Khawatir persekusi
Persoalan ternyata tidak berhenti saat seluruh peserta dievakuasi oleh pihak kepolisian pada Senin dini hari.
Peristiwa tersebut ternyata menyisakan trauma bagi sebagian peserta yang baru pertama kali mengalami peristiwa pengepungan. Sementara sebagian orang yang pernah mengalami peristiwa serupa, seperti misalnya penggusuran, menganggap situasi pengepungan YLBHI sangat buruk.
"Dampak pengepungan menyisakan trauma pada para korban, terutama terhadap sejumlah peserta yang baru pertama kali, umumnya mahasiswa, mengalami peristiwa mencekam begitu," tuturnya.
"Sebagian lagi, meskipun pernah melewati masa-masa buruk (seperti penggusuran) mereka merasa kali ini sangat buruk, meskipun pada saat kejadian mereka tegar justru selama proses evakuasi hingga pemulangan trauma mereka tampak jelas. Dari yang hanya menangis, gemetar, hingga takut pulang ke rumah," ucap Hexa.
(Baca: Polisi Tetapkan 7 Tersangka Terkait Pengepungan Kantor YLBHI)
Setelah proses evakuasi, lanjut Hexa, ada beberapa peserta yang tidak berani pulang dan memilih untuk singgah dari satu tempat ke tempat lainnya. Pasalnya, beredar kabar bahwa video dan foto para korban yang bertahan di gedung YLBHI diambil oleh orang tak dikenal saat proses evakuasi.
"Banyak yang tidak berani langsung pulang ke rumah. Hal ini disebabkan banyaknya rekaman-rekaman baik video maupun foto para korban selama bertahan di teras gedung YLBHI maupun proses evakuasi yang diambil oleh orang-orag yang tidak dikenal. Ketakutan dikenali oleh para pelaku dan kemungkinan persekusi sangat tinggi," ujarnya.
Hexa mengatakan, saat ini pihak YLBHI telah memberikan bantuan konseling bagi para korban yang mengalami trauma pasca-pengepungan. Dia pun berharap Presiden Joko Widodo mengambil tindakan dan memerintahkan agar kepolisian mengusut tuntas kasus pengepungan itu.
"Jika tidak, akan menjadi preseden buruk bagi demokrasi. Pelanggaran hak asasi manusia akan semakin banyak dengan mengatasnamakan nasionalisme, padahal cara-cara yang dilakukan jauh dari nilai-nilai Pancasila," ucapnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.