Salin Artikel

Kehidupan Bandung Cindy, Politik Identitas, dan Fenomena Ridwan Kamil

Tidak seorang pun membantunya. “Urusan preman, lebih baik tidak ikut campur. Sewaktu polisi datang, hanya ada jenazahnya yang tergeletak,” ujar Cindy. 

“Saat-saat seperti itu, membuat saya teringat pesan ibu saya. Serahkan semua ke Gusti Allah,” katanya.

Mengenakan tas tangan dan sepatu kets merah muda, jaket denim, dan legging hitam, Cindy yang berusia 28 tahun memperlihatkan pembawaan yang lincah dan seketika itu memenuhi ruangan.

Kami duduk di sebuah café hipster yang menyediakan macchiato dan cheesecake di Bandung, ibu kota provinsi Jawa Barat. Dirancang dan dibangun oleh kolonial Belanda pada awal 1900an, kota ini masih menyimpan nuansa ‘de Stijl’ modernis yang menjadi ciri khasnya lebih dari seratus tahun kemudian.

Sambil mengamati sekelilingnya, Cindy menceritakan tentang Kopo, salah satu kawasan di Bandung Selatan, tempat dia melalui masa kecilnya. “Awalnya, Kopo itu lingkungan yang keras,” dia mulai bercerita.

Kehidupan keluarga Cindy menurutnya biasa-biasa saja. Ayahnya memiliki industri rumahan, membuat sepatu. Ada masa di mana produksi sepatu ayah dia cukup sukses dengan enam karyawan.

"Rumah kami sangat ramai saat itu, karyawan saling mengobrol dan selalu terdengar suara palu. Ayah saya duduk di kursinya sambil mengawasi pekerja,” kata Cindy.

Namun ada banyak persaingan di sana, sering muncul kecemburuan di antara sesama produsen sepatu. "Suatu kali pernah terjadi kerusuhan dan orang-orang datang menggedor pintu kami. Ayah saya terluka saat melindungi kami. Setelah kejadian itu, dia keluar dari bisnis itu,” Cindy mengenang.

Mungkin karena latar belakang yang sulit ini, ayah Cindy mendorongnya untuk menjadi lebih “berani”.

“Saya tumbuh menjadi anak yang tomboy!” ucapnya. Ayah Cindy mendandaninya dengan kaos Power Rangers dan celana panjang. Dia memotong rambut Cindy pendek.

"Saya sering memanjat pohon dan bermain kasar dengan anak-anak laki-laki lainnya. Ia menginginkan saya jadi berani dan kuat,” kata Cindy.

Saat mengagumi penampilan Cindy yang terlihat cukup teliti memilih apa yang akan dikenakannya, saya pun penasaran apakah penampilannya hari itu karena dari pengaruh ‘maskulinitas’ selama bertahun-tahun.

"Saya punya beberapa tindikan di telinga dan mendengarkan musik ‘nakal’ seperti Britney Spears. Pembimbing konseling di sekolah sangat khawatir tentang saya. Orangtua saya dulu bahkan sampai menangis karenanya,” kata Cindy. 

Sekarang, setelah memiliki anak sendiri, Cindy paham perasaan mereka saat itu. Cindy mengaku. “Bagi saya, amatlah penting mendidik anak-anak untuk takut kepada Tuhan.”

Suami Cindy bekerja sebagai seorang seniman tato di Bali dan memiliki beberapa gerai di sana. Bisnisnya saat ini cukup baik. Selama beberapa lama, ia sempat tinggal Bali bersama suaminya.

“Saya sangat suka Bali, namun susah tinggal di sana. Anak-anak saya (berumur delapan dan lima tahun) tumbuh dikelilingi dengan pengaruh yang tak sesuai dengan usia anak. Bali terlalu bebas! Pernah suatu kali, kami sedang di restoran siap saji dan seorang perempuan bule masuk hanya dengan bikini!” kata Cindy.

“Anak-anak mulai bertanya-tanya. ‘Kenapa perempuan itu hampir telanjang? Kenapa Ayah punya tato, bukannya itu haram?’ Sejujurnya, saya tidak tahu bagaimana harus menjawab,” papar Cindy.

Cindy akhirnya pindah kembali ke Bandung bersama anak-anaknya, dan sekarang ia merasa  lebih bahagia. Di Bandung, anak-anaknya belajar agama Islam dan juga belajar Bahasa Sunda, dua hal yang ia impikan ketika masih di Bali. 

Cindy adalah orang Sunda, bagian dari sebuah komunitas sebesar 36,7 juta yang mendominasi Jawa Barat. Sebagai kelompok etnis kedua terbesar di Indonesia setelah Jawa, mereka merupakan pengikut Islam yang taat.

Dan memang, masyarakat Sunda telah lama menjadi tulang punggung Islam politik di Republik ini, melalui partai politik seperti Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) yang memiliki akar kuat di Jawa Barat.

Cindy sendiri tidak terlalu tertarik kepada politik. Namun, dia pendukung berat Wali Kota Bandung, Ridwan Kamil, sang arsitek yang beralih ke politik. Waktu itu, Ridwan Kamil naik menjadi Wali Kota diusung oleh PKS dan Gerindra. 

Bersemangat muda dan santun, pemimpin lulusan Berkeley ini berharap bisa memenangkan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Jawa Barat 2018.

