JAKARTA, KOMPAS.com - Pengamat terorisme Nasir Abbas menilai upaya untuk mempertemukan mantan napi terorisme dengan korban terorisme bukanlah hal yang baru.
Hanya saja selama ini, kata dia, hal itu dilakukan secara personal dengan jumlah yang sangat terbatas. Oleh karena itu dia menyambut baik bila pemerintah ikut turun tangan.
"Kalau misalnya pemerintah langsung mengadakan kegiatan tersebut, pasti akan banyak yang bisa dilibatkan," ujarnya di Jakarta, Selasa (20/2/2018).
Nasir mengatakan, rencana mempertemukan mantan napi terorisme dengan korban akan memiliki dampak yang besar.
Bagi para mantan napi terorisme, kata Nasir, hal itu akan memperkuat pembekalan kepada mereka saat kembali kepada masyarakat.
Selain itu, pertemuan itu juga bisa membangkitkan rasa keperdulian dan nurani mantan teroris kepada masyarakat.
Bahkan, dengan pengalaman melihat langsung dampak terorisme, para mantan napi terorisme bisa melakukan transfer rasa kepada teman-temannya yang masih ada di jalan teror.
(Baca juga: Mengetuk Hati Nurani Eks Napi Terorisme melalui Rekonsiliasi)
"Mereka bisa menceritakan, mereka bisa merasakan, supaya para mantan-mantan yang bertemu dengan korban bom menjadi suatu kekuatan yang membuat mereka tidak mau melakukan hal itu lagi," kata Nasir.
Awal Februari lalu, pemerintah menggelar rapat koordinasi lintas kementerian dan lembaga terkait dengan rekonsiliasi dalam upaya pencegahan radikalisme di Kantor Kementerian Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan.
Seusai rapat, Menko Polhukam Wiranto mengatakan, pemerintah akan mengupayakan cara baru yang dianggap lebih manusiawi untuk pencegahan radikalisme terulang kembali dari para mantan narapidana terorisme.
"Kami sedang mengembangkan lagi satu rekonsiliasi antara pelaku atau eks pelaku terorisme atau yang kita kenal eks napi terorisme dan keluarga korban terorisme," ujar Wiranto di Jakarta.
Kebijakan ini akan dilaksanakan pada akhir Februari 2018. Para mantan narapidana terorisme akan meminta maaf secara langsung kepada keluarga korban.
Hal ini dilakukan agar tidak ada lagi kebencian keluarga korban terhadap mantan narapidana terorisme.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.