Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Di Pengajian Muhammadiyah, Kapolri Blak-blakan soal Isu Penyerangan Ulama

Kompas.com - 09/03/2018, 21:39 WIB
Ihsanuddin,
Diamanty Meiliana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.comKapolri Jenderal (Pol) Tito Karnavian buka-bukaan mengenai isu penyerangan ulama dalam pengajian bulanan di Kantor PP Muhammadiyah, Jakarta, Jumat (9/3/2018).

Tito mengatakan, dari 46 isu penyerangan ulama yang muncul di media sosial, hanya tiga peristiwa yang benar-benar terjadi.

"Ada dua di Jawa barat, satu di Lamongan. Tiga-tiganya pelakunya sudah ditangkap dan memang dikenal warga masyarakat di situ memiliki gangguan kejiwaan," kata Tito.

(Baca juga: Kapolda Jabar: 21 Kabar Penyerangan Ulama, 19 di Antaranya Hoaks)

Selanjutnya, ada lima peristiwa penyerangan yang direkayasa.

Polisi awalnya menerima laporan di Cicalengka, Ciamis, Kediri, dan Balikpapan mengenai penganiayaan ulama dan penjaga masjid.

Setelah dilakukan rekonstruksi, diketahui bahwa peristiwa itu dibuat-buat dan tidak benar-benar terjadi.

"Alasannya ingin dapat perhatian karena gajinya kurang. Yang bersangkutan sudah mengakui peristiwa penganiaya tak terjadi," kata dia.

Ketiga, lanjut Tito, ada juga kasus memang benar terjadi penganiayaan. Namun, korbannya bukanlah ulama seperti yang beredar di media sosial.

(Baca juga: Pelaku Hoaks Bermotif Awal Sakit Hati, Lama-lama Untung Duit 900 Dollar AS)

Terakhir, yang paling banyak terjadi adalah hoaks, sebanyak 32 kasus.

"Artinya, kasusnya memang tidak ada sama sekali. Tapi di medsos muncul seolah ada penyerangan terhadap ulama," kata Tito.

Dengan melihat modus tersebut, Tito menilai ada pihak yang sengaja menggoreng isu tersebut menjadi besar dan meresahkan masyarakat.

Salah satunya berasal dari kelompok The Family MCA yang belum lama ini diungkap kepolisian.

"Tujuannya mendelegitimasi pemerintah agar dilabeli tidak kredibel, ada pergantian pemerintahan dan lain-lain," kata Tito.

Oleh karena itu, ia meminta masyarakat lebih selektif memilah informasi yang diterima. Jangan menelan mentah-mentah kabar yang disebarkan orang lain.

Kompas TV Menurut polisi, motif kelompok MCA adalah menjegal pemerintahan yang sah lewat media sosial.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Sahroni Ungkap Anak SYL Indira Chunda Tak Pernah Aktif di DPR

Sahroni Ungkap Anak SYL Indira Chunda Tak Pernah Aktif di DPR

Nasional
Kemenag Imbau Jemaah Haji Indonesia Pakai Jasa Pendorong Kursi Roda Resmi di Masjidil Haram

Kemenag Imbau Jemaah Haji Indonesia Pakai Jasa Pendorong Kursi Roda Resmi di Masjidil Haram

Nasional
Mahasiswa Kritik Kenaikan UKT: Persempit Kesempatan Rakyat Bersekolah hingga Perguruan Tinggi

Mahasiswa Kritik Kenaikan UKT: Persempit Kesempatan Rakyat Bersekolah hingga Perguruan Tinggi

Nasional
Tak Ada Jalan Pintas, Hasto: Politik Harus Belajar dari Olahraga

Tak Ada Jalan Pintas, Hasto: Politik Harus Belajar dari Olahraga

Nasional
Megawati hingga Puan Bakal Pidato Politik di Hari Pertama Rakernas PDI-P

Megawati hingga Puan Bakal Pidato Politik di Hari Pertama Rakernas PDI-P

Nasional
Kunjungi Lokasi Bencana Banjir Bandang di Agam, Zulhas Temui Pengungsi dan Berikan Sejumlah Bantuan

Kunjungi Lokasi Bencana Banjir Bandang di Agam, Zulhas Temui Pengungsi dan Berikan Sejumlah Bantuan

Nasional
Diterima Hasto, Pawai Obor Api Abadi dari Mrapen sampai di Jakarta Jelang Rakernas PDI-P

Diterima Hasto, Pawai Obor Api Abadi dari Mrapen sampai di Jakarta Jelang Rakernas PDI-P

Nasional
Sahroni Pastikan Hadiri Sidang SYL untuk Diperiksa Sebagai Saksi

Sahroni Pastikan Hadiri Sidang SYL untuk Diperiksa Sebagai Saksi

Nasional
LPSK Sebut Masih Telaah Permohonan Perlindungan Saksi Fakta Kasus Pembunuhan Vina Cirebon

LPSK Sebut Masih Telaah Permohonan Perlindungan Saksi Fakta Kasus Pembunuhan Vina Cirebon

Nasional
Ketua BKSAP Perkuat Komitmen Parlemen Anti-Korupsi dan Dorong Demokrasi Lingkungan di Asia Tenggara

Ketua BKSAP Perkuat Komitmen Parlemen Anti-Korupsi dan Dorong Demokrasi Lingkungan di Asia Tenggara

Nasional
Pasal-pasal di RUU Penyiaran Dinilai Berupaya Mengendalikan dan Melemahkan Pers

Pasal-pasal di RUU Penyiaran Dinilai Berupaya Mengendalikan dan Melemahkan Pers

Nasional
Korban Meninggal akibat Banjir Lahar di Sumbar Kembali Bertambah, Total 62 Orang

Korban Meninggal akibat Banjir Lahar di Sumbar Kembali Bertambah, Total 62 Orang

Nasional
Indonesia Dukung Pembentukan Global Water Fund di World Water Forum Ke-10

Indonesia Dukung Pembentukan Global Water Fund di World Water Forum Ke-10

Nasional
Waisak 2024, Puan Ajak Masyarakat Tebar Kebajikan dan Pererat Kerukunan

Waisak 2024, Puan Ajak Masyarakat Tebar Kebajikan dan Pererat Kerukunan

Nasional
Jokowi Ucapkan Selamat Hari Raya Waisak, Harap Kedamaian Selalu Menyertai

Jokowi Ucapkan Selamat Hari Raya Waisak, Harap Kedamaian Selalu Menyertai

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com