Ruang sidang paripurna DPR pada HUT ke-72 justru sepi, jauh dari kata meriah. Dari total 560 anggota, hanya 112 anggota yang hadir.
Wakil Ketua DPR RI Fahri Hamzah menyayangkan hal tersebut.
Padahal, peringatan HUT DPR, kata dia, bisa menjadi momentum untuk mengenang perjalanan DPR.
Baca: Hanya 112 Anggota Hadiri Paripurna HUT ke-72 DPR RI
Banyak hal terkait DPR juga bisa ikut dikenang, misalnya belajar dari para mantan pimpinan DPR yang hadir saat itu.
"Kita jadi ingat banyak hal. Jadi seharusnya ini dianggap penting," ujar Fahri.
Ia menilai, minimnya kehadiran anggota pada sidang paripurna karena masalah penjadwalan.
Pada saat yang sama, ada anggota yang tengah bertugas mengawasi pelaksanaan haji, kunjungan kerja komisi hingga kunjungan kerja alat kelengkapan Dewan.
"Mungkin ini adalah peringatan juga bagi Sekretariat Jenderal supaya di masa yang akan datang jangan sampai paripurna ulang tahun dilakukan pada saat anggota ada yang bertugas," kata politisi asal Nusa Tenggara Barat (NTB) itu.
Masalah minimnya kehadiran bukan menjadi hal baru.
Mantan Ketua DPR RI Agung Laksono bahkan mengibaratkannya sebagai penyakit yang sudah kronis.
Taufik Kurniawan menuturkan, banyak anggota Dewan yang juga merupakan pengurus inti parpol sehingga kerap disibukkan dengan kegiatan partai.
Hal itu sedikit banyak berpengaruh pada tingkat kehadiran mereka.
Selain itu, isu keputusan paripurna yang akan diambil juga menjadi pertimbangan anggota untuk hadir.
"Kalau keputusan nilai politiknya tinggi enggak usah disuruh-suruh, pasti menjadi hal yang patut dia menjadi bagian, harus datang menjalankan tugas fraksi masing-masing," kata Politisi Partai Amanat Nasional (PAN) itu.
Sejumlah inovasi kerap diwacanakan untuk menggenjot tingkat kehadiran anggota Dewan pada sidang paripurna.
Salah satunya sistem presensi berbasis sidik jari (finger print).
Taufik menyampaikan, pimpinan secara bertahap akan memberi pengertian kepada fraksi-fraksi agar kehadiran anggota meningkat.
Namun, hal itu pada akhirnya bergantung pada kedewasaan masing-masing anggota.