Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menurut PKB, Ini Modal Jokowi untuk Naikkan Elektabilitas

Kompas.com - 23/02/2018, 13:24 WIB
Kristian Erdianto,
Diamanty Meiliana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Hasil survei Media Survei Nasional (Median) dilakukan 1-9 Februari 2018 menunjukkan responden yang memilih Jokowi hanya 35 persen.

Penyebabnya adalah masalah ekonomi.

Padahal, pada survei Oktober 2017, elektabilitas Jokowi masih di angka 36,2 persen. Lalu, pada survei sebelumnya, April 2017, elektabilitas Jokowi masih mencapai 36,9 persen.

Lantas apa yang menjadi modal kekuatan Jokowi untuk menaikkan elektabilitas? Mengingat pada Agustus mendatang tahap Pilpres 2019 sudah dimulai.

Wakil Sekjen Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Daniel Johan berpendapat bahwa komitmen Presiden Jokowi kepada rakyat dan tidak mengambil jarak dengan masyarakat menjadi kekuatan otentik yang bisa digunakan untuk menaikkan elektabilitas.

Ketua Desk Pemilu DPP PKB Daniel Johan, Senin (8/1/2018).KOMPAS.com/Ihsanuddin Ketua Desk Pemilu DPP PKB Daniel Johan, Senin (8/1/2018).

(Baca juga: Proyek Infrastruktur Bagai Dua Sisi Mata Pisau untuk Elektabilitas Jokowi)

"Komitmen kepada rakyat dan tidak berjarak dengan rakyat tetap menjadi kekuatan otentik Jokowi," ujar Daniel kepada Kompas.com, Jumat (23/2/2018).

Terkait hasil survei tersebut, Menurut Daniel, seharusnya bisa digunakan bagi Presiden Jokowi untuk meningkatkan kondisi ekonomi masyarakat.

Dengan demikian, elektabilitasnya akan ikut naik jelang Pilpres 2019.

"PKB dalam melihat survei ambil positifnya saja, kalau berkurang menjadi pendorong untuk lebih baik, kalau meningkat bersyukur dan semakin semangat memenangkan hati masyarakat," tuturnya.

Daniel mengakui kondisi ekonomi memang menjadi tantangan bagi Presiden Joko Widodo saat ini. Anggota Komisi IV DPR itu mencontohkan kebijakan pemerintah di sektor pertanian.

"Tantangan terberatnya memang tetap menjaga kondisi ekonomi dan keamanan," kata Daniel.

(Baca juga: Elektabilitas Jokowi Turun, PDI-P Akui Sektor Ekonomi Belum Optimal)

Jika melihat data yang disampaikan oleh Kementerian Pertanian, lanjut Daniel, maka telah terjadi kemajuan besar khususnya dalam peningkatan produksi.

Namun di tengah keberhasilan tersebut, pemerintah justru mengambil kebijakan impor beras.

Menurut Daniel, kebijakan tersebut membuat masyarakat tidak melihat pencapaian yang diklaim pemerintah melalui data Kementerian Pertanian.

Selain itu, kebijakan impor beras juga dinilai tidak berpihak ke para petani.

"Kalau data yang disampaikan resmi oleh Kementan itu valid, maka telah terjadi kemajuan besar khususnya dalam peningkatan produksi, tinggal kita pastikan saja datanya valid," tuturnya.

"Tapi saya kecewa di tengah keberhasilan tersebut kok malah ambil kebijakan impor beras, sama saja meniadakan kesuksesannya sendiri sekaligus membuat petani susah," kata Daniel.

Kompas TV Elektabilitas Joko Widodo masih mengungguli elektabilitas Prabowo Subianto.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Pakar Nilai Ide KPU soal Caleg Terpilih Dilantik Usai Kalah Pilkada Inkonstitusional

Pakar Nilai Ide KPU soal Caleg Terpilih Dilantik Usai Kalah Pilkada Inkonstitusional

Nasional
Pakar Pertanyakan KPU, Mengapa Sebut Caleg Terpilih Tak Harus Mundur jika Maju Pilkada

Pakar Pertanyakan KPU, Mengapa Sebut Caleg Terpilih Tak Harus Mundur jika Maju Pilkada

Nasional
Prabowo Sebut Jangan Ganggu jika Ogah Kerja Sama, Gerindra: Upaya Rangkul Partai Lain Terus Dilakukan

Prabowo Sebut Jangan Ganggu jika Ogah Kerja Sama, Gerindra: Upaya Rangkul Partai Lain Terus Dilakukan

Nasional
Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Gerindra Pastikan Tetap Terbuka untuk Kritik

Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Gerindra Pastikan Tetap Terbuka untuk Kritik

Nasional
Kabinet Prabowo: Antara Pemerintahan Kuat dan Efektif

Kabinet Prabowo: Antara Pemerintahan Kuat dan Efektif

Nasional
Gerindra Jelaskan Maksud Prabowo Sebut Jangan Ganggu jika Tak Mau Kerja Sama

Gerindra Jelaskan Maksud Prabowo Sebut Jangan Ganggu jika Tak Mau Kerja Sama

Nasional
[POPULER NASIONAL] Prabowo Minta yang Tak Mau Kerja Sama Jangan Ganggu | Yusril Sebut Ide Tambah Kementerian Bukan Bagi-bagi Kekuasaan

[POPULER NASIONAL] Prabowo Minta yang Tak Mau Kerja Sama Jangan Ganggu | Yusril Sebut Ide Tambah Kementerian Bukan Bagi-bagi Kekuasaan

Nasional
Tanggal 13 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 13 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

Nasional
Cek Pelabuhan Ketapang, Kabaharkam Pastikan Kesiapan Pengamanan World Water Forum 2024

Cek Pelabuhan Ketapang, Kabaharkam Pastikan Kesiapan Pengamanan World Water Forum 2024

Nasional
Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

Nasional
Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

Nasional
Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

Nasional
Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

Nasional
7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com