"Saya punya beberapa tindikan di telinga dan mendengarkan musik ‘nakal’ seperti Britney Spears. Pembimbing konseling di sekolah sangat khawatir tentang saya. Orangtua saya dulu bahkan sampai menangis karenanya,” kata Cindy.
Sekarang, setelah memiliki anak sendiri, Cindy paham perasaan mereka saat itu. Cindy mengaku. “Bagi saya, amatlah penting mendidik anak-anak untuk takut kepada Tuhan.”
Suami Cindy bekerja sebagai seorang seniman tato di Bali dan memiliki beberapa gerai di sana. Bisnisnya saat ini cukup baik. Selama beberapa lama, ia sempat tinggal Bali bersama suaminya.
“Saya sangat suka Bali, namun susah tinggal di sana. Anak-anak saya (berumur delapan dan lima tahun) tumbuh dikelilingi dengan pengaruh yang tak sesuai dengan usia anak. Bali terlalu bebas! Pernah suatu kali, kami sedang di restoran siap saji dan seorang perempuan bule masuk hanya dengan bikini!” kata Cindy.
“Anak-anak mulai bertanya-tanya. ‘Kenapa perempuan itu hampir telanjang? Kenapa Ayah punya tato, bukannya itu haram?’ Sejujurnya, saya tidak tahu bagaimana harus menjawab,” papar Cindy.
Cindy akhirnya pindah kembali ke Bandung bersama anak-anaknya, dan sekarang ia merasa lebih bahagia. Di Bandung, anak-anaknya belajar agama Islam dan juga belajar Bahasa Sunda, dua hal yang ia impikan ketika masih di Bali.
Cindy adalah orang Sunda, bagian dari sebuah komunitas sebesar 36,7 juta yang mendominasi Jawa Barat. Sebagai kelompok etnis kedua terbesar di Indonesia setelah Jawa, mereka merupakan pengikut Islam yang taat.
Dan memang, masyarakat Sunda telah lama menjadi tulang punggung Islam politik di Republik ini, melalui partai politik seperti Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) yang memiliki akar kuat di Jawa Barat.
Ditambah, pada 2014, Joko Widodo, yang menang dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) tahun itu, malah kalah di Jawa Barat dari rivalnya, Prabowo Subianto dari Partai Gerinda.
Cindy sendiri tidak terlalu tertarik kepada politik. Namun, dia pendukung berat Wali Kota Bandung, Ridwan Kamil, sang arsitek yang beralih ke politik. Waktu itu, Ridwan Kamil naik menjadi Wali Kota diusung oleh PKS dan Gerindra.
Bersemangat muda dan santun, pemimpin lulusan Berkeley ini berharap bisa memenangkan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Jawa Barat 2018.
Baca juga:
Nasdem Usung Ridwan Kamil pada Pilkada Jawa Barat 2018
PKB Bakal Deklarasikan Dukungan pada Ridwan Kamil di Purwakarta
PPP Resmi Dukung Ridwan Kamil pada Pilgub Jabar 2018
Golkar Resmi Usung Ridwan Kamil sebagai Calon Gubernur Jawa Barat
Hal itu merupakan sebuah langkah ambisius, mengingat ia telah mengabaikan pendukung lamanya (termasuk Prabowo) dan akan maju sebagai Calon Gubernur Jawa Barat bukan dengan partai pendukung PKS maupun Gerindra.
Memang ada kekhawatiran bahwa Pilkada serentak Juni tahun depan dan juga Pilpres 2019 akan diiringi sentimen agama dan ras yang lebih kental, yang disebabkan oleh perbedaan pemahaman akan peran kepercayaan dan etnisitas di dalam kehidupan publik.
Kesulitan Cindy sebagai seorang Muslim tinggal di Bali, yang mayoritas Hindu, dan saat menjelaskan realitas keberagaman budaya di Indonesia kepada anak-anaknya yang masih kecil tersebut, merupakan bukti bahwa pergulatan dengan politik identitas di sini masih sekuat seperti di mana pun.
Oleh karenanya, pemimpin Indonesia saat ini dan di masa depan harus bisa mengatur ketegangan ini secara bijak. Jangan sampai benang-benang bangsa yang penuh harapan ini menjadi rusak.
Warga biasa, seperti Cindy, membutuhkan kepemimpinan yang bisa mengangkat dan membuat mereka aman, alih-alih menggunakan hasutan yang memanfaatkan ketakutan dan prasangka. Kita berharap, pilkada serentak di Indonesia pada 2018 tetap terkendali, menjunjung keberagaman, dan tak menggunakan diskriminasi SARA sebagai dagangan politik.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.