Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pasca-pengepungan YLBHI, Ratusan Korban Alami Trauma

Kompas.com - 20/09/2017, 16:47 WIB
Kristian Erdianto

Penulis

Kompas TV YLBHI meyakini penyerbuan kantor LBH Jakarta dilakukan secara terorganisasi.

Khawatir persekusi

Persoalan ternyata tidak berhenti saat seluruh peserta dievakuasi oleh pihak kepolisian pada Senin dini hari.

Peristiwa tersebut ternyata menyisakan trauma bagi sebagian peserta yang baru pertama kali mengalami peristiwa pengepungan. Sementara sebagian orang yang pernah mengalami peristiwa serupa, seperti misalnya penggusuran, menganggap situasi pengepungan YLBHI sangat buruk.

"Dampak pengepungan menyisakan trauma pada para korban, terutama terhadap sejumlah peserta yang baru pertama kali, umumnya mahasiswa, mengalami peristiwa mencekam begitu," tuturnya.

"Sebagian lagi, meskipun pernah melewati masa-masa buruk (seperti penggusuran) mereka merasa kali ini sangat buruk, meskipun pada saat kejadian mereka tegar justru selama proses evakuasi hingga pemulangan trauma mereka tampak jelas. Dari yang hanya menangis, gemetar, hingga takut pulang ke rumah," ucap Hexa.

(Baca: Polisi Tetapkan 7 Tersangka Terkait Pengepungan Kantor YLBHI)

Setelah proses evakuasi, lanjut Hexa, ada beberapa peserta yang tidak berani pulang dan memilih untuk singgah dari satu tempat ke tempat lainnya. Pasalnya, beredar kabar bahwa video dan foto para korban yang bertahan di gedung YLBHI diambil oleh orang tak dikenal saat proses evakuasi.

"Banyak yang tidak berani langsung pulang ke rumah. Hal ini disebabkan banyaknya rekaman-rekaman baik video maupun foto para korban selama bertahan di teras gedung YLBHI maupun proses evakuasi yang diambil oleh orang-orag yang tidak dikenal. Ketakutan dikenali oleh para pelaku dan kemungkinan persekusi sangat tinggi," ujarnya.

Hexa mengatakan, saat ini pihak YLBHI telah memberikan bantuan konseling bagi para korban yang mengalami trauma pasca-pengepungan. Dia pun berharap Presiden Joko Widodo mengambil tindakan dan memerintahkan agar kepolisian mengusut tuntas kasus pengepungan itu.

"Jika tidak, akan menjadi preseden buruk bagi demokrasi. Pelanggaran hak asasi manusia akan semakin banyak dengan mengatasnamakan nasionalisme, padahal cara-cara yang dilakukan jauh dari nilai-nilai Pancasila," ucapnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Terkini Lainnya

Saat Jokowi Sebut Tak Masalah Minta Saran Terkait Kabinet Prabowo-Gibran...

Saat Jokowi Sebut Tak Masalah Minta Saran Terkait Kabinet Prabowo-Gibran...

Nasional
'Presidential Club' Ide Prabowo: Dianggap Cemerlang, tapi Diprediksi Sulit Satukan Jokowi-Megawati

"Presidential Club" Ide Prabowo: Dianggap Cemerlang, tapi Diprediksi Sulit Satukan Jokowi-Megawati

Nasional
[POPULER NASIONAL] Masinton Sebut Gibran Gimik | Projo Nilai PDI-P Baperan dan Tak Dewasa Berpolitik

[POPULER NASIONAL] Masinton Sebut Gibran Gimik | Projo Nilai PDI-P Baperan dan Tak Dewasa Berpolitik

Nasional
Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
 PAN Nilai 'Presidential Club' Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

PAN Nilai "Presidential Club" Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Nasional
LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

Nasional
MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

Nasional
PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

Nasional
Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Nasional
Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Nasional
'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

"Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

Nasional
Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com