Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketua Komisi III: Citra DPR Sudah Negatif, Harus Lebih Tunjukkan Kontribusi Terhadap Negara

Kompas.com - 02/01/2018, 07:56 WIB
Nabilla Tashandra

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Komisi III DPR Bambang Soesatyo mengajak seluruh anggota dewan untuk bekerja lebih keras, lebih produktif, dan lebih menunjukan kontribusinya pada tahun 2018.

Ia memahami jika selama ini publik cenderung lebih banyak mempersepsikan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) secara negatif. Citra tersebut, menurutnya, memang sudah ada sejak puluhan tahun, ketika parlemen dipaksa menerapkan demokrasi terpimpin.

Meskipun, citra negatif tersebut bukan berarti DPR tak berbuat apapun.

"Sudah menjadi fakta bahwa DPR telah berkontribusi. Namun, publik menilai kontribusi DPR sejauh ini masih sangat-sangat minimal," ujar Bambang melalui keterangan tertulis, Senin (1/1/2018).

Ia mencontohkan, dari segi fungsi legislasi, publik kerap menilai produktivitas DPR dari capaian Program Legislasi Nasional (Prolegnas). Bahkan, muncul kesan di publik bahwa anggota dewan cenderung sibuk dengan masalah politik praktis serta mengesampingkan tugasnya sebagai wakil rakyat dan legislator.

Baca juga : Korupsi dan Rapor Merah untuk DPR dan Parpol

Di samping itu, hasil survei oleh Global Corruption Barometer (GCB) yang disusun Transparency International juga pernah menyimpulkan bahwa masyarakat sudah menilai DPR sebagai lembaga negara paling korup. Survei GCB tersebut dilaksanakan pada periode April - Juni 2016 di 31 provinsi di Indonesia.

Namun, Bambang melihat kritik tersebut merupakan bagian dari kepedulian publik terhadap DPR agar lebih menunjukan kinerja yang mumpuni.

"Kinerja yang mumpuni bisa diwujudkan jika DPR berani melakukan perubahan dan pembaruan, sebagaimana perubahan dan pembaruan yang coba terus dilakukan oleh pemerintah pusat, sejumlah institusi negara dan sejumlah pemerintah daerah," kata dia.

Tantangan 2018

Sebanyak 50 Rancangan Undang-Undang masuk ke daftar Prolegnas 2018. Publik kemudian banyak mempertanyakan apakah DPR bisa menyelesaikan pembahasan 50 RUU tersebut di tahun ini. Hal itu dinilai tak memungkinkan mengingat sudah mulai memasuki tahun politik dan berkaca pada tahun-tahun yang lalu, kinerja legislasi DPR kerap tak memuaskan publik.

"Masalahnya terpulang kepada DPR. Masyarakat yakin bahwa jika bijaksana dalam mengelola beban kerja dan alokasi waktu, DPR akan bisa menyelesaikan pembahasan 50 RUU itu. Inilah tantangan sekaligus harapan masyarakat," ujar Bambang.

Baca juga : 5 Drama Politik di DPR Sepanjang 2017

Sementara itu, dari fungsi anggaran, Bambang mengingatkan agar seluruh anggota dewan berupaya mengkritisi semua kementerian dan lembaga pemerintahan. Namun, kritik tersebut adalah kritik yang konstruktif.

"Tanpa mengurangi fungsi pengawasan, DPR juga harus mengharmonisasi kemitraan antara komisi-komisi di DPR dengan semua Kementerian dan Lembaga. Negara butuh penguatan sinergi antara DPR dengan pemerintah," ujar Anggota DPR dari daerah pemilihan Jawa Tengah VII itu.

Di samping itu, kata Bambang, publik juga berharap DPR bisa memberikan kontribusi yang signifikan dalam upaya membangun dan meningkatkan konektivitas yang sedang diwujudkan pemerintah. Misalnya dengan membangun infrastruktur jalan, perkeretaapian, bandar udara, pelabuhan, bendungan dan irigasi.

Selain itu, negara juga sedang berupaya meningkatkan elektrifikasi nasional serta memperluas dan meningkatkan efektivitas jaringan telekomunikasi.

"Upaya mewujudkan konektivitas menggambarkan betapa sibuknya Indonesia dewasa ini. Idealnya, DPR juga mengambil bagian dalam kesibukan itu agar terbentuk persepsi dibenak publik tentang DPR yang kontributif dan produktif," ujar Ketua Bidang Pemenangan Pemilu Jawa II (Jateng dan DIY) itu.

Kompas TV Kembang api mewarnai buka tahun 2018.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Nasional
Pakar Ungkap 'Gerilya' Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Pakar Ungkap "Gerilya" Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Nasional
Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Nasional
Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Nasional
Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Nasional
'Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit'

"Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit"

Nasional
Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Nasional
PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

Nasional
Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

Nasional
Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

Nasional
Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

Nasional
Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

Nasional
KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

Nasional
TNI AL Ketambahan 2 Kapal Patroli Cepat, KRI Butana-878 dan KRI Selar-879

TNI AL Ketambahan 2 Kapal Patroli Cepat, KRI Butana-878 dan KRI Selar-879

Nasional
Sejarah BIN yang Hari Ini Genap Berusia 78 Tahun

Sejarah BIN yang Hari Ini Genap Berusia 78 Tahun

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com