JAKARTA, KOMPAS.com — Presiden Joko Widodo mengaku belum mendapatkan laporan soal dugaan sejumlah penyerangan terhadap umat dan pemuka agama yang sedang beribadah memiliki keterkaitan dengan unsur politik atau bernuansa politis.
"Saya belum dapat laporan, Kapolri masih mendalami," ujar Jokowi saat ditemui wartawan di kantor Kementerian Luar Negeri, Jakarta, Senin (12/2/2018).
Namun, Presiden Jokowi sudah menginstruksikan Kepala Polri Jenderal (Pol) Tito Karnavian mengusut tuntas sejumlah perkara penyerangan tersebut.
"Sudah saya perintahkan agar aparat tindak tegas dan negara menjamin penegakan konstitusi secara konsisten," ujar Jokowi.
(Baca juga: Menag: Penyerangan Pemuka Agama Tidak Dibenarkan dengan Alasan Apa Pun)
Lebih jauh, Presiden Jokowi mengakui bahwa kejadian seperti ini adalah fenomena global. Menurut dia, sejumlah negara ditimpa peristiwa serupa.
"Kejadian seperti ini enggak hanya di negara kita. Hampir di semua negara mengalami karena keterbukaan informasi," kata Jokowi.
Presiden pun menegaskan bahwa Indonesia memegang teguh konstisusi. Setiap warga negara dijamin kebebasannya dalam hal memeluk agama dan berkeyakinan sekaligus melaksanakan kegiatan ibadahnya masing-masing.
"Tidak ada tempat bagi mereka yang tak mampu bertoleransi di negara kita, Indonesia. Apalagi, dengan cara-cara kekerasan. Berujar saja tidak, apalagi dengan kekerasan," ujar Jokowi.
(Baca juga: Penyerangan Gereja Santa Lidwina Berpotensi Memecah Belah Persatuan dan Kerukunan)
Diberitakan, sejumlah kekerasan terhadap pemuka agama terjadi dalam beberapa pekan terakhir.
Misalnya, penyerangan terhadap pimpinan Pesantren Al Hidayah, KH Umar Basri bin Sukrowi, di Cicalengka, Bandung, Jawa Barat. Saat tengah berzikir, seorang pria masuk masjid dan langsung menganiaya Umar Basri pada 27 Januari 2018.
Kemudian, tokoh Persatuan Islam Indonesia (Persis), HR Prawoto, meninggal di rumah sakit setelah dianiaya seseorang yang diduga mengalami depresi (sakit jiwa) pada awal Februari.
Kemarin, Minggu (11/2/2018), orang tak dikenal menyerang Gereja Santa Lidwina, Bedog, Sleman, Yogyakarta, saat misa dilaksanakan. Umat yang sedang menghadiri misa terluka, begitu pula dengan Pastor Karl-Edmund Prier, biasa dipanggil Romo Prier, yang sedang memimpin misa.