami juga melihat peningkatan nilai tukar nelayan dari 104 menjadi 110," ujar Susi.

Baca juga: Susi: Kalau Nelayan Cantrang Nurut Beralih Alat Tangkap, Nanti Saya Kasih SIPI

Susi jugan mengajak mahasiswa Harvard untuk ikut melindungi laut agar kekayaan alam laut juga dapat dinikmati hingga generasi selanjutnya.

"Kami sharing dengan mahasiswa supaya mereka mengetahui tentang policy-policy dari Pemerintah Indonesia menuju sustainability pembangunan perikanan Indonesia," ujar Susi.

"Harapannya, long term policy ini akan terus kita jaga supaya policy yang baik ini akan terus bisa memastikan bahwa sumber daya laut ini terus ada, banyak dan berkelanjutan. Juga mendorong mereka sama-sama mengadvokasi hak laut," lanjut dia.

Kompas TV Setelah melakukan pertemuan dengan 5 perwakilan nelayan di Istana Negara, Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti akhirnya menemui para nelayan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Pejabat Kementan Tanggung Kebutuhan SYL di Brasil, AS, dan Arab Saudi

Pejabat Kementan Tanggung Kebutuhan SYL di Brasil, AS, dan Arab Saudi

Nasional
Gubernur Maluku Utara Akan Didakwa Terima Suap dan Gratifikasi Rp 106,2 Miliar

Gubernur Maluku Utara Akan Didakwa Terima Suap dan Gratifikasi Rp 106,2 Miliar

Nasional
MK Jadwalkan Putusan 'Dismissal' Sengketa Pileg pada 21-22 Mei 2024

MK Jadwalkan Putusan "Dismissal" Sengketa Pileg pada 21-22 Mei 2024

Nasional
Mahfud Ungkap Jumlah Kementerian Sudah Diminta Dipangkas Sejak 2019

Mahfud Ungkap Jumlah Kementerian Sudah Diminta Dipangkas Sejak 2019

Nasional
Tanggapi Ide Tambah Kementerian, Mahfud: Kolusinya Meluas, Rusak Negara

Tanggapi Ide Tambah Kementerian, Mahfud: Kolusinya Meluas, Rusak Negara

Nasional
[POPULER NASIONAL] Perbandingan Jumlah Kementerian Masa Megawati sampai Jokowi | Indonesia Kecam Serangan Israel ke Rafah

[POPULER NASIONAL] Perbandingan Jumlah Kementerian Masa Megawati sampai Jokowi | Indonesia Kecam Serangan Israel ke Rafah

Nasional
Tanggal 12 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 12 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Tanggal 11 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 11 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Demokrat Anggap Rencana Prabowo Tambah Kementerian Sah Saja, asal...

Demokrat Anggap Rencana Prabowo Tambah Kementerian Sah Saja, asal...

Nasional
Indonesia Digital Test House Diresmikan, Jokowi: Super Modern dan Sangat Bagus

Indonesia Digital Test House Diresmikan, Jokowi: Super Modern dan Sangat Bagus

Nasional
Menko Polhukam Harap Perpres 'Publisher Rights' Bisa Wujudkan Jurnalisme Berkualitas

Menko Polhukam Harap Perpres "Publisher Rights" Bisa Wujudkan Jurnalisme Berkualitas

Nasional
Saksi Sebut Kementan Beri Rp 5 Miliar ke Auditor BPK untuk Status WTP

Saksi Sebut Kementan Beri Rp 5 Miliar ke Auditor BPK untuk Status WTP

Nasional
Kasus Dugaan Asusila Ketua KPU Jadi Prioritas DKPP, Sidang Digelar Bulan Ini

Kasus Dugaan Asusila Ketua KPU Jadi Prioritas DKPP, Sidang Digelar Bulan Ini

Nasional
Gubernur Maluku Utara Nonaktif Diduga Cuci Uang Sampai Rp 100 Miliar Lebih

Gubernur Maluku Utara Nonaktif Diduga Cuci Uang Sampai Rp 100 Miliar Lebih

Nasional
Cycling de Jabar Segera Digelar di Rute Anyar 213 Km, Total Hadiah Capai Rp 240 Juta

Cycling de Jabar Segera Digelar di Rute Anyar 213 Km, Total Hadiah Capai Rp 240 Juta

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com