Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Sudah Saatnya Kita Juga Memikirkan Rohingya-Rohingya Sendiri"

Kompas.com - 03/09/2017, 15:43 WIB
Fabian Januarius Kuwado

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Eksekutif Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Philips J Vermonte mengatakan, peristiwa kekerasan terhadap etnis Rohingya di Myanmar juga harus menjadi refleksi bagi masyarakat Indonesia.

"Apa artinya peristiwa di Rakhine State bagi Indonesia? Bahwa apa yang terjadi di Myanmar itu terjadi  di manapun, termasuk di Indonesia," ujar Philips dalam konferensi pers di kantor Amnesty International, Gondangdia, Menteng, Jakarta Pusat, Minggu (3/9/2017).

Peristiwa diskriminasi dan kekerasan yang menimpa etnis Rohingya tidak terlepas dari dominasi kelompok mayoritas terhadap kelompok minoritas. Kelompok mayoritas mengesampingkan nilai persatuan kebangsaan.

Nilai-nilai yang kelompok mayoritas anut kemudian bersinggungan dengan nilai-nilai yang dianut kelompok minoritas. Oleh sebab itu, kelompok mayoritas menekan kelompok mayoritas.

Baca: Bawa Misi Kemanusiaan untuk Rohingya, Menlu Terbang ke Myanmar

Bentuknya mulai dari praktik diskriminasi, penutupan akses ke pelayanan publik hingga kekerasan fisik.

"Akar peristiwa di Myanmar adalah kelompok mayoritas tidak menerima minoritas seperti yang terjadi di negara lain, termasuk Indonesia. Artinya, banyak Rohingya-Rohingya lain sebenarnya," ujar Philips.

Contoh paling konkrit adalah tindak diskriminasi dan kekerasan yang menimpa kelompok Ahmadiyah.

"Jadi mungkin ini juga saatnya kita semua perlu memikirkan juga Rohingya-Rohingya kita sendiri. Misalnya Ahmadiyah yang sampai saat ini masih diperlakukan tidak adik dan banyak juga yang stay di kamp pengungsian," lanjut dia.

Philips pun berpendapat, seluruh elemen bangsa Indonesia harus menjadikan konflik Rohingya di Myanmar sebagai refleksi yang mendalam untuk mencegah hal serupa terjadi pula di Indonesia.

Diberitakan, Konflik Rohingya semakin memburuk di negara bagian Rakhine, Myanmar, dalam beberapa hari terakhir.

Baca: "Pemerintah Lamban, Kenapa Diam Saja pada Myanmar soal Rohingya?"

Korban tewas meningkat karena bentrokan bersenjata antara tentara dan militan Rohingya terus berlanjut.

Kekerasan juga membuat ribuan warga Muslim Rohingya khawatir dan melarikan diri ke perbatasan Bangladesh.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 13 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 13 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

Nasional
Cek Pelabuhan Ketapang, Kabaharkam Pastikan Kesiapan Pengamanan World Water Forum 2024

Cek Pelabuhan Ketapang, Kabaharkam Pastikan Kesiapan Pengamanan World Water Forum 2024

Nasional
Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

Nasional
Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

Nasional
Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

Nasional
Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

Nasional
7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

Nasional
Visa Terbit, 213.079 Jemaah Haji Indonesia Siap Berangkat 12 Mei

Visa Terbit, 213.079 Jemaah Haji Indonesia Siap Berangkat 12 Mei

Nasional
Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

Nasional
Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

Nasional
BPK Buka Suara usai Auditornya Disebut Peras Kementan Rp 12 Miliar

BPK Buka Suara usai Auditornya Disebut Peras Kementan Rp 12 Miliar

Nasional
Chappy Hakim: Semua Garis Batas NKRI Punya Potensi Ancaman, Paling Kritis di Selat Malaka

Chappy Hakim: Semua Garis Batas NKRI Punya Potensi Ancaman, Paling Kritis di Selat Malaka

Nasional
Prabowo Diminta Cari Solusi Problem Rakyat, Bukan Tambah Kementerian

Prabowo Diminta Cari Solusi Problem Rakyat, Bukan Tambah Kementerian

Nasional
Zulhas: Anggota DPR dan Gubernur Mana yang PAN Mintai Proyek? Enggak Ada!

Zulhas: Anggota DPR dan Gubernur Mana yang PAN Mintai Proyek? Enggak Ada!

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com