Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pasca-pengepungan YLBHI, Ratusan Korban Alami Trauma

Kompas.com - 20/09/2017, 16:47 WIB
Kristian Erdianto

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Pengepungan kantor Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) pada Minggu (17/9/2017) hingga Senin (18/9/2017) dini hari, menjadi peristiwa yang sangat membekas bagi Vebrina (19).

Vebrina merupakan salah seorang mahasiswi yang ikut terjebak di kantor YLBHI karena dikepung oleh ratusan massa.

Sekitar pukul 21.30, sekumpulan massa tanpa spanduk dan atribut aksi menggelar unjuk rasa di depan kantor YLBHI. Mereka berorasi, meminta pihak YLBHI menghentikan acara yang digelar di dalam gedung sejak sore.

Mereka menuding acara tersebut merupakan sebuah diskusi soal kebangkitan Partai Komunis Indonesia (PKI). Tidak hanya berorasi, mereka juga meminta untuk masuk ke dalam kantor YLBHI.

(Baca: Kronologi Pengepungan Kantor YLBHI)

Menjelang Senin dini hari, situasi menjadi ricuh. Massa mulai melempari kantor YLBHI dengan batu. Polisi terpaksa melontarkan gas air mata untuk membubarkan massa. Bentrokan pun tak bisa dihindari.

Vebrina mengaku baru pertama kalinya terjebak dalam situasi seperti itu. Dia heran kenapa banyak orang berunjuk rasa dengan menyebut kata "PKI" dan kalimat bernada intimidasi lainnya.

"Itu pengalaman pertama saya. Awalnya saya bingung kenapa tiba-tiba massa datang lagi, karena sehari sebelumnya sudah ada demo juga. Pas suasana makin genting, saya merasa kesal bercampur takut," ujar Vebrina kepada Kompas.com, Selasa (19/9/2017).

Vebrina pun menuturkan suasana mencekam saat panitia dan peserta acara yang umumnya mahasiwa itu diungsikan ke lantai tiga kantor YLBHI untuk menghindari kekerasan jika massa berhasil memasuki gedung.

(Baca: Kivlan Akui Hadir dalam Rapat Aliansi Pemuda Sebelum Pengepungan YLBHI)

Sebagian besar peserta merasa panik karena belum pernah menghadapi situasi yang begitu mencekam. Para sukarelawan pendamping dari YLBHI berupaya menenangkan dengan mengajak mereka berbincang. Saking mencekamnya, kata Vebrina, ada peserta yang jatuh sakit.

"Waktu suasana makin panas, kami sempat buat lingkaran saling berpegang tangan dan berdoa. Semakin lama, tiba-tiba ada yang asmanya kumat, yang vertigonya kumat," tutur Vebrina.

Hal senada juga diungkapkan relawan pendamping di YLBHI, Hexa. Menurut dia, peserta dan panitia acara "Asik-Asik Aksi" yang terkurung di gedung YLBHI berjumlah sekitar 200-an orang.

"Mereka umumnya klien LBH Jakarta, mahasiswa, dan para aktivis penegakan HAM," ujar Hexa saat dihubungi, Rabu (20/9/2017).

Pada saat itu, ungkap Hexa, suasananya sangat menegangkan. Mereka khawatir massa yang kalap akan menyerbu masuk ke dalam gedung. Ditambah lagi dengan suara kaca yang pecah akibat lemparan batu dan beberapa kali letusan. Beberapa orang mengalami syok, gangguan pernapasan dan pingsan.

"Apalagi orasi-orasi yang disampaikan para demonstran berbau kekerasan dan fitnah. Lemparan-lemparan batu, suara kaca yang pecah, suara ledakan, mungkin petasan dan gas air mata, semakin membuat korban ketakutan. Beberapa peserta syok berat, hingga mengalami gangguan pernapasan dan pingsan," kata Hexa.

Halaman:


Terkini Lainnya

Niat Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati soal Kabinet Dimentahkan PDI-P

Niat Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati soal Kabinet Dimentahkan PDI-P

Nasional
SBY Doakan dan Dukung Prabowo Sukses Jaga Keutuhan NKRI sampai Tegakkan Keadilan

SBY Doakan dan Dukung Prabowo Sukses Jaga Keutuhan NKRI sampai Tegakkan Keadilan

Nasional
'Presidential Club', 'Cancel Culture', dan Pengalaman Global

"Presidential Club", "Cancel Culture", dan Pengalaman Global

Nasional
Hari Ini, Hakim Agung Gazalba Saleh Mulai Diadili di Kasus Gratifikasi dan TPPU

Hari Ini, Hakim Agung Gazalba Saleh Mulai Diadili di Kasus Gratifikasi dan TPPU

Nasional
Respons Partai Pendukung Prabowo Usai Luhut Pesan Tak Bawa Orang 'Toxic' ke Dalam Pemerintahan

Respons Partai Pendukung Prabowo Usai Luhut Pesan Tak Bawa Orang "Toxic" ke Dalam Pemerintahan

Nasional
Bongkar Dugaan Pemerasan oleh SYL, KPK Hadirkan Pejabat Rumah Tangga Kementan

Bongkar Dugaan Pemerasan oleh SYL, KPK Hadirkan Pejabat Rumah Tangga Kementan

Nasional
Soal Maju Pilkada DKI 2024, Anies: Semua Panggilan Tugas Selalu Dipertimbangkan Serius

Soal Maju Pilkada DKI 2024, Anies: Semua Panggilan Tugas Selalu Dipertimbangkan Serius

Nasional
Kloter Pertama Jemaah Haji Indonesia Dijadwalkan Berangkat 12 Mei 2024

Kloter Pertama Jemaah Haji Indonesia Dijadwalkan Berangkat 12 Mei 2024

Nasional
Saat Jokowi Sebut Tak Masalah Minta Saran Terkait Kabinet Prabowo-Gibran...

Saat Jokowi Sebut Tak Masalah Minta Saran Terkait Kabinet Prabowo-Gibran...

Nasional
'Presidential Club' Ide Prabowo: Dianggap Cemerlang, tapi Diprediksi Sulit Satukan Jokowi-Megawati

"Presidential Club" Ide Prabowo: Dianggap Cemerlang, tapi Diprediksi Sulit Satukan Jokowi-Megawati

Nasional
[POPULER NASIONAL] Masinton Sebut Gibran Gimik | Projo Nilai PDI-P Baperan dan Tak Dewasa Berpolitik

[POPULER NASIONAL] Masinton Sebut Gibran Gimik | Projo Nilai PDI-P Baperan dan Tak Dewasa Berpolitik

Nasional
Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
 PAN Nilai 'Presidential Club' Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

PAN Nilai "Presidential Club" Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Nasional
LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com