Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Indonesia Menjadi Harapan Penuntasan Konflik Rohingya

Kompas.com - 07/09/2017, 12:23 WIB
Kristian Erdianto

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Program Manajer HAM ASEAN Human Rights Working Group (HRWG) Daniel Awigra berpendapat, upaya diplomasi yang dilakukan Pemerintah Indonesia menjadi satu-satunya harapan dalam menghentikan kekerasan yang dialami warga Rohingya di negara bagian Rakhine, Myanmar.

Alasannya, Indonesia menjadi satu-satunya negara yang memiliki akses untuk bertemu dengan Pemerintah Myanmar dan membahas persoalan Rohingya.

"Dunia saat ini berharap kepada Indonesia. Indonesia adalah harapan dunia hari ini untuk menyelesaikan konflik rohingya," ujar Daniel saat menjadi narasumber acara 'Dua Arah di Kompas TV, Rabu (6/9/2017) malam.

Baca: Suu Kyi: Simpati terhadap Rohingya Lahir dari Kampanye “Hoax”

"Ada semacam trust yang diberikan oleh pimpinan tertinggi, baik militer maupun Aung San Suu Kyi untuk menerima Menteri Luar Negeri Retno Marsudi.

"Ini kepercayaan yang sangat tinggi sekali, jangan sampai ini disia-siakan. Banyak sekali orang yang ingin masuk tapi ditolak," kata dia.

Oleh karena itu, menurut Daniel, pemerintah tidak perlu menggubris desakan sejumlah kelompok masyarakat yang meminta Indonesia memutus hubungan diplomatik dengan Myanmar.

Dia menilai, pemutusan hubungan diplomatik justru akan memperburuk situasi yang dialami warga Rohingya.

"Memutus hubungan diplomatik sama artinya dengan mengakhiri etnis Rohingya itu sendiri," kata dia.

Baca: Presiden PKS Minta Masalah Rohingya Tak Dibawa ke Tanah Air

Di sisi lain, lanjut Daniel, momen pertemuan Menlu Retno dengan Pemerintah Myanmar merupakan kesempatan bagi Indonesia untuk menunjukkan kebangkitan politik luar negeri yang berpihak pada kemanusiaan.

Pada kesempatan yang sama, anggota DPR asal Fraksi PDI-P Hamka Haq mengatakan, pemutusan hubungan diplomatik biasanya hanya terjadi antara dua negara yang berkonflik.

Sementara, kekerasan yang dialami warga Rohingya merupakan permasalahan internal Myanmar.

Hamka menyepakati adanya tekanan politik yang diberikan oleh Indonesia kepada Myanmar. Namun, pemutusan hubungan diplomatik tidak menjadi pilihan.

"Saya setuju kalau ada politics pressure tapi itu tidak akan sampai pada pemutusan hubungan diplomatik. Tragedi ini akan berlangsung terus manakala kita putus hubungan diplomatik," ujar dia.

Baca: Unggah Foto 'Hoax' Pembantaian Rohingya, Tifatul Minta Maaf

Menurut Hamka, ada langkah-langkah lain yang bisa diberikan pemerintah kepada Myanmar agar menghentikan aksi kekerasan di Rakhine.

Indonesia, kata Hamka, bisa memberikan sanksi di bidang ekonomi. Selain itu, Indonesia juga bisa menggalang dukungan internasional agar memberikan sanksi kepada pihak militer Myanmar.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Gerindra Sebut Jokowi Justru Dorong Prabowo untuk Bertemu Megawati

Gerindra Sebut Jokowi Justru Dorong Prabowo untuk Bertemu Megawati

Nasional
Tak Cemas Lawan Kandidat Lain pada Pilkada Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

Tak Cemas Lawan Kandidat Lain pada Pilkada Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

Nasional
Khofifah Tolak Tawaran Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

Khofifah Tolak Tawaran Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

Nasional
Soal Duetnya pada Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Soal Duetnya pada Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Nasional
Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Nasional
Respons Luhut Soal Orang 'Toxic', Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Respons Luhut Soal Orang "Toxic", Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Nasional
Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Nasional
Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Nasional
Mencegah 'Presidential Club' Rasa Koalisi Pemerintah

Mencegah "Presidential Club" Rasa Koalisi Pemerintah

Nasional
Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasional
Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Nasional
PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

Nasional
Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang 'Toxic' di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang "Toxic" di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Nasional
Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Nasional
BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena 'Heatwave' Asia

BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena "Heatwave" Asia

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com