Hal itu merupakan sebuah langkah ambisius, mengingat ia telah mengabaikan pendukung lamanya (termasuk Prabowo) dan akan maju sebagai Calon Gubernur Jawa Barat bukan dengan partai pendukung PKS maupun Gerindra. 

Memang ada kekhawatiran bahwa Pilkada serentak Juni tahun depan dan juga Pilpres 2019 akan diiringi sentimen agama dan ras yang lebih kental, yang disebabkan oleh perbedaan pemahaman akan peran kepercayaan dan etnisitas di dalam kehidupan publik.

Kesulitan Cindy sebagai seorang Muslim tinggal di Bali, yang mayoritas Hindu, dan saat menjelaskan realitas keberagaman budaya di Indonesia kepada anak-anaknya yang masih kecil tersebut, merupakan bukti bahwa pergulatan dengan politik identitas di sini masih sekuat seperti di mana pun.

Oleh karenanya, pemimpin Indonesia saat ini dan di masa depan harus bisa mengatur ketegangan ini secara bijak. Jangan sampai benang-benang bangsa yang penuh harapan ini menjadi rusak.

Warga biasa, seperti Cindy, membutuhkan kepemimpinan yang bisa mengangkat dan membuat mereka aman, alih-alih menggunakan hasutan yang memanfaatkan ketakutan dan prasangka. Kita berharap, pilkada serentak di Indonesia pada 2018 tetap terkendali, menjunjung keberagaman, dan tak menggunakan diskriminasi SARA sebagai dagangan politik. 

https://nasional.kompas.com/read/2017/10/27/19194011/kehidupan-bandung-cindy-politik-identitas-dan-fenomena-ridwan-kamil

Terkini Lainnya

Indonesia Digital Test House Diresmikan, Jokowi: Super Modern dan Sangat Bagus

Indonesia Digital Test House Diresmikan, Jokowi: Super Modern dan Sangat Bagus

Nasional
Menko Polhukam Harap Perpres 'Publisher Rights' Bisa Wujudkan Jurnalisme Berkualitas

Menko Polhukam Harap Perpres "Publisher Rights" Bisa Wujudkan Jurnalisme Berkualitas

Nasional
Saksi Sebut Kementan Beri Rp 5 Miliar ke Auditor BPK untuk Status WTP

Saksi Sebut Kementan Beri Rp 5 Miliar ke Auditor BPK untuk Status WTP

Nasional
Kasus Dugaan Asusila Ketua KPU Jadi Prioritas DKPP, Sidang Digelar Bulan Ini

Kasus Dugaan Asusila Ketua KPU Jadi Prioritas DKPP, Sidang Digelar Bulan Ini

Nasional
Gubernur Maluku Utara Nonaktif Diduga Cuci Uang Sampai Rp 100 Miliar Lebih

Gubernur Maluku Utara Nonaktif Diduga Cuci Uang Sampai Rp 100 Miliar Lebih

Nasional
Cycling de Jabar Segera Digelar di Rute Anyar 213 Km, Total Hadiah Capai Rp 240 Juta

Cycling de Jabar Segera Digelar di Rute Anyar 213 Km, Total Hadiah Capai Rp 240 Juta

Nasional
Hindari Konflik TNI-Polri, Sekjen Kemenhan Sarankan Kegiatan Integratif

Hindari Konflik TNI-Polri, Sekjen Kemenhan Sarankan Kegiatan Integratif

Nasional
KPK Tetapkan Gubernur Nonaktif Maluku Utara Tersangka TPPU

KPK Tetapkan Gubernur Nonaktif Maluku Utara Tersangka TPPU

Nasional
Soal Kemungkinan Duduki Jabatan di DPP PDI-P, Ganjar: Itu Urusan Ketua Umum

Soal Kemungkinan Duduki Jabatan di DPP PDI-P, Ganjar: Itu Urusan Ketua Umum

Nasional
Kapolda Jateng Disebut Maju Pilkada, Jokowi: Dikit-dikit Ditanyakan ke Saya ...

Kapolda Jateng Disebut Maju Pilkada, Jokowi: Dikit-dikit Ditanyakan ke Saya ...

Nasional
Jokowi dan Prabowo Rapat Bareng Bahas Operasi Khusus di Papua

Jokowi dan Prabowo Rapat Bareng Bahas Operasi Khusus di Papua

Nasional
Kemenhan Ungkap Anggaran Tambahan Penanganan Papua Belum Turun

Kemenhan Ungkap Anggaran Tambahan Penanganan Papua Belum Turun

Nasional
PAN Minta Demokrat Bangun Komunikasi jika Ingin Duetkan Lagi Khofifah dan Emil Dardak

PAN Minta Demokrat Bangun Komunikasi jika Ingin Duetkan Lagi Khofifah dan Emil Dardak

Nasional
Tanggapi Ide 'Presidential Club' Prabowo, Ganjar: Bagus-bagus Saja

Tanggapi Ide "Presidential Club" Prabowo, Ganjar: Bagus-bagus Saja

Nasional
6 Pengedar Narkoba Bermodus Paket Suku Cadang Dibekuk, 20.272 Ekstasi Disita

6 Pengedar Narkoba Bermodus Paket Suku Cadang Dibekuk, 20.272 Ekstasi Disita

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke