Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Novel Ungkap Pernah Ada Teror kepada Pegawai KPK Lain, Ini Respons KPK

Kompas.com - 14/03/2018, 13:48 WIB
Robertus Belarminus,
Bayu Galih

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi Novel Baswedan mengungkapkan, kasus penyerangan air keras yang menimpa dirinya bukan yang teror pertama yang diarahkan kepada pegawai KPK.

Menurut Novel, dua pegawai KPK sebelumnya pernah mengalami hal serupa.

Juru Bicara KPK Febri Diansyah mengakui, teror terhadap pegawai KPK beberapa kali memang pernah terjadi sebelumnya. 

"Serangan dan teror pada pegawai KPK seperti yang disebut Novel memang sudah terjadi beberapa kali sebelumnya. Namun, bentuknya berbeda-beda," ujar Febri, lewat pesan singkat, Rabu (14/3/2018).

"Agaknya yang dimaksud serangan air keras pada penyidik itu adalah peristiwa beberapa tahun lalu, ketika ada kendaraan penyidik yang disiram soda api," kata dia.

(Baca juga: Kepada Komnas HAM, Novel Ungkap Penyiraman Air Keras Tak Hanya Terjadi Kepadanya )

Febri mengatakan, kasus penyerangan terhadap mobil penyidik KPK itu sudah dilaporkan ke pihak kepolisian. Bahkan, penyidik KPK yang menjadi korban saat itu sudah diperiksa juga oleh polisi sebagai pelapor.

Berkaca dari kasus sebelumnya, KPK berharap kepolisian dapat mengungkap kasus penyerangan terhadap pegawainya.

"KPK selalu mengatakan bahwa pengungkapan teror atau serangan tersebut, bukan semata agar satu pelaku bisa ditemukan. Tapi sekaligus mencegah teror-teror yang sama terjadi kembali," ujar Febri.

Sebab, lanjut Febri, jika tidak terungkap pelakunya, bukan hanya pegawai KPK, tapi masyarakat sipil dan bahkan jurnalis yang mengungkap kasus korupsi tidak luput dari potensi teror tersebut.

"Karena itulah, pengungkapan pelaku serangan tersebut sangat penting," ujar Febri.

Tim kuasa hukum Novel, Alghiffari Aqsa dalam pertemuan dengan Komnas HAM, mengungkapkan keterangan Novel yang selama ini tidak terungkap ke publik

Menurut Alghiffari, Novel mengungkapkan bahwa penyiraman air keras juga terjadi pada pegawai KPK lainnya.

Ia menyebutkan, ada dua orang pegawai KPK yang disiram dengan air keras. Penyerangan itu terjadi sebelum kasus penyiraman air keras kepada Novel terjadi. Namun, Algifari tidak bisa menyebut nama dua pegawai KPK karena alasan keamanan pegawai tersebut.

"Dua orang yang disiram air keras mobilnya, perusakan kepada barangnya terkait tugas-tugasnya di KPK ketika dia menyidik dan menyelidiki kasus-kasus yang terkait dengan orang kuat," ujar dia.

Kompas TV Tim bentukan Komnas HAM ini mencoba meminta keterangan Novel terkait peristiwa penyiraman air keras kepada dirinya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Tawaran Posisi Penting untuk Jokowi Setelah Tak Lagi Dianggap Kader oleh PDI-P

Tawaran Posisi Penting untuk Jokowi Setelah Tak Lagi Dianggap Kader oleh PDI-P

Nasional
Diminta Mundur oleh TKN, Berikut 6 Menteri PDI-P di Periode Kedua Jokowi

Diminta Mundur oleh TKN, Berikut 6 Menteri PDI-P di Periode Kedua Jokowi

Nasional
Nasdem Tunggu Jawaban Anies Soal Tawaran Jadi Cagub DKI

Nasdem Tunggu Jawaban Anies Soal Tawaran Jadi Cagub DKI

Nasional
Minimalisasi Risiko Bencana Alam, DMC Dompet Dhuafa dan BNPB Tanam 1.220 Bibit Pohon di Bandung Barat

Minimalisasi Risiko Bencana Alam, DMC Dompet Dhuafa dan BNPB Tanam 1.220 Bibit Pohon di Bandung Barat

Nasional
Syaikhu Sebut Koalisi atau Oposisi Itu Kewenangan Majelis Syuro PKS

Syaikhu Sebut Koalisi atau Oposisi Itu Kewenangan Majelis Syuro PKS

Nasional
Jokowi Tak Lagi Dianggap Kader, PDI-P: Loyalitas Sangat Penting

Jokowi Tak Lagi Dianggap Kader, PDI-P: Loyalitas Sangat Penting

Nasional
PPP Buka Peluang Usung Sandiaga Jadi Cagub DKI

PPP Buka Peluang Usung Sandiaga Jadi Cagub DKI

Nasional
Soal Jokowi dan PDI-P, Joman: Jangan karena Beda Pilihan, lalu Dianggap Berkhianat

Soal Jokowi dan PDI-P, Joman: Jangan karena Beda Pilihan, lalu Dianggap Berkhianat

Nasional
Surya Paloh Buka Peluang Nasdem Usung Anies pada Pilkada DKI

Surya Paloh Buka Peluang Nasdem Usung Anies pada Pilkada DKI

Nasional
Dukung Prabowo-Gibran, Surya Paloh Sebut Nasdem Belum Dapat Tawaran Menteri

Dukung Prabowo-Gibran, Surya Paloh Sebut Nasdem Belum Dapat Tawaran Menteri

Nasional
PKS: Pak Anies Sudah Jadi Tokoh Nasional, Kasih Kesempatan Beliau Mengantarkan Kader Kami Jadi Gubernur DKI

PKS: Pak Anies Sudah Jadi Tokoh Nasional, Kasih Kesempatan Beliau Mengantarkan Kader Kami Jadi Gubernur DKI

Nasional
Soal Bertemu Prabowo, Sekjen PKS: Tunggu Saja, Nanti Juga Kebagian

Soal Bertemu Prabowo, Sekjen PKS: Tunggu Saja, Nanti Juga Kebagian

Nasional
Prabowo Absen dalam Acara Halalbihalal PKS

Prabowo Absen dalam Acara Halalbihalal PKS

Nasional
Joman: Jokowi Dukung Prabowo karena Ingin Penuhi Perjanjian Batu Tulis yang Tak Dibayar Megawati

Joman: Jokowi Dukung Prabowo karena Ingin Penuhi Perjanjian Batu Tulis yang Tak Dibayar Megawati

Nasional
Langkah Mahfud Membersamai Masyarakat Sipil

Langkah Mahfud Membersamai Masyarakat Sipil

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com