Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lafran Pane, Penyedia Wadah Besar Mahasiswa Islam

Kompas.com - 10/11/2017, 13:41 WIB
Yoga Sukmana

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Nama Lafran Pane mungkin masih asing bagi publik. Jika bicara Pane bersaudara, maka yang terlintas barangkali hanya sastrawan Sanusi Pane atau Armijn Pane.

Namun, nama Lafran justru mengisi banyak berita di media beberapa waktu terakhir ini.

Hal itu menyusul keputusan Presiden Joko Widodo menganugerahkan gelar pahlawan kepada Lafran Pane.

Siapa sebenarnya Lafran Pane?

Adik dari Sanusi dan Armijn Pane itu lahir di Kampung Pangurabaan, Sipirok, Tapanuli Selatan, Sumatera Utara, pada 5 Februari 1922. Keluarga ini lama tinggal di Yogyakarta.

Ayahnya, Sutan Pengurabaan Pane adalah jurnalis, sastrawan, dan pendiri Muhamadiyah di Sipirok.

Baca: Mahfud MD: Jokowi akan Anugerahi Lafran Pane Menjadi Pahlawan Nasional

Lafran adalah pendiri Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) pada 15 Februari 1947. Tujuannya, untuk mempertahankan Negara Republik Indonesia pasca kemerdekaan sekaligus mengembangkan ajaran Islam.

Lafran ingin HMI mengambil posisi tidak terlibat dalam berbagai polarisasi ideologi yang berkembang pasca-kemerdekaan atau independen dari berbagai kepentingan.

Kelompok yang dimaksud adalah kelompok yang menginginkan Indonesia menjadi negara Islam, negara sosialis, serta kelompok menginginkan Indonesia menjadi negara komunis.

"Lafran Pane hingga akhir hayatnya adalah dosen, tidak pernah jadi anggota partai politik manapun," kata penulis buku 'Lafran Pane; Jejak Hayat dan Pemikirannya', Hariqo Wibawa Satria, Jumat (10/11/2017).

Kehadiran HMI pasca-kemerdekaan menjadi wadah baru mahasiswa Islam untuk memupuk rasa kebangsaan sekaligus mempelajari agama Islam itu sendiri.

Lafran tidak pernah menilai nasionalisme dan Islam adalah dua hal yang saling berbenturan.

Keduanya justru dianggap dapat bergandengan untuk mengangkat harkat dan derajat seluruh rakyat Indonesia saat itu.

Menurut Hariqo, HMI menjadi rumah besar bagi seluruh mahasiswa Islam tanpa melihat apakah itu NU atau Muhamadiyah pada 1947-1960.

Ketika itu, diperkirakan lebih dari sepertiga dari total seluruh mahasiswa Indonesia adalah anggota HMI.

"Lafran Pane telah menunjukkan bahwa antara Keislaman dan Keindonesiaan tidaklah bertentangan. Itu yang ditanamkan Lafran," kata dia.

Lafran wafat pada 24 Januari 1991. Sepanjang hidupnya, ia aktif membagikan ilmunya lewat mengajar dengan menjadi dosen di bebarapa kampus di Yogyakarta.

Kompas TV Belum 12 jam setelah menikahkan putrinya, Presiden Joko Widodo sudah kembali beraktivitas seperti biasa.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com