Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jurus "Putar Haluan" Partai Perindo...

Kompas.com - 03/08/2017, 07:40 WIB
Rakhmat Nur Hakim

Penulis

Ubah haluan

Kini, setelah keluar pernyataan bakal mendukung Jokowi di pemilu 2019, beberapa agenda politik Perindo pun berubah. Salah satunya terkait uji materi Undang-Undang Pemilu.

Perindo yang awalnya getol menentang keberadaan presidential threshold kini justru tak akan menggugat pasal tersebut.

Rofiq menyatakan, partainya hanya akan menggugat proses verifikasi partai politik (parpol) peserta pemilu yang hanya diberlakukan kepada partai baru.

Ia beralasan butuh fokus yang besar untuk menggugat pasal tersebut sehingga partainya tak akan mengajukan uji materi terkait presidential threshold yang kini ditetapkan di kisaran 20 persen kursi parlemen atau 25 persen suara nasional.

"Kalau terkait dengan presidential threshold, Perindo memang sejak awal tidak akan membuat suatu gugatan," ujar Rofiq.

(Baca: Kini Dukung Jokowi, Perindo Tak Lagi Persoalkan "Presidential Threshold")

Menanggapi fenomena tersebut, Direktur Eksekutif Indo Barometer, Muhammad Qodari, memprediksi ada beberapa hal yang menjadi pertimbangan bagi Hary Tanoe sehingga memutuskan untuk mendukung Jokowi pada Pemilu 2019.

Menurut Qodari, tentunya juga mempertimbangkan sikap politik Hary yang diperlihatkan pada jaringan media miliknya yang selama ini kerap mengkritik kebijakan pemerintah.

Dia menilai, dukungan Hary kepada Jokowi merupakan bentuk kerelistisan sikap politiknya sebagai seorang pengusaha.

"Sebagai seorang pengusaha, yang mulai tampak dari Pak Hary justru sikap realistisnya, beliau tentu menginginkan Perindo tumbuh di lahan yang subur dan itu bisa saja dinilainya lebih baik dengan cara mendukung Jokowi," ujar Qodari.

Terlebih, Hary memiliki jaringan media nasional yang kuat sehingga bisa dengan mudah mengasosiasikan partainya dengan Jokowi. Dengan adanya pemilu serentak, maka asosiasi Perindo dan Jokowi dinilai bisa sangat masif.

"Makanya menurut saya dengan jaringan medianya yang besar, dukungan Pak Hary kepada Pak Jokowi ini benar-benar bisa mengubah konstelasi politik ke depan," tutur Qodari.

(Baca juga: Wacana Dukungan dari Perindo, Apa Untungnya bagi Jokowi?)

Ada juga dugaan yang menyebut bahwa berubahnya haluan politik Hary Tanoe karena kasus hukum yang menjeratnya saat ini.

Hary saat ini berstatus tersangka di Bareskrim Polri atas dugaan ancaman melalui pesan singkat kepada Subdirektorat Penyidik Jaksa Agung Muda Pidana Khusus Yulianto.

Kejaksaan Agung juga tengah menyelidiki tindak pidana korupsi terhadap pembayaran restitusi atas permohonan PT Mobile 8 Telecom tahun 2007-2008, yang diduga melibatkan Hary Tanoe sebagai komisaris di perusahaan tersebut.

Saat ditanya apakah ada kemungkinan berkaitan dengan kasus yang saat menimpanya, Qodari menjawab hal itu bisa saja terjadi. Namun, dugaan ini harus didalami lebih lanjut untuk memastikan.

"Yang jelas ini ibarat bemo belok enggak ada seinnya, enggak ada tanda-tandanya, tiba-tiba belok aja," tutur dia.

Kompas TV Dukungan Maju Pilpres 2019 Lengkap, Jokowi Presiden Lagi?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang


Terkini Lainnya

Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Nasional
Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Nasional
Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Nasional
Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Nasional
Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Nasional
Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Nasional
Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Nasional
Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Nasional
Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Nasional
PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

Nasional
Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan 'Nasib' Cak Imin ke Depan

Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan "Nasib" Cak Imin ke Depan

Nasional
Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Nasional
Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Nasional
Langkah PDI-P Tak Lakukan Pertemuan Politik Usai Pemilu Dinilai Tepat

Langkah PDI-P Tak Lakukan Pertemuan Politik Usai Pemilu Dinilai Tepat

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com